Bab 30. Tujuan Selanjutnya
Siang itu, di bawah rindang pohon trembesi, Kirana, Xavier dan Ezekiel sedang duduk sambil mengawasi anak-anak rusa bermain. Gigi tadi minta tolong pada Kirana untuk menjaga Wage dan teman-temannya, sementara ia dan para Bestial lainnya masih sibuk membenahi desa.
Wage begitu senang saat tahu ia akan dititipkan ke Xavier, ia dan kesepuluh anak rusa lainnya meminta untuk bermain ke Bukit Alona. Bukit itu lumayan jauh dari desa. Kadang, saat pagi hari, jika tidak ada kabut mereka bisa melihat pohon trembesi besar yang tumbuh di atas bukit itu.
Tidak tahan mendengar rengekan Wage, akhirnya Xavier berubah menjadi ular raksasa dan membawa mereka semua ke Bukit Alona—dimana ia, Kirana dan Ezekiel akhirnya duduk di bawah pohon sambil menikmati makan siang yang dibawakan penduduk desa.
"Mereka baik sekali mau menyiapkan makanan ini," ucap Kirana sambil mengupas kulit ubi rebus.
Xavier membuka bungkusan daun yang Gigi berikan padanya. Isinya daging landak mentah yang sudah dibersihkan kulitnya. "Ini tidak buruk," katanya sambil memakan daging itu utuh.
"Kau bisa menelan itu sekaligus?" Ezekiel bergidik. "Mengerikan."
Xavier bisa menelan makanan utuh—sebesar apa pun ukurannya karena kemampuan ototnya yang bisa merenggang, termasuk leher dan rongga mulutnya. Kemampuan itu akan lebih mudah digunakan saat ia dalam wujud ular.
"Oh, tidak semua Bestial karnivora cara makannya seperti Xavier?" tanya Kirana.
"Jangan samakan aku dengan para ular itu, Kirana," kata Ezekiel. "Kami para manusia-burung menyantap makanan kami sedikit demi sedikit—seperti manusia!" Hidung Bestial elang harpy itu kembang kempis saat menyebut kata "manusia."
"Kalau masih suka makan daging mentah jangan samakan dirimu dengan manusia," sela Xavier. "Benarkan, Kirana?"
Kirana yang tengah mengunyah ubinya menjawab dengan anggukan, pipinya mengembang karena penuh makanan.
Xavier dan Ezekiel menatap gadis itu, bahkan tanpa harus berkompromi keduanya sepakat kalau perempuan di hadapan mereka itu sangat lucu dan menggemaskan.
"Ah, aku ingin mencubit pipinya," ucap Ezekiel, terang-terangan.
Xavier langsung melilitkan ekornya di sekeliling Kirana, suara desisan terdengar darinya. "Jangan dekat-dekat dengan pasanganku."
"Aku bukan pasanganmu," Kirana mengingatkan.
"Benar, berhentilah main klaim secara sepihak!" Ezekiel menimpali.
Xavier tersenyum miring. "Mau dibuktikan?" Ia menoleh pada Kirana. "Kirana, saat musim kawin nanti tiba, siapa yang akan kau pilih sebagai pasangan, aku atau elang lemah ini?"
Kirana mengerutkan keningnya. "Daripada kawin dengan kalian lebih baik aku pulang ke duniaku."
"Ka-kau mau pulang?" Suara Ezekiel bergetar, panik.
"Walau pun kau bilang begitu, memangnya kau tahu cara kembali ke duniamu?" tanya Xavier.
"Jika ada cara datang, seharusnya ada cara untuk kembali kan?" Pertanyaan Kirana mengejutkan Xavier. Ucapan gadis itu memang ada benarnya. Xavier pun terdiam, memikirkan sesuatu. Raut wajahnya tampak serius.
"Kirana, tetaplah disini sampai musim kawin, aku pasti akan membahagiakanmu," mohon Ezekiel. Matanya berkaca-kaca mengiba kepada gadis itu.
Kirana tertawa kecil. "Maaf ya Ezekiel, justru musim kawin yang sering kalian bicarakan itulah yang membuatku paling khawatir. Aku tidak berniat untuk bereproduksi dengan Bestial manapun."
