Bab 20: Makan Malam Terakhir
Hidung Xavier menangkap munculnya aroma manis gurih yang kuat. Ada bau buah-buahan yang tercampur, namun sensasi menggelitik yang ditangkapnya jauh lebih dominan. Aroma ini bisa membuat gila karnivora mana pun yang menghirupnya. Xavier membuka mata yang sejak tadi terpejam, Kirana sudah berdiri di depan pria tersebut.
"Ah, maaf mengganggu tidurmu," kata gadis itu.
"Aku tidak tidur." Xavier menegakkan punggungnya yang sejak tadi bersandar di dinding kayu. Walau matanya tertutup, ia tetap bisa merasakan perubahan kondisi di sekelilingnya. Xavier hanya sedang menajamkan indranya untuk berjaga-jaga.
"Apa terjadi sesuatu?" tanya pria itu.
Kirana menggeleng kecil. "Bukan, hanya saja ada yang ingin kubicarakan denganmu." Kirana melipat kedua tangannya di punggung, kepalanya sedikit menunduk. Lirikan matanya terlihat dari sela-sela rambutnya yang sebagian diselipkan ke belakang telinga.
Gadis itu tampak lucu dengan pose seperti itu, membuat Xavier merasa gemas dan ingin merengkuh gadis itu. Namun, manusia-ular itu menahan dirinya. Ia melihat ke arah lain untuk menahan dorongan di dalam dirinya.
"Tentang apa?"
"Soal Shan," Kirana berbicara pelan, nyaris berbisik.
Mata Xavier membulat, tidak menyangka kalau Kirana akan membicarakan Bestial harimau itu. Namun ia memlih diam, menunggu Kirana melanjutkan kalimatnya.
"Apakah dia Bestial dengan wujud asli harimau putih?" tanya Kirana.
Mata Xavier menyipit curiga. "Darimana kau tahu tentang itu?"
"Aku tidak tahu, hanya saja itu satu-satunya Bestial asing yang kutemui di sekitar ini," aku Kirana. "Saat kau pergi menjemput Hugo, ada harimau putih yang datang ke desa, aku tidak tahu kalau itu Shan."
"Kirana!" Xavier tiba-tiba menaikkan nada suaranya, gadis itu sedikit tersentak karena kaget. Kedua tangan Xavier dengan cepat meraih pundak gadis itu, mencengkramnya agak kuat sampai Kirana meringis.
"Kau—dia melakukan apa padamu?"
Kirana sulit menangkap ekspresi Xavier. Ada kemarahan terpancar dari matanya, tapi gadis itu juga masih bisa merasakan kekhawatiran dari nada suara Xavier.
"Dia tidak melakukan apa pun," jawab Kirana. "Xavier—sakit, tanganmu."
Xavier tercekat. Ia terlalu kuat mencengkram pundak Kirana. Buru-buru ia menarik kedua tangannya dan menyampirkan ke samping badan. "Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu."
"Tidak apa-apa. Maaf, aku juga baru cerita sekarang."
Xavier menghela napas, mengontrol emosinya agar lebih tenang. Pikiran buruk membayangkan Shan menyakiti Kirana membuat kemarahannya memuncak untuk sesaat.
Setelah tenang, pria itu kembali bicara. "Lalu, apa yang terjadi selanjutnya?"
Kirana menggeleng. "Tidak ada, dia hanya berdiri di tepi desa, aku menghampirinya, tapi saat aku hampir menyentuhnya, dia melarikan diri."
Xavier terdiam kembali mendengar cerita tersebut. Ia sempat bertanya-tanya mengapa Shan tidak langsung membawa Kirana saja dari desa atau karena ia mencium aroma tubuhnya bercampur dengan Kirana, sehingga ia berpikir dua kali dan akhirnya mundur.
"Tidak, ada banyak kemungkinannya," gumama Xavier.
"Kau bicara apa?" tanya Kirana, penasaran karena Xavier berbicara pada dirinya sendiri.
