# 14 Rumor About Me at School

Rumor soal Kim Ha Na berbohong melihat Kim Min Ji menyontek karena takut peringkatnya turun, akhirnya tersebar. Semua orang tentu percaya karena Kim Min Ji sendiri yang pertama kali menyebarkannya. Reputasi Kim Min Ji sangat bagus, orang-orang menyukai sikapnya sebagai ketua kelas selama dua tahun beruturut-turut di SMA. Ditambah lagi dengan kenyataan tentang Kim Min Ji berhasil merebut peringkat satu dari Kim Ha Na. Suka tidak suka, rumor itu semakin meyakinkan.

Kim Ha Na keluar dari pintu ruang guru dengan lesu. Tadi dia selesai menemui wali kelas untuk dimintai keterangan soal laporannya. Kasus Kim Min Ji sedang diproses dan wali kelas memintanya untuk tetap diam.

"Kim Ha Na keluar dari ruang guru. Sepertinya rumornya benar..."

"Sudah kuduga dia akan membuat masalah lagi. Dulu Do Ha Na, sekarang Kim Min Ji..."

"Orang memang tidak bisa dinilai dari penampilannya..."

"Kim Min Ji sangat baik padanya dan sekarang dia membalasnya seperti ini? Dasar psyco..."

Bisik-bisikan yang awalnya terdengar samar menjadi sangat jelas di telinganya. Dia dapat merasakan tatapan dari orang-orang sepanjang koridor yang ia lalui. Tatapan penuh penilaian, tatapan merendahkan sampai meremehkan.

Ia mengepalkan tangannya. Mulutnya sudah gatal ingin membalas omongan mereka. Ia ingin mengatakan bahwa Kim Min Ji adalah seseorang yang licik yang menfitnahnya dan menyebar isu palsu. Tapi dia tidak bisa.

Tak ada orang yang mempercayainya seorang pembohong. Bahkan ketika ia mengatakan kebenaran. Kenyataan ini terasa pahit.

"Kim Ha Na."

Kim Ha Na menoleh ketika seseorang memanggilnya dan bersamaan dengan itu dia merasakan dekapan seseorang di bahunya. Senyuman cerah tersunging di wajah orang itu dan perasaan kalut yang ia rasakan pun menghilang. Orang itu Ha Min.

"Aku mencarimu daritadi, ternyata kamu di sini. Guru mencarimu di kelas."

Kim Ha Na berpikir sebentar, mengingat-ingat ada kesalahan yang ia lakukan. Dia sudah mengumpulkan tugas Matematika di meja guru, harusnya tugasnya hanya tinggal itu saja.

"Ayo." Ha Min sudah lebih dulu menyeretnya sebelum ia sempat menjawab. Cowok itu membawanya ke lorong menuju ruang kelas Kim Ha Na dan berhenti di sana.

Kim Ha Na celingukan, mencari sosok guru yang mencarinya. Tapi yang ia lihat hanya mereka di sana.

"Katanya tadi di kelas, kenapa kita berhenti di sini?" tanya Kim Ha, matanya masih berkeliling. "Gurunya mana?"

"Gurunya di sini. Aku." Ha Min menunjuk dirinya sendiri lalu tertawa melihat ekspresi dongkol Kim Ha Na.

Kim Ha memukul lengan Ha Min, sampai Ha Min mengaduh kesakitan.

"Jangan mengerjaiku."

Ha Min mengusap lengannya dengan sayang. "Baru ketemu sudah main pukul saja. Harusnya kamu bukan jadi pembohong tapi penindas."

Kim Ha mencibir dan tertawa setelahnya. Entah kenapa rasanya lega bisa tertawa seperti ini setelah mengalami hari yang buruk.

"Kamu tidak percaya kan dengan omongan mereka?" tanya Kim Ha Na, penuh harap.

Ha Min berdeham, semakin membuat dia penasaran. Dia menunggunya dengan sabar.

Ha Min dapat melihat mata kim ha yang sembab. Gadis itu pasti menangis kemarin tapi dia pura-pura kuat dan datang ke sekolah.

"Tidak?"

"Kok kayak gak yakin begitu." Kim Ha Na cemberut.

Ha Min tersenyum geli, dia mengacak-acak rambut Kim Ha.

"Tentu saja tidak percaya. Aku sudah mengenalmu dua tahun lebih, bukan satu dua hari."

"Iya juga," jawab Kim Ha senang, dia memegang puncak kepalanya yang dielus.

"Kayaknya mereka juga berpikiran sama," kata Ha Min sambil menolehkan kepala ke arah tangga yang berada tak jauh dari mereka.

Kim Ha Na mengikutinya dan melebarkan mata melihat sosok di sana. Do Ha Na, Yeo Bo Ram, Cha Ki Hyun, Si Woo, dan Ryu Joo Ha sudah berdiri di depan tangga. Mereka menatap Kim Ha Na dengan raut khawatir.