Ulu hati Bestial elang harpy itu terasa perih. Ia meremas dadanya dan menunduk kecewa. "Padahal kupikir tahun ini aku bisa kawin."
"Aku penasaran, kalian selalu bilang soal musim kawin, apakah Bestial disini tidak memiliki musim kawin yang berbeda?"
"Maksudnya bagaimana?" Ezekiel menarik sebelah alisnya, bingung.
"Di duniaku, hewan punya musim kawinnya masing-masing, misal amfibi saat musim hujan, ular di sekitar bulan Juli sampai Agustus. Disini tidak seperi itu?"
"Tidak, Kingdom Animal punya musim kawin dan perkawinan biasa," terang Ezekiel. "Perkawinan biasa artinya ada dua Bestial yang menikah dan mereka bisa kawin kapan pun. Sementara musim kawin adalah waktunya bagi seluruh Bestial lajang mencari pasangan dan bereproduksi."
"Mereka akan menjadi pasangan permanen atau bagaimana?"
"Hmm.. seingatku, tidak. Ada beberapa Bestial yang memutuskan hidup bersama setelah musim kawin, tapi kebanyakan hanya akan menjadi pasangan sementara mereka."
"Jadi kawin lalu ditinggal begitu saja?" Kirana melotot. Ia ingin mengatakan tindakan mereka seperti binatang, tapi Bestial kan memang sudah separuh binatang, jadi ia mengurungkan niat tersebut.
"Iya, memang tujuan dari musim kawin hanya untuk menghasilkan anak," Ezekiel menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. "Ini adalah kegitana suci yang diadakan oleh Dewa sejak ribuan tahun untuk menjaga agar garis keturunan spesies tidak putus."
"Karena permasalahan sulit keturunan itu?" Kirana jadi teringat perkataan Oracle di Suku Falco. Ternyata permasalahan itu tidak hanya terjadi di suku elang, tapi kebanyakan Bestial juga mengalami isu serupa.
"Benar," Ezekiel manggut-manggut. "Persaingan hidup di alam keras, tidak banyak Bestial muda yang panjang umur. Regenerasi harus dilakukan secepat mungkin sebelum suku Bestial itu punah."
Kirana mulai sedikit paham. "Jadi itu sebabnya kalian begitu bersemangat dengan musim kawin."
"Ah, tapi kalau aku—jangan samakan aku dengan mereka!" sentak Ezekiel tiba-tiba. "Aku ingin kawin denganmu karena aku menyukaimu Kirana!"
Bestial elang harpy itu mengungkapkan perasaannya dengan frontal, membuat Kirana jadi salah tingkah sendiri.
"Ezekiel, terima kasih, tapi aku...," Gadis itu berusaha mencari kata yang tepat untuk menolak Ezekiel. "Kita baru bertemu, jadi tidak perlu terburu-buru ke arah sana ya. Hahaha."
Lagi-lagi, sesuatu yang tajam seperti menusuk dada Bestial elang itu. Aku baik-baik saja kok, ditolak dua kali.
Walau getir, Ezekiel tetap tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. "Hmp, aku akan menunggu sampai hatimu siap."
Xavier yang sejak tadi diam tiba-tiba menyahut. "Apa sudah selesai materi soal musim kawinnya?"
"Ah maaf, kami tadi sibuk membicarakan masa depan berdua," balas Ezekiel, meledek Xavier.
Xavier menatap Ezekiel tajam sambil menjulurkan lidah bercabangnya. Sambil mendesis, ia bergarak perlahan ke sebelah Kirana. Mereka duduk bersebalahan dan Xavier sengaja merapatkan tubuhnya pada Kirana.
"Kau terlalu dekat, ular!" hardik Ezekiel yang seketika terbakar api cemburu. Dibanding Xavier, Ezekiel memang lebih mudah tersulut hal-hal kecil.
"Kami pernah lebih dekat dari ini, waktu itu—"
"Diamlah Xavier!" Kirana memotong, wajahnya merah seperti kepiting rebus. Ia buru-buru mengalihkan topik. "Ka-kamu mau menyampaikan sesuatu kan tadi?"
