Bab 14: Hugo Sang Rusa Merah

Kembali ke beberapa jam sebelumnya, jauh di kaki Gunung Hagamaro, seorang manusia-rusa dengan kulit coklat terang tengah berjalan menyisir rumput kuning yang setinggi pinggangnya. Pria itu memiliki rambut berwarna coklat kemerahan yang jatuh ke pundak, wajahnya berbentuk kotak dengan tulang rahang yang tegas. Kedua lengannya besar dan berotot, tampak seimbang dengan posturnya tubuhnya yang mencapai 190 cm.

Maniknya yang berwarna coklat dengan teliti mengidentifikasi tanaman obat yang tumbuh diantara alang-alang besar disekitarnya. Pria itu mengelap peluh didahinya, lalu memasukkan tanaman obat terakhir ke tas kulit yang tersampir di pinggang. Pakaiannya terbuat dari rajutan tumbuhan, panjang sampai ke paha. Ia mengenakan bawahan celana panjang dari bahan serupa.

Bestial rusa merah itu bernama Hugo. Ia memang rutin pergi ke Gunung Hagamaro untuk mencari beberapa jenis tanaman obat. Sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai penduduk terkuat untuk mengambil pekerjaan yang lokasinya paling jauh dan menguras tenaga. Ia cukup percaya diri dengan kekuatannya tersebut.

Tidak banyak Bestial yang bisa berevoluasi sampai ke tahap ketiga seperti dirinya. Apalagi, ia sangat mengenal wilayah tempat tinggalnya. Saat ini Hugo adalah satu-satunya Bestial di wilayah terebut yang mencapai evolusi tahap ketiga, sehingga ia tidak perlu merasa khawatir bertemu Bestial predator. Ia jauh lebih kuat dibandingkan mereka. Ia bisa menjaga dirinya sendiri.

Sambil memandang langit biru yang cerah ia bergumam, "Aku sudah terlalu lama berada di sini, Wagyo dan yang lainnya bisa khawatir." Ia pun keluar dari wilayah kaki Gunung Hagamaro dan bergegas kembali ke desa.

Langkah kakinya panjang dan cepat, ia melintasi pohon dan akar-akar besar dengan gesit. Kalau ia konsisten berlari dengan kecepatannya sekarang, seharusnya ia bisa tiba di desa dalam setengah hari, lebih cepat dari biasanya kalau ia sedang ingin jalan kaki dan sedikit bersantai.

Dari Gunung Hagamaro, ia melewati hutan belantara, lalu mengambil jalan pintas dengan melompati air terjun. Ia mendarat di antara bebatuan yang mencuat dari sela-sela air terjun, dan berhasil mendarat mulus sampai bawah. Mengikuti arah sungai, ia akan tiba dengan cabang anak sungainya yang berdekatan dengan lokasi desa.

Jalan pintas ini hanya bisa dilalui olehnya. Medan yang terlalu ekstrem tidak akan bisa dilalui oleh Bestial lain dari sukunya.

Saat melintasi sungai tersebut, Hugo tiba-tiba merasakan hawa membunuh yang kuat. Ia berhenti berlari dan membeku untuk beberapa saat. Hawa itu tidak familiar, ia belum pernah merasakan ancaman dengan tekanan sekuat itu sebelumnya. Instingnya memberi perintah untuk berbalik.

Ketika Hugo menghadap ke belakang, di salah satu batu besar sungai berdiri seorang pria dengan rambut kelabu dan iris dengan berwarna hijau kekuningan. Ia tersenyum saat melihat Hugo langsung memasang kuda-kuda pertahanan.

Hugo menelan ludahnya, tidak percaya dengan yang ia lihat. "Kenapa kau ada disini, Shan?"

Pria harimau putih yang bernama Shan itu mengangkat kedua bahunya. "Apa lagi? Aku sedang memperluas wilayah kekuasaanku."

"Bukankah Suku Panthera sudah memiliki cakupan wilayah yang luas di Bagian Utara Forest Region?"

"Aku sudah keluar dari suku primitif itu sejak lama." Shan menghentakkan kakinya dan melompat tinggi di udara. Ia mendarat halus di depan Hugo, tidak menghasilkan satu pun suara dari pijakannya. "Sekarang, aku membuat wilayahku sendiri."

Tatapan matanya menghujam Hugo, penuh intimidasi. "Suku Cervid kini masuk ke dalam wilayah kekuasaanku, kalian harus bekerja di bawahku atau menjadi makananku."

"Kau pikir aku membiarkan itu?" Hugo menepis tatapan dari Shan. Ia langsung melayangkan sebuah pukulan dan Shan menghindar dengan mudah. Pria harimau itu melompat-lompat dengan lincah seakan mengejek serangan Hugo yang ia anggap terlalu lamban.

"Pergi dari sini! Hutan ini bukan wilayah milikmu, Shan!"

"Awalnya memang bukan, tetapi aku akan menjadikannya wilayah milikku," Shan tertawa licik. "Aku sudah berhasil menguasai beberapa suku lainnya yang tinggal di sekitar sini, kau akan terkejut melihat betapa loyalnya mereka padaku."

"Itu karena kau mengancam nyawa mereka," Hugo tidak akan terhasut. Bahkan walau kakinya sudah gemetar merasakan tekanan kekuatan dari Shan, ia tidak akan menyerahkan desanya begitu saja.

"Kau adalah Bestial terkuat di Suku Cervid, jika aku memberi peringatan melaluimu, mereka pasti akan mengerti." Shan mengeluarkan cakar-kacar panjang dari jemarinya lalu melanjutkan, "Aku ini bukan tandingan kalian semua."