Xavier tersadar kalau Kirana juga ada di sana, ia terlalu tenggelam pada pemikirannya sendiri. "Aku hanya menduga alasan dia pergi dari desa, padahal seharusnya ia bisa saja menculikmu."
"Menculikku?"
"Kau manusia Kirana, dia pasti tahu itu."
"Apakah aku seberhaga itu bagi kalian para Bestial?" Kirana memang sudah tahu beberapa alasan mengapa ia diinginkan banyak Bestial, selain sebagai sumber makanan dan untuk dijadikan pasangan kawin, tapi ia masih belum mengerti kenapa dirinya menjadi sepenting itu.
"Bagi kami para Bestial, manusia adalah sosok yang sempurna," kata Xavier. "Banyak cerita yang diturunkan tentang kehebatan manusia, bagaimana anak-anak yang lahir dari rahim manusia akan menjadi lebih kuat dan bisa bertahan hidup, para manusia memiliki banyak ide dan pemikiran inovatif, dan sumber kekuatan yang tak ternilai."
Kirana menyimak baik-baik penjelasan Xavier, tapi ia tidak paham dengan yang terakhir. "Sumber kekuatan?"
"Memakanmu bisa membuat Shan selangkah lebih dekat meraih mimpinya," Xavier bersedekap. "Tapi ini hanya opiniku, berdasarkan pengalamanku bertemu dengannya terakhir kali. Aku tidak tahu kalau ia punya alasan lain."
Kirana menempelkan ujung jarinya di bibir, ia tampak serius berpikir setelah mendengar perkataan Xavier. Tercetuslah ide di kepalanya.
"Xavier, kalau memang berharga baginya, bagaimana kalau aku dijadikan umpan saja?" usul Kirana.
"Tidak," tolak Xavier tegas.
"Tolong pertimbangkan Xavier, jika aku bisa membawanya jauh dari desa, bukankah itu akan mengurangi ancaman bagi para penduduk?"
"Mengorbankanmu untuk harimau itu? Lebih baik desa ini yang dimakan oleh Shan," balas Xavier, dingin.
"Tidak ada yang perlu dikorbankan, aku juga tidak berminat jadi makanannya!" suara Kirana meninggi. "Ini hanya untuk pengalihan sementara."
Xavier tidak langsung menjawab. Logikanya membenarkan saran dari Kirana. Mengumpankan gadis itu adalah ide terbaik untuk meminimalisir jatuhnya korban. Namun, ia tidak setuju. Hatinya menolak untuk mengorbankan gadis yang akan ia jadikan pasangan. Lagipula, sejak awal ia setuju membantu Suku Cervid adalah karena ia berniat melindungi Kirana, tidak ada yang lain.
Kirana menatap Xavier lekat-lekat, menantikan jawaban berbeda dari pria itu. Namun, dari kejauhan sayup-sayup suara Gigi memanggil nama mereka.
"Kirana, Xavier! Ayo kemari! Makan malam akan dihidangkan sebentar lagi!"
Kirana menoleh ke tempat Gigi. "Sebentar, aku akan menyusul ke sana!" Ia lalu menoleh lagi pada Xavier. "Jadi, bagaimana?"
"Kau pergi makan malam saja dulu, aku akan memikirkannya."
"Kau tidak ikut makan?"
"Aku sedang berjaga disini. Pergilah."
Kirana pun menurut. Ia melangkah meninggalkan Xavier yang masih terdiam di posisinya. Xavier memandangi punggung Kirana yang menjauh. Pria itu mendesah berat, jelas tidak mungkin ia mengizinkan Kirana memakai rencana ceroboh seperti itu.
***
Malam itu para penduduk Suku Cervid masih bisa menyalakan api unggun dan makan malam bersama diiringi musik yang ceria. Setidaknya itu bisa menghilangkan ketegangan di desa yang masih sedikit terasa sejak kunjungan utusan Shan tadi sore.
Wagyo dan Gigi cukup merasa puas karena melihat anak mereka dan teman-temannya masih ceria berlarian kesana kemari di bawah taburan bintang. Hugo tampak serius membicarakan strategi posisi pertahanan dan menyerang bersama Gogo dan Kirana. Mereka makan malam sambil tetap membahas rencana untuk besok.
