Bab 26: Darah Manusia
Wage yang tengah berjalan tiba-tiba merasakan hawa mencekam dari balik pepohonan. Anak itu Bestial, jadi ia jauh lebih peka daripada Kirana. Langkahnya terhenti dan ia memandangi pohon-pohon yang dedaunnya bergoyang kencang.
"Ada apa, Wage?" tanya Kirana, ikut melihat ke arah yang ditatap Bestial rusa merah itu.
"Kak Kirana, sepertinya ada sesuatu di sana." Wage berjalan mundur, bersembunyi di belakang kaki Kirana.
"Aku takut," Wage berucap gemetar.
Kirana jadi ikut merasakan hawa yang tidak mengenakkan. Ia bersikap waspada, memasang badan untuk Wage.
Suara dahan pohon patah terdengar, burung-burung dari sekitar pohon tiba-tiba terbang ke udara. Angin kencang berhembus dari balik pepohonan dan memelesat bayangan putih ke udara. Ia melompat akrobatik dan mendarat dengan kedua tungkainya di tanah, tanpa beban.
"Ketemu!" Shan berseru senang. Ia melepaskan aura intimidasi yang sangat kuat, Kirana sampai tercekat dan lututnya lemas. Ia membatu di tempat, tidak bisa bergerak. Wage bahkan sudah hampir menangis saking ketakutannya.
"Dia harimau putih yang waktu itu datang ke desa," Kirana bergumam. "Shan!"
Shan maju menyerang ke arah Kirana sambil memamerkan kuku-kuku tajam di jemarinya, namun dari arah hutan, Xavier muncul di waktu yang tepat dan menendang pinggang Shan. Kedua Bestial itu berguling di tanah lalu saling melemparkan tinju yang menghantam wajah lawannya.
"Xavier!" Kirana terkejut melihat Bestial ular itu muncul, tapi ada kelegaan tersendiri di hatinya.
"Lari Kirana!" perintah Xavier, ia masih sibuk bertarung dengan Shan, menahannya agar tidak mendekati Kirana.
Gadis itu langsung menarik tangan Wage untuk berlari menjauh.
"Apa Paman Xavier akan baik-baik saja?" tanya Wage, khawatir.
Kirana memahami perasaan anak rusa itu, tapi ia mengangguk dengan yakin. "Xavier akan baik saja-saja, dia kuat."
"Lawannya juga terlihat kuat," timpal Wage.
Kirana tidak menjawab, di dalam hati membenarkan perkataan Wage. Selama ini Kirana tidak pernah merasakan aura intimidasi seperti tadi, bahkan dengan Xavier yang selalu ada di sebelahnya. Gadis itu berasumsi kalau Xavier memang tidak pernah menujukkan aura intimidatifnya kepada Kirana. Berbeda dengan Shan.
Kirana sekarang jadi memahami perasaan Bestial-Bestial lain yang pernah merasakan aura intimidatif dari Bestial tahap keempat. Tekanan yang sungguh mengerikan, seperti tercekik, tapi tidak bisa kabur karena tubuh serasa membeku.
Tiba-tiba terdengar suara ledakan diikuti empasan angin kencang. Tubuh Kirana dan Wage seketika terpental dan menabrak pohon besar. Kirana berbalik, melihat letusan api seperti jamur besar. Ada lilitan energi kegelapan di sekelilingnya. Tabrakan dari dua elemen itulah yang menyebabkan ledakan barusan.
Kirana dapat melihat Xavier berdiri, dadanya naik turun karena mengatur napas. Di arah yang berlawanan, Shan baru bangkit, ada darah merembes dari sela-sela poni rambutnya, mengalir ke tepi wajahnya.
"Ular sialan!" Shan mengamuk karena hanya ia yang mendapat luka dari serangan tersebut. Namun, dalam sepersekian detik, Shan mendapatkan ide. Seringainya muncul seiring dengan dihentakkannya kedua kaki manusia-harimau itu.
Ia mengambil beberapa langkah ke depan, kakinya menjejak tanah sampai menimbulkan getaran di sekitar, embusan api menyebar ke sekelilingnya, lalu dalam satu tarikan napas Shan melejit dengan cepat ke tempat Xavier.
Xavier dengan sigap menghindar, sementara Shan memutar pinggulnya dan memberikan tendangan yang berhasil Xavier tangkis. Namun, sesuatu mengganggu pikiran Xavier. Itu karena Shan terus menerus melemparkan seringai penuh kemenangan.
Sosok Shan di hadapannya tiba-tiba menghilang menjadi partikel api. Ternyata sejak tadi ia bertarung dengan klon bayangan Shan. Saat itulah Xavier menyadari kalau ia sudah ditipu. Namun, semua sudah terlambat. Ketika ia melemparkan pandangannya ke tempat Kirana, bayangan dalam bentuk harimau putih memelesat ke arah gadis itu.
Kirana terkejut melihat harimau putih berukuran lebih dari dua meter melompat ke arahnya. Namun, gadis itu tidak lari, itu karena ia sedang melindungi Wage. Kalau Kirana menghindar, Wage yang akan terkena serangannya.
Kirana hanya sempat mengangkat lengan kanannya, sesuatu yang tajam menembus dagingnya dan menyebarkan rasa perih luar biasa. Kirana dapat melihat darah menetes-netes dari lengannya, gadis itu pucat melihat cairan merah keluar dari luka yang dihasilkan gigitan Shan.
Shan melepaskan gigitannya, dengan cepat lidahnya menyapu darah di tangan Kirana. Kedua bola mata harimau itu membesar seiring dengan raungannya yang membahana. Ia merasakan sesuatu meluap-luap dari dalam dirinya, menyebar ke seluruh nadi, membesarkan otot-otot dan menguatkan tulangnya berkali-kali lipat.
