# 12 No 1 and No 2

Kim Min Ji menggosok telapak tangannya di bawah aliran air wastafel. Pikirannya melayang pada kejadian yang terjadi saat ujian. Kalau tidak salah lihat Kim Ha Na seperti memperhatikannya pada menit-menit terakhir ujian. Apa mungkin Kim Ha Na lihat waktu dia menyontek? Apa karena itu dia terlihat terkejut saat bertatapan mata dengannya waktu ujian dan terus memperhatikannya selama di kelas?

Min Ji menggeleng, tidak ingin menerka-nerka lagi. Ia mempercepat gosokan di telapak tangannya yang sudah memutih. Ia meringis mendapati bekas tinta belum juga hilang.

Napasnya berhenti, seolah tercekik, ketika mendengar suara pintu yang didorong. Ia menoleh dengan was-was.

Kim Ha Na.

Gadis itu menyapanya dengan wajah kelewat polos lalu berdiri di sampingnya untuk mencuci tangan. Suara air mengalir menggema di telinganya. Dari sekian banyak orang kenapa harus Kim Ha Na yang masuk?

Ia melirik gadis itu diam-diam, berusaha menangkap kecurigaan dari ekspresi gadis itu. Kecurigaannya tak terjadi. Gadis itu tidak memedulikannya.

"Bagaimana ujianmu tadi? Kamu bisa?"

Min Ji menelan ludah, meredamkan bunyinya dengan menutup keran.

"Lumayan. Ada beberapa soal yang gak bisa kukerjakan," jawab Min Ji pendek. Ia sedang memilah kata-kata dengan hati-hati.

Kim Ha Na memajukan bibir bawahnya tanda cemberut.

"Aku juga. Soal-soal bagian akhir agak membingungkan, semuanya kelihatan benar."

Min Ji menarik beberapa lembar tissue dari kotak persegi yang menempel pada dinding. Dia mengelap sisa air pada tangannya agak lama, usaha terakhirnya untuk menghilangkan bekas tinta di sana. Cukup berhasil rupanya karena bekasnya sudah hampir hilang.

"Aku duluan, ya. Teman-temanku sudah menunggu di kantin."

Sangat natural. Ekspresi tenang, suaranya terdengar ramah dan penuh kontrol. Dia akhirnya bisa lepas dari Kim Ha...

"Min Ji-ya."

Tangannya yang bergerak memegang kenop pintu berhenti di udara. Sapuan dingin dari udara terasa di kulitnya, membuat bulu romanya berdiri.

"Apa mungkin kamu curang pada ujian bahasa inggris?"

Min Ji berusaha bersikap tetap tenang. Di otaknya ia sedang menyihir diri untuk bersikap polos pada setiap perkataan Kim Ha Na. Perlahan, ia berbalik dan memasang senyum palsu.

"Apa maksudmu?" Suaranya terkontrol dengan baik.

Min Ji harus menunggu Kim Ha Na selesai mengelap sisa air di tangannya. Dia benci melihat cara gadis itu menatapnya. Berpura-pura ragu untuk mengucapkan sesuatu tapi sedetik kemudian berubah berani seolah akan menghakimi.

"Waktu ujian tadi aku melihatmu menyontek."

Tak disangka, Min Ji tersenyum lalu menggeleng.

"Sepertinya kamu salah lihat. Mungkin di angle pada tempat dudukmu, aku sedang menyontek padahal aku sedang mengambil sesuatu di laci."

Min Ji menepuk lengan Kim Ha Na. "Tidak usah merasa bersalah. Semua orang sering salah lihat kok. Ah! Dan ini," ia menunjukkan telapak tangannya yang sudah bersih, "tadi aku mencuci bekas pulpen bukan sedang menulis sesuatu pada telapak tangan, ya."

Ia tersenyum manis lalu berbalik, ingin segera meninggalkan ruangan. Langkahnya lagi-lagi terhenti.

"Salah lihat ya?" ulang Kim Ha Na, sukses membuat Min Ji gugup. "Tapi aku tidak pernah mengatakan soal bekas pulpen di tanganmu."

Matanya melebar.

"Kamu benar-benar berbuat curang?"

Min Ji berbalik. "Tidak, ini..." Dia berusaha menjelaskan tapi tidak menemukan kata-kata.

Skakmat.

"Kamu akan mengakuinya sendiri pada guru, kan?" Kim Ha Na menyelidiki ekspresinya yang sudah memucat. "Kalau kamu tidak melakukannya, aku akan mengatakannya."

Kalau dia mengakui menyontek, bukan nilainya saja yang tidak diakui tapi laporan kelakukan baiknya bisa tercoreng. Dia harus mendapatkan beasiswa untuk masuk Soyeon University.

"Kamu sudah tahu kan apa yang terjadi kalau guru tahu?"

"Aku tahu." Ia menatap Kim Ha Na dengan dahi berkerut. "Tapi aku juga tahu apa yang akan terjadi kalau kamu tidak mengakuinya."

Min Ji menggigit bawah bibirnya, tatapannya berubah tajam.

"Kenapa kamu melakukan ini padaku? Lagi pula apa bedanya menyontek dengan tidak menyontek nilaiku tetap saja tinggi." Dia menaikkan sebelah alis. "Atau mungkin.., kamu takut tersaingi denganku? Takut aku mengambil peringkat satu?"

"Apa?" Kim Ha Na mengerutkan alis.

Min Ji menyeringai. "Kim Ha Na yang baik hati dan pintar. Kamu ingin semua orang mengingatmu seperti itu? Semua itu hanya ada dalam pikiranmu."

Dia melihat gadis itu tidak berkutik. Seperti rusa yang dihadapkan dengan hyena. Kali ini dia mau menang. Dia mau melebihi Kim Ha Na yang sok hebat. Sudah cukup ia berada di bayang-bayangnya.

"Kamu pikir kalau kamu keluar dan mengatakannya pada guru, guru akan percaya padamu? Kamu memang anak yang pintar tapi semua orang mengenalmu sebagai pembohong."

"Guru mau mempercayai ucapanku atau tidak itu terserah dia." Kim Ha Na berhasil membuat Min Ji geram. "Terserah kamu ingin mengakuinya atau tidak, aku akan tetap melaporkanmu pada guru."

Kim Ha Na menutup pintu toilet. Langkah kakinya terdengar menjauh dan menghilang.

Min Ji masih menatap tajam pintu yang sudah ditutup itu, membayangkan itu adalah Kim Ha Na. Dia ingin mengalahkan gadis angkuh itu.

****

Spesial Photo

Ha Min & Nam Si Woo 💕

*episode berikutnya akan bercerita soal masa lalu kim ha na 👯‍♀️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top