II
Terus terang Rae agak kaget saat dia di suruh duduk dan makan bersama Izanagi.
Bukannya menikmati makanan yang baru pertama kali dicoba olehnya tersebut, Rae lebih fokus pada Izanagi yang sedikit menyedihkan di matanya.
Rae melihat bagaimana Izanagi sangat hati-hati melakukan semua tata cara dimeja makan, seolah memastikan kalau dia tidak akan pernah mempermalukan dirinya sendiri.
Rae bertanya-tanya, makan dengan segala kehati-hatian dan sikap kaku dan waktu yang cukup lama seperti ini, apakah akan memuaskan dan mengenyangkan Izanagi?
Sedangkan Rae saja merasa tidak selera lagi karena terpaksa menyesuaikan diri dengan gaya makan Iznagi yang lambat.
Begitu Izanagi selesai makan, Rae yang tidak menghabiskan makan malamnya meski ini adalah menu yang diimpikannya hampir seumur hampir seumur hidup, langsung berdiri.
Izanagi yang menyadari gerakan Rae sedikit menelengkan kepalanya.
"Ambil soda dengan perasan lemon untukku" katanya.
"Baik tuan" ucap Rae yang berlari kecil ke arah mini bar.
Rae membaca label yang menempel di botol karena jujur saja dia tidak tahu beda soda dengan minuman yang lain. Yang Rae tahu, soda mengandung alcohol, itu saja.
Begitu menemukan, Rae langsung menuang dan memeras lemon yang bercampur buah lain dalam keranjang di pinggir meja.
Rae kembali ke tempat Izanagi menunggu dan meletakan gelas dihadapan Izanagi, Rae awalnya ragu, apakah langsung memberikan ke tangan si tuan, tapi melihat Ego Izanagi dia justru takut Izanagi tersinggung.
"Minumnya tuan" ucap Rae yang cepat-cepat berdiri karena wajahnya yang ternyata terlalu dekat dengan Izanagi yang membungkuk ke depan di saat yang bersamaan.
Izanagi mengulurkan tangan, ketika ujung jarinya menyentuh gelas, dia langsung bergerak menggenggamnya.
Perlahan dicicipinya minuman tersebut.
Izanagi meringis..
"Kau gila.. Bagaiamana ini bisa terlalu asam?" bentaknya.
Rae tadi memakai melon sebanyak yang dia pakai setiap kali mencampur dalam minuman yang akan dia minum. Jadi dia rasa minuman ini enak, Izanagi saja yang berlebihan.
Kesal, Rae mengambil gelas dari tangan Izanagi dan mereguk isinya lalu mengembalikan ke tangan Izanagi.
"Rasanya enak. Asamnya pas. Tapi kalau anda mau menukarnya, akan saya buatkan yang baru"
Katanya yang tak perduli melihat wajah terperangah dan tak percaya Izanagi.
Izanagi akhirnya menggeleng pelan.
"Tidak usah ini saja" katanya meneguk kembali isi gelas tersebut perlahan dan mencecap dilidahnya.
Rae membungkuk mulai membersihkan meja dari peralatan makan malam.
"Tidak usah. Itu bukan tugasmu. Tekan tombol di dekat meja kerjaku, pelayan akan datang dan kau bisa menyuruhnya membersihkan semua ini" kata Izanagi yang sudah berjalan ke sana, lalu merasa samar pinggir meja dan menekan satu tombol merah sebesar tombol yang biasa digunakan orang dalam kuis yang Rae tonton di TV.
Rae kesal juga, kalau ada tombol ini, untuk Apa dia disuruh bolak balik ke dapur tadi. Kan bisa pakai tombol itu.
Tidak lama, seorang pelayan datang, tersenyum pada Izanagi dan menggeleng tanpa suara saat Izanagi akan menolongnya sambil melirik takut-takut pada di tuan.
Izanagi fokus pada komputer khusus yang kalau Rae amati dari tempatnya seperti sudah di program atau di desain khusus untuk Izanagi yang sedang memakai headphone, pertanda dia mendengarkan bukan membaca.
Sipelayan pergi, tinggalah Rae yang tidak tahu harus melakukan apalagi selain bolak balik tidak menentu sampai lelah.
Akhirnya Rae duduk di sofa single ala timur tengah yang luas.
