Bab 28: Ular Hitam

Penciuman Shan masih terganggu oleh aroma parfum. Namun, kedua matanya masih dapat diandalkan melihat di kegelapan malam. Harimau itu mengaum sambil lompat menerjang ke arah Xavier. Sementara, manusia ular itu menciptakan lingkaran hitam dan ia masuk ke dalamnya.

Shan mendarat di permukaan tanah yang kosong, ia melihat ke sekeliling, mencari jejak Xavier. Andai penciumannya tidak terganggu, ia pasti sudah bisa melacak kemana jejak ular tersebut.

Xavier muncul tiba-tiba di bawah perut Shan dan menggigitnya. Taring racunnya menembus daging Shan dan menyebarkan racun, Shan refleks melompat menghindar sambil mengayunkan cakarnya ke kepala Xavier.

Harimau putih itu terluka dan racun Xaiver mulai menyebar dengan cepat, menimbulkan bercak ungu di kulit yang tertutup oleh rambut putih. Shan mengeluarkan api yang membakar tubuhnya, bertujuan untuk menghilangkan racun. Namun, tidak berhasil.

Harimau itu mulai merasakan penglihatannya meremang. Ia mengaum karena marah dan maju menerjang dengan kobaran api di sekelilingnya.

Xavier menyembuhkan luka cakaran di wajahnya. Kemampuan regnerasinya bekerja berkali-kali lipat lebih kuat dari biasanya. Ular itu mendesis dan mulai berputar di tempat, ia menciptakan aura kegelapan yang menyebar ke sekeliling dan memantulkan api yang di bawa oleh Shan.

Shan menciptakan api yang berputar di sekitar Xavier agar tidak bisa kabur. Ia melompat ke dalam sana sambil menyerang tubuh Xavier. Bestial ular itu membiarkan Shan mengigit tubuhnya, ia lalu dengan cepat membelitkan tubuhnya dan mengunci tubuh Shan.

Pusaran api besar terbentuk namun muncul celah-celah gelap yang meluas di antara api, kegelapan itu menelan api sampai padam, menyisakan seekor ular hitam besar melilit harimau putih yang sedang berusaha membebaskan dirinya.

Shan mengobarkan api di sekujur tubuhnya, namun Xavier membuat perisai kegelapan yang membuatnya kebal oleh api. Sementara ia mengencangkan lilitan pada tubuh Shan, harimau putih itu melancarkan tendangan-tendangan ke tubuh Xavier, berharap bisa merobek sisik dan ototnya yang mengencang dan makin membuatnya sulit bernapas.

Shan menggigit leher Xavier. Ia mencoba untuk merobek leher ular itu. Namun, Xavier yang sudah belajar dari pengalamannya dan mendapatkan cukup kekuatan dari darah manusia, mengalirkan energinya ke leher dan mengencangkan ototnya. Otot di lehernya mengembang, semakin keras.

Mereka mendengar suara patah yang datang dari taring Shan. Harimau itu terkejut melihat serpihan giginya jatuh ke tanah.

Dipenuhi oleh kemarahan Shan mengaum keras, suaranya bahkan sampai menggetarkan tanah. Kirana dan Wage yang menyaksikan pertarungan itu dari jauh menutup kedua telinga mereka.

Shan menciptakan lingkaran merah di langit. Lingkaran itu memiliki beberapa lapis dan memiliki ukiran simbol sihir. Ia memanggil meteor api besar dari lingkaran itu dan menjatuhkannya ke tempat ia dan Xavier bertarung.

Shan pasti bisa bertahan dari panas apa pun, tetapi tidak dengan Xavier.

Menyadari datangnya serangan besar membuat Xavier mendongak, ia membuka mulutnya dan muncul lingkaran hitam di sekelilingnya, sampai ke tempat Kirana dan Wage berada. Dari garis hitam yang memendarkan aura kegelapan pekat itu muncul bayangan besar, membentuk siluet ular raksasa. Sebagian bayangan itu juga membuat perisasi di sekitar Kirana dan Wage.

Bayangan ular raksasa menghadang bola api, tabrakan dua elemen itu pecah di langit dan menimbulkan cahaya yang menyilaukan dan empasan angin besar. Pohon-pohon beterbangan, tanah pecah dan membentuk lobang besar. Hawa panas dan percikan api menyebar ke berbagai arah, membakar rumput dan daun kering.

Meteor api itu berhasil dicegah. Namun, mereka dikurung oleh hutan yang mulai terbakar. Kalau pertarungan tidak segera diselesaikan, api itu akan merembet dengan cepat dan malah mencelakai desa Suku Cervid.

Shan kesal karena serangan pamungkasnya berhasil dihentikan, tetapi ketika harimau itu berniat memanggil meteor lagi, aliran sihirnya mulai terganggu, seiring dengan denyut jantungnya yang mulai tidak beraturan. Racun Xavier sudah mengenai organ internalnya. Harimau itu bisa merasakan peredaran oksigen di tubuhnya melambat.