Tanpa sadar ia tersenyum lega. Ia melupakan satu hal. Kalau dia tidak sendirian. Masih ada orang yang mempercayainya.

****

"Dasar ular! Kenapa dia tega melakukan semua itu padamu?" gerutu Bo Ram jengkel seraya mengangkat gelas dan menyeruput teh nya.

Usai sekolah, Bo Ram mengajak Kim Ha dan Do Ha ke restoran tteokbokki yang berada di belakang sekolah. Cowok-cowok tidak ikut karena disuruh pulang oleh Bo Ram. Dia ingin hari ini menjadi hari khusus cewek. Sekaligus ingin mendengarkan cerita Kim Ha lebih dulu. Mereka adalah orang-orang terdekat Kim Ha jadi tentu mereka harus menjadi pendengar pertama masalah ini.

Kim Ha sendiri sudah cerita semua. Mulai dari saat ujian, kejadian di toilet, sampai penyelesaian dari guru.

"Kamu juga! Kenapa kamu tidak menceritakan ini pada kami lebih awal?" Wajah Bo Ram berubah sedih, dagunya mengerut karena memberengut. "Kamu menghadapi semuanya sendirian."

Dia ingin mengatakan kalau dia takut merepotkan Bo Ram dan Do Ha lagi, tapi akhirnya di bibirnya hanya terucap, "Maaf."

Sejak dari masalahnya dengan Do Ha, dia selalu merasa tidak enak karena dulu sempat berpikir tidak baik pada mereka. Untungnya mereka masih mau mengulurkan tangan, menerimanya sebagai teman, bahkan sebelum Kim Ha meminta maaf.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Do Ha khawatir.

"Tidak. Orang-orang bergosip tentangku, bahkan sebelum menanyakan kebenarannya padaku." Lalu menghela napas.

Bo Ram ikut-ikutan menghela napas, lalu menyandarkan punggung ke sandaran kursi dengan lelah. "Kita semua kenapa jadi seperti ini sih?" Dia mengerling pada Do Ha. "Yang satu keluar dari akademi seni." Lalu beralih pada Kim Ha. "Satunya lagi difitnah." Dia menghela napas lagi, "Apa yang salah dengan kita?"

"Kamu? Apa kamu sudah berhasil rujuk dengan ibumu lagi?" Do Ha bertanya pada Bo Ram. "Ibumu tidak setuju kamu tidak kuliah dan menjadi pro gamer, kan?"

"Dia sudah setuju," jawab Bo Ram enteng.

Kim Ha dan Do Ha bertatapan lalu menatap Bo Ram penasaran. Do Ha yang pertama bertanya, "Kamu melakukan apa sampai ibumu setuju?"

"Aku hanya..., berdiskusi sama ibuku dan dia setuju?" Bo Ram mengatakannya dengan ragu. Kurang lebih itu gambaran singkatnya. Versi lebih panjangnya, dia merengek pada ibunya selama berhari-hari agar ibunya terganggu dan terpaksa menyetujuinya.

Do Ha meletakkan sumpitnya di atas piring.

"Aku juga punya berita bagus."

Bo Ram kembali bersemangat mendengarnya. "Apa, apa?"

Do Ha mengeluarkan ponselnya lalu menyentuh-nyentuh layar dan meletakkannya di atas meja. Bo Ram dan Kim Ha menatap layar hp. Pada layar hp ditampilkan gambar pernak-pernik barang anak sekolah seperti buku agenda, map, stiker, pembatas buku, sampai tas serut dengan gambar kartun yang imut.

"Aku dapat pekerjaan."

Bo Ram dan Kim Ha kompak mendongak melihat Do Ha dengan mulut terperangah.

"Pekerjaan apa? Jangan bilang kamu yang mendesain ini semua?" tanya Bo Ram menunjuk gambar pada ponselnya. Dia cukup mengenal gambar Do Ha karena dulu mereka teman sebangku dan Do Ha sering mencoreti bukunya.

Do Ha mengangguk.

"Heol, daebak!" teriak Bo Ram tidak percaya lalu mengagumi lagi gambar di layar ponsel.

"Selamat, Do Ha," ucap Kim Ha.

Do Ha menundukkan kepala, menyembunyikan senyumannya.

"Jadi sekarang kamu designer?"

"Bisa dibilang begitu," jawab Do Ha sambil menyentuh-nyentuh tteokkbokki dengan sebelah sumpitnya.

"Kamu benar-benar melakukan apa yang kamu inginkan. Untunglah," puji Kim Ha.

Do Ha mengangguk, lagi-lagi tersenyum. Dia tidak pernah membayangkan kesusahannya akan terbayar seperti ini. Dikontrak sebagai designer product untuk merchandise sebuah drama terkenal. Baginya, ini yang terbaik.

"Bo Ram unnie!"

