Bab 35: Taruhan
Kirana, Xavier dan Ezekiel melanjutkan perjalanan mereka sampai bertemu dengan sebuah sungai. Arus airnya cukup kencang, hampir tidak ada ikan yang berenang di sungai tersebut.
"Aku akan berburu," kata Xavier setelah memastikan tidak ada ikan yang bisa ditangkap.
"Aku juga!" sahut Ezekiel. Ia melemparkan telunjuknya di depan wajah Xavier. "Ayo bertanding, siapa yang paling cepat membawakan daging untuk Kirana!"
Xavier membalas dengan tatapan dingin. "Aku tidak tertarik."
"Yang menang akan tidur di sebelah Kirana malam ini."
"Aku terima tantanganmu."
Xavier merevisi jawabannya dengan cepat. Namun, ia juga menambahkan persyaratan. "Yang kalah, harus berpatroli dan tidak boleh mengganggu pemenang."
"Setuju!" Ezekiel sepakat.
"Hei! Kenapa jadi aku yang—" Kirana belum selesai bicara tapi kedua Bestial itu sudah melesat meninggalkannya di tepi sungai.
Kirana hanya bisa melongo di tempat, heran melihat tingkah para Bestial itu. "Astaga, mereka ini..," gadis itu geleng-geleng kepala. Sambil menunggu salah satu dari mereka datang, Kirana memutuskan duduk di atas batu sungai yang tertutup oleh bayangan pohon rindang.
Disana teduh dan sejuk, permukaan batu yang lebar bisa membuatnya merebahkan badan. Rasanya sungguh nyaman. Ia berharap tidak ada Bestial asing atau hewan buas yang muncul.
Kirana hanya memejamkan matanya sebentar, tapi tidurnya terusik karena ia mendengar suara langkah kaki. Ketika gadis itu membuka mata, di sampingnya sudah ada beberapa pria tampan. Untuk ukuran Bestial, penampilan mereka tampak perlente.
"Oh, itu sumber aroma manisnya!"
Kirana samar-samar mendengar para pria itu berbicara.
"Bukankah dia sangat cantik dan indah? Lihat rambutnya yang berkilau itu, sangat berbeda dengan para betina di suku kita," timpal pria lainnya.
Kirana jadi risi karena dibicarakan terang-terangan di depannya. Gadis itu bangkit dari posisinya, menoleh ke arah kumpulan pria berpenampilan necis tersebut.
Mereka memiliki rambut panjang lurus berwarna biru dengan highlight hijau tosca, pakaian mereka terbuat dari kulit dan tanaman yang dihias oleh bulu-bulu burung merak. Kirana hampir mengira para pria itu manusia sungguhan, sampai ia melihat ke arah kaki. Seluruh kaki mereka masih berupa seperti kaki burung.
Kalau Kirana perhatikan lebih seksama, di bagian belakang para pria iu terbentang deretan bulu lebat panjang sampai menyapu tanah, warnanya sangat cantik, hijau dengan highlight biru dan gambar seperti mata di ujungnya. Kirana menebak itu adalah ekor mereka.
"Kalian siapa?" tanya Kirana.
Pertanyaan Kirana tidak dihiraukan, para Bestial itu justru mulai ribut sendiri. Mereka mulai saling dorong dan berebut untuk mendekat ke tempat Kirana. Pria yang berdiri di baris paling depan berhasil mengambil langkah lebih cepat. Ia bersimpuh di depan batu tempat Kirana duduk, lalu berseru lantang.
"Aku belum pernah melihat betina secantik dirimu!"
"Betina?" Kirana merasa aneh dirinya dipanggil dengan istilah itu.
"Wahai betina, maukah kau menikah denganku?" tanya pria itu lagi.
"Menikah?" Kirana syok. Ia bahkan belum pernah dilamar oleh pria, sekalinya ada yang mengajak menikah ternyata adalah Bestial. Entah Kirana harus merasa sedih atau senang dengan nasibnya.
Melihat Kirana tidak memberi respon, Bestial lain yang ada di belakang pria itu langsung menyela.
"Tidak, menikahlah denganku! Aku akan mencarikan biji-bijian yang enak setiap hari hanya untukmu!"
"Jangan! Dia malas keramas!" sahut Bestial lain. "Denganku saja, aku akan membuatkan rumah yang indah untukmu!"
Para Bestial itu mulai rusuh. Beberapa ada yang sampai menjabak rambut rekannya dan ada yang saling injak ekor dengan sengaja. Kirana berniat turun dari batu untuk menghentikan keributan itu.
Tia-tiba, para Bestial itu terdiam. Mereka seketika merunduk dan ekspresi wajahnya berubah ketakutan, terasa hawa mencekam dan menekan. Insting Bestial mereka dapat merasakan dua tatapan tajam dan arah hutan, seakan siap menelan mereka semua hidup-hidup.
"Apakah kau meraskannya?"
"Dari hutan, seperti ada yang—aaah ular!"
Xavier muncul dalam wujud setengah ular, ia tampak marah dan menatap buas pria-pria itu.
"Pergi atau mati," ancamnya sambil mengibaskan ekornya seperti cambuk. Satu kibasan ekornya mampu menyapu pria-pria itu sampai jatuh terpental ke tanah. Wajah mereka pucat dipenuhi ketakutan.
"Ternyata dia sudah punya pasangan," ucap salah satu pria itu dengan suara gemetar.
"Lari atau ular itu akan memakanmu!"
Tanpa perlu diperintah dua kali, semuanya lari terbirit-birit. Mereka lari berbondong-bondong melewati Xavier. Namun, saat akan memasuki hutan, terdengar suara petir. Dari langit melesat Ezekiel membawa tombak petir di tangannya.
"Menjauh dari pasanganku!" serunya sambil melemparkan tombak.