Shan mengaum lalu membuka kembali mulutnya, siap menyerang Kirana. Ia tidak mau darah lagi, kini ia ingin merasakan satu tangan utuh milik gadis itu. Toh manusia masih bisa tetap hidup walau hanya punya satu tangan.
Kirana berteriak, ia menundukkan kepalanya karena takut. Terdengar seruan suara pria dari samping, Xavier melancarkan tendangan ke kepala Shan, namun, Bestial dalam wujud harimau putih itu menolehkan kepalanya dengan cepat dan menggigit kaki Xavier lebih dulu. Dalam satu lemparan ia berhasil menyingkirkan tubuh Xavier jauh darinya.
Kekuatan Shan seketika berada di atas manusia-ular tersebut. Itu karena efek darah Kirana. Darah manusia—bahkan hanya setetes bisa membuat Bestial yang meminumnya menjadi lebih kuat.
"Hahaha! Kau tidak akan bisa mengalahkanku, manusia-ular!" Shan tertawa meremehkan. Ia melirik Kirana sekilas, "Aku akan kembali padamu setelah membereskan ular itu."
"Oh, tidak, Xavier," Kirana cemas melihat Xavier. Pria itu bangkit dengan luka di pergelangan kakinya. Serangan Shan yang sejak tadi gagal melukai Xavier, kini hanya dengan gigitan kecil bisa menembus sisik Xavier yang tebal dan kuat.
Melihat Shan dalam wujud harimaunya, Xavier ikut bertransformasi ke sosok aslinya. Bestial ular itu diselubungi energi kegelapan dan berubah menjadi ular hitam raksasa. Xavier mendesis sambil membuka mulutnya. Ia melemparkan jarum-jarum beracun ke arah Shan. Shan bergerak gesit, menghindari semua serangan. Ia melompat dan mencakar wajah Xavier.
Ular itu menutup satu matanya yang terluka terkena tebasan cakar. Shan langsung merayap ke punggung Xavier, ia mengigit leher ular itu dan membuat Xavier mendesis karena kesakitan. Xavier mencoba melilit tubuh Shan. Ia harus meremukkan tulang harimau itu sebelum lehernya yang digigit sampai putus duluan.
Tubuh Shan yang sudah menerima darah Kirana menjadi berkali-kali lipat lebih kuat, bahkan bisa bertahan dari lilitan Xavier. Sementara Bestial ular itu sudah mulai merasakan daging-daging lehernya terkoyak, ia merasakanya nyawanya terancam.
Xavier menyemburkan racun dan mengenai tubuh Shan. Namun Shan menyalakan api di sekujur badannya dan membakar racun itu. Shan mengangkat cakarnya lagi, ia menebas wajah Xavier lalu lompat ke udara. Tubuh Shan berputar seperti roda dan mengeluarkan api yang membara. Bestial harimau itu pun menghantam wajah Xavier dan membakar kepala ular itu.
Xavier tumbang ke tanah, wujud ularnya pecah menjadi partikel kegelapan dan perlahan menyisakan wujud manusianya yang sudah terluka parah. Namun, Xavier masih sadar. Ia berusaha bangkit, salah satu matanya dibutakan oleh Shan. Bahkan kemampuan regenerasinya sulit untuk melakukan pemulihan karena ia kalah kekuatan dengan Shan.
Shan membuka mulutnya dan mengumpulkan partikel api, menciptakan bola bercahaya yang panas dan membara. Ia menembakkan bola api itu ke arah Xavier. Manusia-ular itu sempat membuat perisasi, tetapi pecah seketika saat permukaannya terkena bola api. Xavier terdorong oleh energi bola api yang meledak. Ia terlempar ke arah pepohonan sampai batangnya tumbang. Tubuhnya tertimpa pohon-pohon yang berjatuhan.
Shan tersenyum saat dirinya yakin tidak merasakan hawa keberadaan Xavier lagi. Ular itu sudah tamat.
"Manusia... kau milikku sekarang!" Shan berbalik ke tempat Kirana. Harimau itu mengaum mengumumkan kemenangannya.
Kirana gemetar ketakutan. Matanya berkaca-kaca menyaksikan pertarungan barusan.
"Xavier, tidak...," Kirana menggeleng kuat-kuat. "Ini semua salahku, darahku yang membuat Shan jadi seperti ini."
"Benar Kirana, kau lihat, inilah keistimewaan manusia," Shan merespon perkataan gadis itu, seakan bisa mendengarnya walau jarak mereka cukup jauh.
Shan melangkah mendekat, tersenyum sembari memamerkan taring depannya yang mencuat. "Aku bisa mencium aroma anak rusa." Ia terkekeh. "Daging anak rusa sangat enak.," katanya sambil menyapukan lidahnya ke bibir, seakan ingin menunjukkan niat untuk memakan Wage di hadapan Kirana.
"Jangan sentuh anak rusa ini!" seru Kirana. Keberaniannya muncul kembali karena ia sadar harus melindungi Wage. Ia juga ingin menghampiri Xavier untuk memastikan kondisinya secara langsung.
Mungkin ada sesuatu yang bisa kulakukan untuknya, batin gadis itu.
Kirana mencoba berpikir keras. Ia harus melakukan sesuatu untuk kabur dari Shan. Bahkan walau sebentar saja, ia ingin mengalihkan perhatian Shan lalu berlari ke tempat Xavier. Sesuatu, pasti ada sesuatu yang bisa kugunakan!
Tangan Kirana tidak sengaja menyenggol tas hitam yang tersampir di pinggangnya. Mata gadis itu seketika membulat. Ia mendapatkan ide, mungkin rencananya bisa berhasil mengalihkan perhatian Shan.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top