Seseorang memanggil Bo Ram dari arah belakang Kim Ha. Bo Ram melambaikan tangan pada orang itu dengan semangat. Orang itu lalu menghampiri meja mereka.

Kim Ha Na mengenalnya. Dia gadis yang sama dengan yang ia lihat di terminal bersama Ha Min dan yang menghardiknya di bus. Gadis itu juga sepertinya mengenalinya karena setelah menyapa Bo Ram dia menatapnya cukup lama.

"Kalian berdua saling kenal?" tanya Bo Ram memecah keheningan yang tiba-tiba terjadi.

"Tidak!"

"Iya!"

Jawaban Ah Hyun dan Kim Ha berbeda. Mereka berdua bertukar pandangan saling membaca pikiran masing-masing.

"Jadi kalian sudah saling kenal." Bo Ram menyimpulkan, lalu mengalihkan pandangan pada Do Ha di sampingnya. "Masih ingat dengan anak kelas satu yang bertengkar denganku? Dia adik Ki Hyun, namanya Ah Hyun. Ah Hyun, ini Do Ha Na."

"Hai," sapa Ah Hyun lalu duduk di kursi kosong di samping Kim Ha, dengan terpaksa.

Do Ha menarik Bo Ram, lalu berbisik, "Bukannya kamu dan dia bertengkar? Kenapa kalian jadi sangat akrab?"

"Ah itu, anggap saja ini karena kita terhubung karena Ki Hyun."

Do Ha mengangguk, walau tak begitu mengerti.

"Unnie," panggil Ah Hyun pada Bo Ram sambil mendelik tajam pada Kim Ha. "Kenapa si pembohong ini ada di sini? Kukira dia sudah mengurung diri di rumah karena sudah ketahuan bohong." Ah Hyun mengeja kata 'ketahuan bohong'.

"Bukan dia yang salah." Bo Ram menunjuk Kim Ha dengan sumpit sebelum menusuk tteokbokki. "Kim Min Ji yang bersalah. Dia menyontek dan menyebar isu palsu itu."

"Dan unnie percaya?" tanya Ah Hyun keheranan.

"Tentu saja, dia temanku."

Ah Hyun masih menatap Kim Ha tajam, sekarang Kim Ha sudah tidak menatapnya lagi dan ikut menusuk tteokbokki.

"Itu benar?" Ah Hyun bertanya, ia penasaran tapi tak ingin mengungkapkan. "Kamu tidak berbohong?"

Kim Ha menelan makanan sebelum menjawab, "Iya. Dia menggunakan kelemahanku supaya dia tidak ketahuan."

Ah Hyun memperhatikan Kim Ha dan menelengkan kepalanya. Sepertinya dia tidak berbohong. Dia tidak terlihat gugup.

"Kalau begitu kita harus balas dendam padanya!" Jiwa keadilan Ah Hyun kembali meninggi. Dia mengambil ponselnya dan menyentuh-nyentuh layar. "Sebenarnya aku adalah admin forum sekolah. Aku bisa membalas Kim Min Ji dalam sekali pesan."

"Kamu admin forum? Kenapa kamu tidak memberitahuku?" Bo Ram kaget.

"Karena unnie  tidak bisa menyimpan rahasia. Tidak ada yang boleh tahu aku admin forum." Ah Hyun memperingatkan. "Aku paling tidak suka ketidakadilan ada di depan mataku, walau aku tetap tidak menyukaimu, Kim Ha unnie."

"Bagaimana kalau kita buat video Kim Ha menceritakan cerita dari sisinya dan mengungkap Min Ji? Ide yang cukup bagus, kan?" usul Bo Ram.

"Bisa juga begitu." Ah Hyun menyetujui.

Tiba-tiba, Kim Ha mengambil ponsel di tangan Ah Hyun. Ah Hyun, Bo Ram, dan Do Ha menatapnya.

"Kalian tidak usah berbuat begini," kata Kim Ha mencengangkan. "Kim Min Ji akan dihukum oleh guru. Guru percaya padaku dan itu saja sudah cukup."

"Tapi, dia kan sudah-"

"Dia memang sudah jahat padaku," sela Kim Ha. "Tapi aku tidak ingin Min Ji merasakan seperti yang kurasakan sekarang. Dia sudah cukup dihukum oleh guru."

Semuanya ingin berkomentar soal keputusan Kim Ha Na tapi tak ada yang angkat bicara. Semua ini adalah masalahnya dan cuma dia yang bisa menentukan.

"Unnie, ini tindakan bodoh. Kamu akan menyesalinya," protes Ah Hyun tapi tangannya menyimpan ponsel di meja.

Kim Ha Na tersenyum.

Aku mungkin tidak bisa disukai semua orang.

Sekarang, nanti, atau selamanya.

Tapi ada teman-teman yang menyukaiku dan percaya padaku apapun yang terjadi. Dan aku ingin menggunakan waktuku menghargai orang-orang itu.

****

- Kim Ha Na & Kim Min Ji -

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top