ENAM-8A

Enam

"Nanti pas liburan kakak pulang ke rumah Mama, ya?"

Permintaan itu tidak langsung Ayara jawab, cewek itu diam dengan tangan kanan yang masih memegang handphone di dekat telinganya.

"Kayaknya nggak bisa, Ma, kakak mau kerja di tempat teman kakak selama liburan nanti."

Ayara berbohong, tidak ada temannya yang menawarkan pekerjaan pada Ayara. Hanya sebuah alasan untuk menolak ajakan mamanya.

"Loh? Kakak mau kerja? Kenapa, Kak? Uang kakak kurang?"

Nada bicara mamanya terdengar khawatir, tetapi tidak membuat Ayara merasa terharu. Seolah perasaannya sama sekali tidak tersentuh meskipun orang yang khawatir padanya adalah mama kandungnya sendiri.

"Enggak kurang, Ma, Kakak cuma mau nyari pengalaman, lagipula liburnya kan lama, Kakak pasti bosan kalau nggak ada kegiatan apa-apa."

Dari handphone-nya Ayara bisa mendengar helaan napas.

"Padahal Mama kangen banget sama Kakak, jarang banget Mama bisa liat Kakak, kalau Mama telpon atau video call juga jarang kakak angkat."

Ayara hanya diam, tidak tau harus membalas apa. Ayara tidak terbiasa bicara dengan mamanya, jadi dia tidak tau bagaimana cara menghibur dengan baik.

"Kakak ada kelas, Ma. Kakak tutup telponnya, ya."

Ayara tidak menunggu balasan dari mamanya untuk menutup panggilan tersebut, Ayara merasa canggung jika harus bicara dengan mamanya sendiri sehingga cewek itu merasa akan lebih baik jika mereka tidak berbincang. Setidaknya lebih baik bagi Ayara.

Layar handphone Ayara menyala ketika ada notifikasi.

Kakak liburan ini ke rumah Papa, ya, sayang. Papa kangen sama kakak, adik-adik kamu juga kangen.

Ayara mematikan handphone-nya lalu melempar benda itu ke tempat tidur, sama sekali tidak berniat untuk membalas pesan itu untuk saat ini. Mungkin dia akan membalasnya nanti atau besok.

🌺🌺🌺

Jika ada yang bertanya, apa motivasi Andhira dalam hidup ini, maka jawabannya adalah tidak ada.

Jika ada yang bertanya, apa yang ingin Andhira capai dalam hidup ini, maka jawabannya adalah tidak ada.

Andhira memang tidak memiliki tujuan dalam hidup ini, cewek itu merasa tidak memiliki keinginan apapun. Perasaannya hampa dan tidak ada hasrat menggebu untuk memiliki sesuatu. Hal itulah yang membuat Andhira tidak pernah berpikir apa dampak dari perbuatannya. Kalau dia ingin melakukan sesuatu, maka Andhira akan melakukannya. Apapun itu.

Menginap di kamar Aileen bukan hal baru bagi Andhira, sejak mereka masuk ke asrama, Andhira merasa Aileen itu cocok untuk dia jadikan teman. Keduanya sama-sama tidak memiliki ambisi, hanya menjalani kehidupan seperti air mengalir. Mereka hanya mengikuti arus saja, tanpa memikirkan masa depan karena perasaan mereka terasa hampa. Selain Aileen, ada Aurellia yang Andhira anggap cocok untuk dijadikan teman.

Hanya handphone yang dibawa Andhira untuk menginap di kamar Aileen, jika dia membutuhkan sesuatu maka dia akan meminjam milik Aileen saja.

Setengah sepuluh malam adalah waktunya untuk tidur, setiap orang yang berada di asrama harus menghentikan segala kegiatannya dan mulai beristirahat. Lampu kamar harus dimatikan dan nanti akan ada petugas yang memeriksanya. Memang cukup ketat, tetapi tidak terlalu efektif karena setiap orang punya cara masing-masing untuk melanggar aturan itu.

"Mungkin petugasnya udah selesai mantau," gumam Andhira setelah menunggu selama lima belas menit, lampu kamarnya sudah mati agar tidak ada yang curiga.

Gue otw ke kamar lo, jangan kunci pintunya.