"Tadi ular sekarang elang!" teriak salah satu pria itu.
"Ampuni kami!" Mereka berlarian menghindari tombak Ezekiel, lalu kabur ke dalam hutan. Tidak terdengar lagi langkah kakinya.
"Cih, baru ditinggal sebentar," decih Ezekiel, kesal. Ia terbang perlahan, mendarat di sebelah Kirana.
"Mereka itu Bestial apa?" tanya gadis itu.
"Merak," jawab Ezekiel. "Mereka sangat berbahaya!"
"Sungguh? Kenapa aku tidak melihatnya seperti itu ya?" Kirana mengerutkan dahi.
"Bestial merak terkenal suka menculik betina dari suku lain, terutama yang mereka anggap cantik," terang Ezekiel.
"Mahluk-mahluk lemah itu tidak pantas kawin denganmu," kata Xavier, dingin.
"Jadi kau merasa dirimu pantas?" ledek Kirana.
"Tentu saja," Xavier tersenyum yakin. Ujung ekornya keluar dari hutan dan menjatuhkan seekor kijang dewasa. "Makan malam sudah didapatkan."
"Kijang?"
Xavier bisa mendengar suar Ezekiel yang terkejut.
"Kau dapat apa, Elang?" tanya Xavier, meremehkan. "Biar kutebak, kelinci?"
"Enak saja! Aku dapat...," Ezekiel mengeluarkan seekor kalkun. Ia meletakkan kalkun itu di atas tanah, kepalanya tertunduk, merasa kalah karena buruannya sangat kecil.
"Aku kalah!" serunya sambil bersimpuh di tanah. Ia memukul permukaan dengan tinjunya, jengkel. "Sial, menyebalkan," gumamnya.
"Itu kalkun?" Kirana melompat dari atas batu, wajahnya girang. "Aku mau daging kalkun!"
Kini giliran Xavier yang tampak terpukul, sementara Ezekiel mengangkat wajahnya dengan sumringrah. Bestial elang itu melirik Xavier dan terkekeh. "Walau ukurannya kecil tapi ternyata Kirana lebih suka, hehe."
"Tidak ada hubungannya dengan pertandingan kita, tetap aku yang menang, bukan?"
"Iya, tapi dari segi hati, aku yang menang," Ezekiel menjulurkan lidahnya, mengejek Xavier.
Xavier hanya terdiam menahan emosi, matanya memandang tajam Ezekiel. Aura permusuhan dua Bestial itu kembali memuncak, terasa dari aura membunuh yang keluar dari diri mereka.
"Sudah-sudah, kita akan masak dua-duanya." Kirana buru-buru menengahi sebelum kedua Bestial itu baku hantam. "Terima kasih ya, kalian sudah bekerja keras."
Xavier memilih mematuhi Kirana. Ia mengabaikan Ezekiel dan masuk kembali ke hutan untuk mencari kayu bakar. Sementara Ezekiel membantu Kirana membersihkan daging kalkun dan memotong daging kijang untuk diolah.
***
Malam itu, api unggun menyala di tepi sungai. Aroma daging kalkun yang dibakar memenuhi udara, membuat perut Kirana terasa lebih lapar dari biasanya. Mereka menikmati makan malam besar sambil mengobrol dengan ceria.
"Ah, kenyang!" Kirana mengempaskan punggungnya di batu tempat ia beristirahat tadi. "Terima kasih ya, kalian jadi repot berburu untukku."
"Kau minta daging badak pun, akan kuambilkan untukmu," tanggap Ezekiel. Rasa percaya dirinya meningkat drastis karena Kirana menyukai buruannya ketimbang Xavier.
"Kau akan mati diseruduk sebelum sempat membunuhnya," ejek Xavier.
Ezekiel mau membalas ucapan Xavier, tapi Bestial ular itu menatapnya penuh arti sambil melemparkan senyum miring. Xavier mengedikkan kepalanya, memberi isyarat agar Ezekiel pergi.
"Bukankah kau bertugas patroli?" celetuk Xavier sambil menarik sebelah alisnya.
Wajah Ezekiel memerah. Ia ingin mengamuk dan tidak terima, tetapi ia harus menjaga harga dirinya sebagai elang jantan yang menepati janji.
"Sialan, lain kali tidak akan seperti ini!" Ezekiel membentangkan sayapnya. "Aku memberimu satu kesempatan, hanya malam ini!"
Setelah berkata seperti itu, Ezekiel mengepakkan sayapnya dan pergi berpatroli, jauh dari lokasi kemping mereka.
Kirana awalnya bingung melihat interaksi mereka berdua, tetapi ia seketika teringat dengan taruhan yang dibuat oleh Xavier dan Ezekiel tadi siang.
Bulu kuduk Kirana meremang, ia tidak membalikkan badan, tapi ia merasa Xavier tengah tersenyum di belakangnya.
"Kirana," panggil Xavier, nada suaranya lebih lembut dari biasanya, tapi itu justru membuat Kirana takut.
"Iya, Xavier?" Kirana tampak gugup.
Kirana tidak dapat mendengar langkah kaki Xavier. Tiba-tiba tubuhnya sudah dililit oleh ekor Xavier. Gadis itu diangkat dengan mudah dan diletakkan di atas lingkaran ekor pria itu. Kulit Kirana dapat merasakan sensasi halus dan daging ekornya yang empuk.
Sebenarnya, rasanya nyaman, seperti di atas springbed. Namun, Kirna tidak dapat menahan degup jantungnya saat melihat Xavier bergerak mendekat dan berbaring di sebelahnya.
--------------
Author's note:
Untuk bab berikutnya, kalian mau kusediain additional part yang eksplisit di Karyakarsa, atau cukup versi sensornya aja di sini?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top