Capek duduk, Rae merebahkan badannya hingga dia sendiri tidak tahu kalau akhirnya dia tertidur.
Bangun-bangun Rae merasa pingangnya sakit dan lengannya kram.
Sial.. Apa si Izanagi tidak bisa membangunkan Rae dan memberitahu Rae untuk pindah atau tidur lebih baik?
Eh.. Tapi sebenarnya Rae harus tidur di mana?
Seingatnya, dia tidak diberitahukan dimana dia akan tidur atau dimana ruang pribadinya.
Syukurlah Rae punya kebiasaan bangun pagi-pagi sekali saat matahari belum muncul, akibat hidup susah yang membuatnya jadi begini.
Rae melihat sekelilingnya, dia mulai bingung.
Apa yang harus dilakukannya?
Mau mandi, tapi baju gantinya tidak ada.
Rae akhirnya memutuskan mencari Hugo. Mau bangun atau tidak dia harus memberikan barang-barang Rae.
Rae berjalan pelan, agar tidak menganggu Izanagi yang nyenyak diatas kasur super luas, dibalik selimutnya.
Tempat pertama yang Rae lihat adalah dapur tapi tidak ada hugo. Hanya ada dua orang pelayan yang sepertinya juga baru bangun seperti Rae.
Emangnya jam berapa aktifitas dimulai di rumah ini?
"Apa aku boleh Tahu Hugo ada di mana?" tanya Rae pada mereka yang sedang melihat padanya.
"Taman belakang, biasanya dia di sana jam segini" kata Salah satu dari mereka.
Rae mengucapkan terimakasih dan berjalan ke arah tunjuk pelayan tadi terarah.
Rae berputar-putar dan hampir tersesat jadi anak hilang sebelum akhirnya menemukan pintu yang membawanya ke taman belakang.
Disana Rae melihat Hugo yang berjalan santai.
Rae mengejarnya, berdiri di depan Hugo yang kaget karena kehadiran mendadak Rae yang ngos-ngosan.
"Apa-apaan kau?" hardiknya
Rae mengabaikan amarah Hugo.
"Barang-barangku. Aku membutuhkannya. Aku harus mandi dan ganti pakaian" beritahu Rae cepat.
Hugo menatap Rae dengan gaya menghina yang terang-terangan. Sebab dia tahu Rae hanya membawa tas kecil yang isinya hanya terdiri dari alat make-up yang pokoknya saja dan beberapa stel pakaian.
"Untuk apa, toh kau akan memakai seragam khusus. Bedak dan lipstiknya juga hampir habis" hina Hugo.
Rae kesal sekali.
"Pakain dalam. Aku butuh mereka. Tidak mungkin aku memakai yang sekarang selama dua tahun. Mereka akan koyak dan bau hingga tidak berguna lagi" geram Rae yang tak perduli saat melihat Hugo menahan senyumnya.
Hugo berjalan mendahului Rae, sampai di sebuah kamar kosong.
"Apa ini kamar untukku?" Tanya Rae lancang dengan nada kagum.
Hugo menunggu hingga Rae kembali melihat padanya.
"Ya.. Ini kamarmu. Tapi kau tidak akan tidur di sini" tekan Juga yang membuat Rae kaget.
"Kenapa?" tanyanya bingung.
"Kau menggunakan kamar ini hanya untuk menyimpan barang-barang atau melakukan apa yang harus kau lakukan.
Kau tidur di sini jika tuan Izanagi tidak berada di rumah dan kau tidak ikut dengannya. Tapi setiap kau bersama dengannya, dimanapun itu, mau di sini atau di hotel atau dimana saja, maka kau akan tidur bersamanya"
Beritahu Hugo datar.
Rae melotot.
"Bersamanya.. Diatas satu ranjang?" tanya Rae mau menangis.
Awalanya Juga terlihat akan membentak tapi melihat mimik Rae yang ketakutan, dia jadi terlihat menahan Tawa.
Dijentiknya kening Rae begitu kuat hingga Rae langsung terpekik dan mengusap keningnya.
"Emang kau siapa hingga bisa tidur dengab tuan Izanagi?" jengkelnya.
"Kau tidur di sofa. Siap sedia kapan saja saat tuan Izanagi membutuhkanmu" beritahu Hugo yang disambut senyum dan anggukan malu Rae.