Xavier kini tidak sendiri. Ia ditemani oleh Ezekiel. Bestial elang harpy itu menghampirinya tidak lama setelah Kirana pergi. Mereka sepakat untuk berjaga sembari penduduk desa menikmati makan malam. Ditengah hembusan angin malam yang dingin, keduanya saling terdiam, canggung.
"Dia tidak makan tadi siang," kata Ezekiel tiba-tiba, sebenarnya ia ingin pamer karena merasa lebih memperhatikan Kirana seharian ini.
"Aku sudah membawakannya buah ke aula," balas Xavier, cuek. Ezekiel mengepalkan tangannya menahan kesal. Lagi-lagi ia dikalahkan oleh Bestial ular itu.
"Aku akan melindunginya saat Shan datang," Ezekiel membuka topik kompetisi baru. Namun, diluar dugaannya, Xavier tidak menyambut tantangan tersebut. Bestial itu menoleh kepadanya, tatapannya terlihat serius.
"Benar, kau harus menjaganya."
Ezekiel terdiam, ada sesuatu yang ganjil dari ucapan Xavier. Ular itu tidak mungkin mengalah kepadanya.
"Kirana berniat memancing Shan dengan dirinya," lanjut Xavier. "Ia tadi bilang kepadaku kalau pernah bertemu dengan harimau putih yang datang ke desa di malam hari."
"Itu Shan?"
Xavier mengangguk. "Itu artinya Shan sudah tahu kalau ada manusia di sini, ia juga pasti mengincar Kirana."
"Untuk pasangan kawin?"
"Atau yang lebih buruk, pasangan kawin dan makanan," Xavier ingat kalau Bestial harimau itu sangat berambisi menjadi Bestial Legendaris. Namun, untuk mendapat gelar tersebut, Bestial harus bervolusi sampai ke tahap keenam. Itu sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Jalan paling cepat memang dengan memakan sesama Bestial yang berada di level yang sama dengannya, tetapi itu nyaris tidak mungkin karena Bestial itu pasti akan melawan balik.
Manusia memiliki posisi setara dengan Bestial tahap keenam, mereka memiliki sumberdaya yang cukup untuk meningkatkan status Bestial dengan cepat, Shan mungkin bisa langsung berevolusi ke tahap kelima kalau memakan Kirana.
Melihat kilas balik seratus tahun lalu di Istana Zoophara, Shan sama sekali tidak ragu mengungkapkan keingannya menjadi Bestial Legendaris. Ia akan menempuh jalan apa pun itu. Saat itu, dirinya dan seorang Bestial tahap keempat lain tampak tidak peduli dengan ambisi seperti itu. Tetapi, Shan sungguh bergelora dengan status dan kekuasaan.
"Kirana menganggap dirinya adalah umpan yang bagus," ungkap Xavier. "Menurutnya, itu bisa menjauhkan Shan dari desa."
"Itu gila, dia tahu itu tidak mungkin kan?"
"Aku akan ada disana," tambah Xavier. "Tetapi, aku tidak setuju dengan rencana itu. Terlalu berisiko."
"Untuk satu hal ini aku sepakat denganmu," Ezekiel manggut-manggut.
"Saat Shan datang, aku ingin kau melindunginya dan mencegahnya melakukan hal sembrono seperti yang kubilang barusan," Xavier berkata dengan sungguh-sungguh. "Aku yang akan memancing Shan, Kirana harus tetap di dalam desa."
Ezekiel mengangguk paham. Ia juga tidak mau sesuatu terjadi pada Kirana, malah lebih baik kalau sesuatu terjadi pada Xavier. Tapi kalau Bestial ular itu mati, habislah sudah pertahanan terkuat di desa ini. Ezekiel jadi bingung sendiri, ia mengacak rambutnya karena frustasi.
Xavier melirik ke arah bestial elang itu, tampak risi. "Kutu rambutmu terbang kemana-mana."
"Aku tidak kutuan! Kau kira aku anjing?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top