Pesan itu Andhira kirimkan pada Aileen, setelah mendapat balasan barulah Andhira bersiap untuk melakukan aksinya. Andhira membuka pintu asramanya sedikit, hanya cukup untuk kepalanya saja agar bisa memperhatikan sekitar. Lorong asrama kosong, Andhira menegakkan tubuhnya lalu membuka pintu lebih lebar agar tubuhnya bisa keluar. Setelah keluar dari kamar, Andhira menutup pintu dengan perlahan lalu menguncinya pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara.

Andhira berjalan dengan mengendap-endap agar sentuhan antara lantai dan sandalnya tidak menimbulkan suara yang mencurigakan. Jarak kamar Andhira dan Aileen cukup jauh meskipun masih berada di lorong yang sama, setelah sampai di depan kamar Aileen, Andhira langsung membuka pintu kamar itu.

"Gue pikir lo ketauan," ucap Aileen dengan nada pelan.

"Gue udah pro," balas Andhira. "Buruan kunci pintu kamar lo," titah Andhira karena Aileen hanya diam saja.

"Oh, iya. Lupa." Aileen mengambil kunci yang diletakkan di meja belajarnya lalu mengunci pintu kamar.

Kamar Aileen tidak terlalu gelap, ada lampu tidur dan tumbler yang menjadi sumber cahaya meskipun tidak terlalu terang.

"Lo hebat banget ya bisa ngendap-ngendap kayak gini," puji Aileen seraya mengeluarkan cemilan yang tadi dibelinya.

"Gue udah terbiasa, lo mana mau ngelakuin itu."

Hanya Andhira yang sering menginap di kamar Aileen, tetapi tidak untuk kebalikannya. Menurut Aileen, kamar Andhira sangat jorok dan tidak layak untuk ia tempati.

"Kamar lo itu jorok banget, Dhir," balas Aileen tanpa merasa bersalah.

Menurut Aileen, untuk apa merasa bersalah? Toh itu memang kenyataannya.

"Iyadeh, kamar lo yang paling bersih, wangi dan rapi," ledek Andhira, tangannya sibuk membuka minuman bersoda yang tadi dititipnya pada Aileen.

Aileen tersenyum jumawa. "Memang kenyataannya kayak gitu, mau gimana lagi?"

Andhira tak membalasnya lagi, minuman sodanya sudah dibuka, kini cewek itu mengambil salah satu bungkus cemilan dan memakannya.

"Udah malam, jangan banyak-banyak minum soda," tegur Aileen karena Andhira akan membuka botol soda yang kedua, yang pertama sudah habis dalam dua kali tegukan.

"Iya, anak mami."

Aileen berdecak mendengar ledekan dari Andhira, anak Mami, memang julukan Aileen yang disematkan oleh Andhira dan Aurel.

"Bagusnya kita nonton apa, ya?" monolog Aileen. "Film romantis, ya? Malam-malam gini pasti seru nonton film romantis."

Andhira tak menghiraukan ucapan Aileen, tujuannya ke sini bukan sepenuhnya untuk menonton, hanya agar rasa bosannya bisa menghilang.

"Terserah lo aja," balas Andhira.

Aileen mengambil laptopnya dengan semangat. "Pakai proyektor nggak?" tanya Aileen.

Andhira menggeleng. "Nanti suaranya kedengaran sampai ke luar, bisa disidak kita," tolak Andhira.

"Lo suka film apa, Dhir? Kayaknya selama ini kalau kita nonton, lo selalu ikutin keinginan gue," tanya Aileen seraya menunggu laptop-nya hidup.

"Nggak ada genre khusus, selagi sesuai sama selera gue, ya sah-sah aja."

Aileen memilih film yang akan mereka tonton, sedangkan Andhira masih sibuk dengan cemilannya. Sesekali Andhira melirik ke arah Aileen dan laptop-nya bergantian.

"Lo pernah ngerasa bosan, nggak?" tanya Andhira tiba-tiba.

"Ya pasti pernah, setiap hari malahan," jawab Aileen. "Gue selalu ngerasa bosan setiap hari, bangun pagi, masuk kelas, makan, pulang, tidur. Begitu aja setiap hari."

Andhira mengangguk karena setuju dengan ucapan Aileen. Kegiatan mereka setiap harinya memang hanya itu-itu saja, benar-benar membosankan.

"Kita nonton film ini deh, kayaknya seru."

Ucapan Aileen menarik Andhira dari lamunannya. Lagipula kenapa dia jadi memikirkan hal seperti itu? Lebih baik dia menikmati hari-harinya saja.

🌺🌺🌺

Selasa, 8 Agustus 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top