Xavier tersenyum kecil, melihat reaksi Kirana seperti itu sudah cukup memuaskan baginya.
"Benar, ini soal kepulanganmu ke dunia manusia."
Mata Kirana berbinar seketika, topik inilah yang paling dinantikannya. Sejak awal, ia memang bertanya-tanya bagaimana dirinya bisa tiba di Kerajaan Animal. Apakah seperti di dalam anime dimana dirinya dipanggil oleh sekelompok penyihir. Namun, saat dirinya tahu ia terjebak di dunia setengah manusia setengah binatang, ia menepis teori tersebut. Selama berhari-hari, gadis itu berasumsi pasti ada cara untuk kembali ke dunia manusia.
"Setahuku, di Kerajaan Animal, hanya satu orang yang bisa memanggil manusia ke dunia ini."
"Oh, siapa itu?" Ezekiel juga jadi ikut tertarik.
"Bestial Legendaris," jawab Xavier. "Hanya kekuatannya yang cukup besar untuk melakukan sihir pemanggilan."
"Sang Dewa? Tapi kenapa ia menurunkan Kirana di Forest Area?" tanya Ezekiel.
Xavier menggeleng. "Itu yang aku tidak mengerti."
"Jadi, kita harus menemui Bestial Legendaris itu agar aku bisa pulang?" Kirana bersuara. "Apakah dia mau membantuku?"
"Jika kau meminta baik-baik padanya, mungkin dia mau membantumu, tapi kita harus tahu dulu apa alasan dia memanggilmu ke dunia ini."
"Untuk bereproduksi?" Ezekiel menyahut.
"Tidak mau!" Kirana menolak.
"Aku hanya bercanda Kirana," Bestial elang itu terkekeh. "Aku akan membantumu, tenang saja."
"Benarkah? Kamu mau membantuku kembali ke dunia manusia?" tanya Kirana sambil menyipitkan matanya.
Ezekiel tercekat. Membantu Kirana bisa membuatnya bahagia, tapi itu artinya perpisahan karena Kirana akan pergi selamanya dari Kerajaan Animal. Saat Ezekiel terbata-bata menjawab, Xavier memotong.
"Aku bisa mengantarmu sampai Istana Zoophara," katanya. "Tapi, aku tidak janji ini bisa membuatmu kembali ke dunia manusia."
"Sungguh?" Kirana tersenyum lebar. Lengannya terbuka lebar dan ia refleks melompat memeluk Xavier. "Terima kasih banyak!"
Xavier mengelus rambut gadis itu, sementara tatapannya beralih pada Ezekiel. Ia melemparkan senyum miring yang membuat meteran cemburu Ezekiel meledak seketika. Bestial elang itu merasa dikalahkan—telak.
Setelah merencanakan perjalanan ke Istana Zoophara, Kirana berdiri dan memanggil anak-anak rusa untuk makan siang. Sementara, Ezekiel dan Xavier tetap di bawah pohon trembesi, mengamati dari kejauhan.
"Hoi, ular," panggil Ezekiel. "Apa kau tidak apa-apa membiarkannya kembali ke dunia manusia?"
Xavier bersedekap. "Itu juga masalah buatku, tapi, entah kenapa aku lebih ingin melihatnya bahagia. Kalau pulang ke dunia manusia adalah keinginannya, aku akan membantunya mencapai itu."
Ezekiel menatapnya bingung. Kedua alisnya bertaut. "Kau benar-benar Bestial dari Suku Serpent? Pemikiran semacam itu seharusnya tidak ada di gen kalian, bukan?"
Xavier menghela napas panjang. "Entahlah, aku juga baru pertama kali seperti ini."
Bestial ular itu melirik Ezekiel yang masih memandanginya dengan raut serius. Xavier tiba-tiba melempar senyum mencemooh, "Tidak usah berpikir sekeras itu, kau harus mencapai evolusi tahap keempat dulu untuk paham ucapanku."
"Apa maksudmu? Aku tidak sebodoh itu ya!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top