Lidah Xavier menjulur, menangkap berbagai informasi di sekelilingnya. Ia tahu kalau kekuatan Shan mulai menurun. Ini menjadi kesempatan baginya untuk menyerang balik.

Xavier mendesis, aura kegelapan menyelimuti dirinya. Getaran hebat menjalar ke sekujur tubuh Shan. Harimau itu melihat jelas kedua mata Shan memendarkan kegelapan yang pekat. Ketika Xavier membuka mulutnya, ia langsung menggigit leher Shan dengan cepat.

Bagaikan tersedot oleh lubang hitam, kesadaran Shan terhisap dan ia dibawa ke suatu tempat. Shan kembali ke wujud manusianya, ia berdiri di tanah kosong. Kebingungan, manusia-harimau itu melihat ke kanan dan kiri, mencari sosok Xavier. Ia juga heran melihat sekelilingnya ditutupi selubung hitam.

Tiba-tiba muncul tiang di belakangnya, disusul oleh rantai-rantai hitam yang bergerak cepat dan membelenggu tangan serta kaki Shan.

"Apa ini?" Shan berusaha melawan. "Ular sialan! Apa yang kau lakukan padaku?"

Selagi Shan sibuk melawan, di atas langit muncul retakan besar, kepala ular hitam raksasa keluar dari celah tersebut dan membuka mulutnya. Ular itu menembakkan jarum-jarum hitam beracun yang membuat tubuh manusia harimau itu hancur seketika. Namun, Shan tidak mati. Tubuhnya pulih, lalu kejadian tadi terulang kembali. Ia berkali-kali dibunuh, lalu dihidupkan. Mati termutilasi oleh hujaman jarum-jarum, kemudian dibangkitkan kembali.

Harimau itu itu mulai frustasi. Ia baru menyadari kalau keadarannya sudah dikuasai oleh Xavier dan kini ia berada dalam ilusi tanpa akhir yang diciptakan oleh manusia-ular tersebut.

Sementara, tubuh asli Shan yang berada di dunia nyata masih dalam lilitan Xavier. Bestia ular itu perlahan melepas gigitannya setelah memastikan Shan benar-benar tenggelam di ilusi ciptaannya. Kedua mata harimau itu kosong, seperti kehilangan kesadaran.

Xavier bisa saja melepaskan Shan, tapi itu tidak akan menyelesaikan masalah. Ia benar-benar harus menghabisi hidup harimau putih itu.

Xavier menciptakan lingkaran hitam di langit, dalam sekali perintah muncul tombak besar melesat ke arahnya. Ujung tombak yang tajam menembus tubuh Shan. Bestial harimau itu seketika kehilangan kekuatannya setelah kesadarannya diambil alih, membuat serangan Xavier jadi lebih mudah melukainya.

Dari luka menyebar efek korosif yang membuat tubuh harimau putih itu rusak, lalu membusuk dengan cepat. Otot-otot Xavier yang melilit tubuh Shan tidak mendeteksi adanya detak jantung dari manusia harimau tersebut. Shan sudah mati diikuti oleh padamnya kobaran api di sekitar mereka.

Xavier memandang tubuh Shan yang sudah dingin. Ia membuka mulutnya selebar mungkin dan mulai memakan tubuh Shan, dimulai dari kepalanya.

Kirana yang dari kejauhan melihat itu tersentak kaget. Ia ingat kalau Xavier bilang tidak pernah makan Bestial. Namun, Shan adalah Bestial, seharusnya, membunuh Shan sudah cukup. Xavier tidak perlu memakannya. Gadis itu bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi. Ia meminta Wage tetap bersembunyi, sementara dirinya pergi ke tempat Xavier berada.

Xavier dalam wujud ular raksasa dengan mudah menelan tubuh Shan yang mengecil. Ia mencerna bagian tungkai belakangnya sampai habis, tepat saat Kirana sampai di tempatnya.

"Xavier!" Gadis itu memanggil. Raut wajahnya khawatir.

Xavier tidak merespon. Setelah ular itu melepaskan cairan asam di dalam tubuhnya untuk mempercepat proses pencernaan makanan, ia baru menoleh ke tempat Kirana.

Ular itu mendesis sambil menjulurkan lidahnya. Hidungnya menangkap aroma menggirukan yang samar tercium dari luka di tangan Kirana yang ditutup oleh perban buatan Gigi.

Xavier tidak memikirkan apa pun selain rasa lapar yang tiba-tiba muncul. Padahal ia baru saja menelan seekor harimau putih berukuran hampir dua meter lebih.

Ular raksasa itu melata mendekati Kirana. Sementara, Kirana mulai berjalan mundur perlahan. Tatapannya memancarkan ketakutan. Ia tidak seperti sedang berhadapan dengan Xavier. Mahluk yang ada di depannya benar-benar tampak seperti binatang liar tak berakal.

"Xavier, kumohon..," Kirana berkata dengan suara gemetaran. Ular itu mengelilingi dirinya, tubuhnya yang panjang mulai mengepung Kirana.

Ketika Xavier merapatkan tubuhnya, Kirana otomatis terhimpit. Seluruh tubuhnya terbenam di dalam bekapan Xavier, hanya kepalanya yang terlihat.