Ia maju melesat dan menyerang Hugo. Hugo menjejakkan kakinya ke tanah, tercipta pelindung dari tanah berbentuk dinding tebal. Tetapi Shan dengan mudah mengubah haluannya, ia melompati dinding itu dan melayangkan tendangan dari atas.

Hugo mengindar, ia lalu memukulkan tangannya ke tanah, bersamaan dengan itu jalinan akar tumbuh dengan cepat, membentuk sulur-sulur tanaman dan menjerat kaki Shan.

"Pengendali tanah dan alam, luar biasa," Shan mencemooh. "Kita lihat bagaimana kekuatanmu bertahan dengan api milikku!" Shan mengembuskan nafasnya dan pusaran api keluar dari tubuhnya, membakar sulur-sulur tanaman itu.

Cakar di kedua tangannya kini dibalut oleh api, ia maju sambil melayangkan cakarannya lagi. Gerakan Hugo yang mudah terbaca membuat Shan tiba-tiba membelokkan langkahnya, sementara Hugo terlanjur menciptakan pelindung di depan wajahnya.

"Kena kau!" Shan tersenyum penuh kemenangan saat kukunya menyobek daging di punggung Hugo. Darah muncrat dan membasahi tanah. Hugo mengernyit menahan sakit sambil merapalkan kemampuan penyembuhnya. Asap keluar dari bagian luka yang perlahan mulai menutup kembali.

"Lumayan juga, memang sulit melukai Bestial tipe penyembuh sepertimu," Shan tidak berkata dengan sungguh-sungguh. Ia jelas tahu cara mengalahkan Hugo dengan cepat, tetapi, ia ingin bersenang-senang dengan mangsanya terlebih dulu.

"Aku tahu kau meremehkanku sejak awal." Hugo mengatupkan kedua tangannya, ia berkonsentrasi mengumpulkan energi alam di sekitarnya. "Aku memang bukan tandingan Bestial tahap keempat sepertimu, tetapi, bukan berarti aku tidak bisa bertahan dari seranganmu."

Menggunakan energi dari alam Hugo menciptakan kubah besar di sekitar mereka. Cahaya hijau berpendar dari rangkaian tanaman yang tumbuh pesat mengelilingi mereka. Selama berada di dalam kubah itu, Hugo tidak akan bisa terluka dan ia juga mendapatkan peningkatkan kecepatan dan daya tahan fisik yang besar.

Kali ini Hugo yang maju menyerang, menggunakan elemen tanah yang ia padatkan di kepalan tangan membuatnya menghasilkan tinju beberapa kali lebih kuat dari biasanya. Shan meliuk menghindari pukulan demi pukulan, sesekali ia melompat berkelit dari tendangan Hugo. Senyum tidak hilang dari wajah manusia harimau itu, ia tampak menikmati permainan tersebut.

Pada satu momen Hugo tiba-tiba mencabut bongkahan tanah dari bawah menggunakan pengendalian elemen tanahnya, batu itu ia lemparkan ke Shan. Shan menghindar dan di saat bersamaan Hugo maju melayangkan tendangan tepat di arah kaki Shan mendarat. Tendangan itu akhirnya berhasil mengenai tubuh Shan.

Aura merah menguar dari tubuh manusia harimau itu, tangannya dengan cepat menyergap pergelangan kaki Hugo. Ia menyeringai, "Trik murahan seperti itu tidak akan bisa mengelabuiku."

Tangannya dengan kuat meremas pergelangan kaki Hugo sampai patah. Ia lalu melemparkan tubuh Hugo dengan satu tangan. Aura merah itu berubah menjadi percikan api, Shan menciptakan senjata berupa pedang melengkung dari api. Ia menyabetkan pedang itu dan Hugo yang masih kesakitan mencoba menahannya dengan dinding dari tanah.

Perbedaan kekuatan yang jauh menyebabkan dinding itu hancur seketikan, pedang mengenai tubuh Hugo dan membakar pakaiannya serta menyebabkan luka fatal. Bestial rusa itu terkejut karena serangan Shan bisa meluakinya, bahkan saat dirinya berada di dalam kubah pelindung.

Shan membuat sebuah bola api di tangannya, api itu memadat sehingga bolanya berubah menjadi berwarna kemerahan. Ketika bola itu dilempar ke udara, apinya meledak ke segala penjuru, membakar kubah tumbuhan Hugo.

Api berkobar di sekitar mereka, Hugo mengerang dengan luka bakar di sekujur tubuhnya, ditambah pergelangan kaki kanannya yang patah. Shan berdiri di sampingnya, tampak kekecewaan menghiasi wajah pria itu.

"Padahal aku berniat untuk memakanmu tadi," ucap Shan penuh rasa penyesalan. Bibirnya ditarik membentuk seringai mengejek. "Sayang, kau terlalu lemah. Aku tidak akan bisa berevolusi ke tahap kelima jika memakanmu."

Ia lalu berbalik meninggalkan Hugo yang terluka parah. "Kau tahu, aku mencium aroma yang enak dari desa tempat tinggalmu. Apa yang kalian sembunyikan?"

Hugo tidak paham apa yang dibicarakan Shan. Ia mau menjawab tetapi membuka mulut pun terasa sulit. 

Shan mengedikkan bahunya. "Terserahlah, akan kucari tahu sendiri."

Beberapa langkah sebelum ia melintasi dinding api, ia berkata pada Hugo. "Jika sukumu tidak mau tunduk padaku, akan kubuat mereka tunduk dengan caraku sendiri. Kau mengerti maksudku, kan?" Ia tersenyum jahat lalu pergi meninggalkan tempat tersebut.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top