"Seragammu ada dalam lemari. Semua yang kau butuhkan ada di kamar ini, termasuk pakaian yang akan kau pakai jika Izanagi membawamu keluar bersamanya.
Pakaian seragam dipakai saat berada di kawasan rumah saja"
Urai Hugo yang langsung dimengerti oleh Rae.
"Pergilah Mandi dan pakai seragammu. Lalu siapkan pakaian dan sarapan untuk tuan muda. Nanti aku akan memberikan buku petunjuk tentang jadwal, kebiasan dan apa yang disukai dan dibenci oleh tuan muda" titah Hugo
"Tinggalkan pakaian kotormu di sini. Atau apapun itu, kau hanya perlu foukus pada Tuan Izanagi"
Tambahnya Yang langsung berlalu meninggalkan Rae yang begitu pintu tertutup lansung tiarap ka atas kasur yang empuk dan mengusap seprei super lembut.
"Enaknya Jadi orang kaya" desahnya.
Lihat saja, kamar pelayan pribadi Izanagi saja hampir sama dengan kamar hotel.
Begitu merasa puas, Rae bergeser turun dan berlari ke kamar mandi yang mempunyai bathtub klasik yang mewah juga.
Suatu saat Rae harus memakainya meski sekali juga tidak apa-apa. Yang penting rasa penasaran Rae sudah terbayar.
Lima belas menit kemudian Rae keluar memakai handuk.
Membuka lemari dan langsung menemukan pakaian dalamnya. Dipintu satu lagi Rae mengambil seragam paling atas diantara dua tumpukan baju seragam yang semuanya berwarna merah, berbeda dengan baju pelayan di sini yang berwarna hitam atau abu-abu.
Rae rasa warna ini membedakan kedudukan atau tugas mereka semua.
Dari segi ukuran, seragam ini tidak terlalu besar atau kekecilan baginya, mungkin karena payudara Rae kecil dan membuat lingkar dadanya aman.
sayangnya untuk panjangnya Rae merasa risih karena terlihat terlalu pendek karena ujungnya berada ditengah paha Rae yang belun pernah memakai pakaian yang mempertontonkan pahanya seperti ini.
Kalau Rae membungkuk pasti celana dalamnya langsung kelihatan.
Ini juga karena tinggi Rae diatas rata-rata perempuan pada umumnya.
Tubuh Rae memang tidak ada feminim-feminimnya.
Rae menghentakkan kakinya.
Karena tingginya ini dia sampai sekarang tidak punya pacar serius.
Para pria mengatakan kalau tinggi Rae membuatnya Rae terlihat mandiri dan tidak membutuhkan mereka hingga mereka merasa tak nyaman lagi.
Sialan.. Sebenarnya itu hanya alasan mereka meninggalkan Rae yang tidak bisa diajak singgah ke hotel begitu gampangnya.
Membuang segala pikirannya, Rae berlari kecil kembali ke ruangan tuan Izanagi yang ternyata masih tidur nyenyak.
Rae mencoba menunggu sampai matahari terbit dan kamar itu mulai terang benderang.
Rae risih, seharusnya jika matahari sudah terbit, setiap gorden dan tidak harus dibuka agar kamarnya segar dan sehat.
Refleks Rae melakukan apa yang dipikirkan olehnya.
Semalam saat masuk ke kamar ini, gordennya sudah tertutup hingga Rae tidak tahu pemandangan seperti apa yang ada dibaliknya.
Mata Rae membesar, ini adalah surga. Taman bunga, kolam ikan besar. Sungai kecil dengan air terjun yang mengalir terus entah berakhir di mana.
Rae tidak bisa menahan godaan untuk mendorong pintu kaca tersebut dan bersiap melangkah ke arah air terjun yang jaraknya hanya beberapa langkah.
"Apa yang kau lakukan?"
Bentakan setengah berteriak itu membuat Rae berhenti dan menoleh ke arah Izanagi yang sudah duduk dan melihat ke arah Rae dengan wajah merah dan mata membesar.
"Untuk apa kau membuka tirai dan pintunya.
Apa yang membuatmu begitu lancang?"
Teriaknya yang bahkan dari jarak segini pun, Rae bisa melihat urat yang bertonjolan dileher dan pelipis Izanagi.
***************************
(21062019) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top