"Xavier, sadarlah!" Kirana merasakan air matanya mengalir. Ia takut, khawatir, dan sedih. Ia memikirkan bagaimana jika Xavier tidak kembali lagi seperti sebelumnya. Lagi-lagi, ini salahnya karena memberikan darah itu padanya.

"Paman Xavier!"

Kirana kaget, ia mendengr suara Wage. Bukankah tadi ia sudah meminta anak rusa itu untuk tetap bersembunyi.

Wage datang sambil membawa patahan dahan, ia memukul-mukul ekor Xavier sambil menangis. "Lepaskan Kak Kirana! Paman Xavier tidak jahat! Jangan makan Kak Kirana!"

Xavier mengayunkan ujung ekornya, menepis tubuh Wage seperti melempar kerikil. Wage terjatuh di semak-semak, anak rusa itu mengaduh sambil memegangi kepalanya.

"Kenapa kamu menyakiti Wage? Akh!" Belitan Xavier menguat, Kirana makin merasa sesak. Jika lebih dari ini, bisa-bisa tulang diseluruh tubuhnya akan patah.

"Kenapa kamu kasar begini?" tanya Kirana disertai isakan. "Aku benci pria kasar. Aku tidak akan pernah mau kawin denganmu! Ingat itu!"

Sesuatu seperti menyentak Xavier. Aroma yang tadi membuatnya lapar mendatangkan berbagai kepingan ingatan yang menjernihkan kepalanya. Ia mengenali aroma itu, suara itu, dan gadis yang ada di hadapannya. Manusia yang akan dijadikannya pasangan kawin. Orang yang ingin dilindunginya.

Kirana

Gadis itu masih terus menangis Ia malah jadi meracau tidak jelas. Entah apa Xavier akan merespon kalimatnya atau tidak. Namun, ia merasa sedih yang amat sangat. Padahal, mereka sudah berhasil mengalahkan Shan.

Kalau ia akan dimakan, seharusnya Xavier sudah memakannya sejak tadi. Namun, Kirana merasakan lilitan di tubuhnya mengendur. Ia menatap ular hitam di depannya, bingung.

Sepasang mata kuning itu tiba-tiba mengedip, Kirana kaget bukan main. Ia baru tahu ular bisa mengedip seperti tadi. Namun, apa itu berarti Xavier sudah kembali sadar.

"Xavier, kamu ingat aku?" tanya Kirana, ia mencoba menjulurkan tangannya.

Kepala ular itu mendekat dan menempelkan ujung mulutnya di telapak tangan Kirana. Aura gelap muncul dari setiap celah sisik ular itu, bagian kepala sampai setengah badannya berubah menjadi siluet manusia.

Saat aura gelap menghilang, muncul Xavier dalam wujud manusianya. Tangan Kirana berada di wajahnya dan Bestial ular itu mengenggam punggung tangannya. Sambil tersenyum tipis, Xavier mendekat ke arah Kirana.

Manusia ular itu langsung merebahkan kepalanya ke pundak Kirana, ia berbisik pelan.

"Kau pasti ketakutan tadi."

Napasnya yang dingin terasa di leher, memberikan sensasi aneh bagi Kirana, tapi ia menyukainya. Gadis itu lega karena ia akhirnya mendengar suara Xavier lagi, bukan desisan ular liar.

Kirana mendaratkan tangan satunya ke kepala Xavier dan membelainya lembut.

"Kupikir aku akan berakhir jadi makanan penutup tadi." Gadis itu tertawa lega.

Xavier mengangkat kepalanya, lalu mengelap air mata di pipi Kirana.

"Tolong jangan bilang kalau kau tidak mau kawin denganku lagi," kata Xavier tiba-tiba. "Itu membuatku sangat terpukul."

Kirana kaget. "Jadi, tadi kamu sadar karena aku bilang seperti itu?"

Xavier mengedikkan bahunya. "Aku merasa seperti tujuan hidupku lenyap seketika."

"Motivasi Bestial sungguh tidak terduga." Gadis itu tertawa kecil.

Kirana tiba-tiba berhenti tertawa, ia teringat dengan Suku Cervid. "Benar, kita harus segera kembali ke desa."

"Bagaimana keadaan di sana?"

Kirana menggeleng. "Saat aku pergi tadi cukup kacau, mereka menyerang kubah perlindungan."

Xavier tidak berkata apa pun. Tiba-tiba tubuhnya diselimuti lagi oleh aura gelap dan ia berubah menjadi ular raksasa seperti tadi.

Bawa Wage dan naik ke atas kepalaku.

Kirana terkejut mendengar ada suara di kepalanya.

"Apa ini sejenis telepati?" tanyanya sambil menatap Xavier dan dibalas dengan anggukan oleh ular hitam tersebut.

Kirana lalu menghampiri Wage yang masih sempoyongan di bawah pohon. Ia menggendong Wage, lalu naik ke atas kepala Xavier.

Mereka lalu bergerak kembali ke desa. Dengan kecepatan Xavier, seharusnya tidak membutuhkan waktu yang lama. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top