DUA-8A
DUA
"Aurel, lo mau kemana?" Aadvika yang baru akan masuk ke dalam kelas menghentikan Aurel yang ingin keluar kelas sambil membawa tasnya.
"Apa urusan lo?" tanya Aurel dengan ketus, dia tidak suka ditanya-tanya seperti ini oleh orang yang menurutnya asing.
"Jangan bolos Aurel, Liam—"
"Nggak usah nurutin apa kata Liam kalau dia nyuruh lo cegah gue bolos, memangnya dia bos, lo? Udahlah minggir, lo buang-buang waktu gue aja."
"Lo jadi orang yang sopan, dong!" bentak Aqilla.
"Lo nyuruh gue sopan dengan cara bicara yang tidak sopan, sebelum ngajarin orang lain, ajarin diri lo dulu!" balas Aurel dengan judes.
Aurel berjalan dengan menabrak bahu Aadvika dan Aqilla yang menutupi pintu, tentu saja hal itu membuat Aqilla naik pitam dan langsung menjambak rambut Aurel hingga cewek itu memekik.
"Aqilla udah," kata Aadvika, dia tidak berani melerai karena tidak ingin terkena imbas dari pertengkaran kedua teman sekelasnya itu.
Tidak ada yang melerai keduanya, orang-orang justru hanya menonton karena tidak mau ikut-ikutan terkena masalah karena mereka.
"Panggil petugas keamanan aja," saran seorang cewek.
Dua orang cowok akhirnya pergi untuk memanggil petugas keamanan.
Aurel menghempaskan tasnya lalu balas menjambak rambut Aqilla, tetapi karena rambut Aqilla pendek menyulitkan Aurel untuk membalas serangan tersebut. Aurel yang sudah kesal langsung menarik baju yang digunakan Aqilla hingga seluruh kancingnya terlepas, mau tidak mau Aqilla melepaskan tangannya dari rambut lebat Aurel untuk memegang bajunya.
Aurel yang sudah begitu geram langsung menampar Aqilla yang sedang lengah, tidak hanya menampar, Aurel juga mendorong bahu Aqilla hingga cewek itu terjatuh ke lantai.
"Kurang ajar lo!" maki Aurel sambil merapikan rambutnya yang sudah acak-acakan.
"Sudah-sudah! Kalian datang ke sini untuk belajar, bukan untuk bertengkar. Ikuti kami!" kata seorang petugas keamanan.
Aurel mendengus lalu mengambil tasnya sebelum mengikuti petugas tersebut, sedangkan Aqilla dibantu oleh Aadvika, Aafia memberikan jaket yang dibawanya pada Aqilla agar temannya itu tidak perlu susah-susah memegangi bajunya.
"Yaampun Aurel! Lo kenapa jadi kayak gini? Gue tungguin di kantin malah lama," kata Aileen sambil mengikuti Aurel ke ruang keamanan.
"Ini lo mau kemana?" tanya Aileen karena Aurel hanya diam saja.
"Ruang keamanan."
"Kok bisa? Emangnya lo ngelakuin apa, sih?" Aileen tau benar jika Aurel adalah orang yang malas sekali untuk berurusan dengan petugas keamanan seperti ini, lalu kenapa sekarang malah seperti ini?
"Berantem gue sama Aqilla," jawab Aurel lalu mendengus.
"Emang kenapa sih?"
"Kayak nggak tau dia aja," jawab Aurel lalu berhenti di depan ruang keamanan.
"Yang tidak berkepentingan dilarang masuk," ucap petugas keamanan yang ditujukan pada Aileen.
"Gue tungguin," kata Aileen.
"Lo masuk kelas aja sana," balas Aurel yang menolak untuk ditunggu.
Aileen sudah akan protes tetapi karena kedatangan Aqilla membuat Aileen terpaksa mengangguk.
"Fighting!" kata Aileen sebelum pergi dari hadapan Aurel.
🌺🌺🌺
Suara gedoran pintu membuat tidur seorang cewek terusik, meskipun begitu dia sama sekali tidak memiliki niat untuk membuka kedua matanya, apalagi membuka pintu kamar.
"Andhira! Buka pintunya!"
Kini bukan hanya pintu yang digedor, suara teriakan juga ikut berpartisipasi untuk menganggu tidur Andhira.
"Apa sih?!" gumam Andhira dengan kesal lalu melempar bantal yang digunakannya ke arah pintu. Suara yang ditimbulkan oleh sentuhan antara bantal dan pintu tidak membuat orang yang berada di luar tersebut berhenti untuk mengusik Andhira.
"Siapa?" teriak Andhira dengan masih berbaring di tempat tidurnya, rasanya terlalu malas untuk bangun.
Bukannya menjawab pertanyaan yang diajukan Andhira, orang tersebut masih terus saja menggedor pintu sambil berteriak membuat Andhira terpaksa bangun untuk membuka pintu.
Mata Andhira yang tadinya setengah terbuka langsung terbuka lebar ketika melihat siapa yang berada di depannya.
"Ada apa ya, Miss?" tanya Andhira pada seorang petugas keamanan yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Kamu sudah beberapa kali telat, Andhira, dan sekarang ini kamu sudah berada di batas toleransi. Pihak asrama akan mengirimkan surat kepada orang tua kamu, sekarang cepat mandi dan segera berangkat ke kampus."
Petugas keamanan tersebut langsung pergi tanpa mendengar jawaban dari Andhira, mendengar hal tersebut tidak membuat Andhira merasa takut ataupun sedih, dia justru mengambil bantal yang tadi dilemparnya dan meletakkannya di atas tempat tidur sebelum melanjutkan tidurnya.
"Bodoamat," gumam Andhira sebelum kembali terlelap.
🌺🌺🌺
"Gue bingung deh, kenapa sih Aqilla selalu cepat emosi kalau sama Aurel? Padahal menurut gue Aurel itu jarang nyari masalah kalau nggak disenggol duluan," kata Aanaya sambil menopang dagu.
"Gue juga bingung, Aqilla itu kayak selalu aja cari-cari kesalahan Aurel meskipun Aurel itu cuma diam. Kalau Aurel berantem sama orang, pasti Aqilla langsung ngebela lawannya Aurel. Siapapun itu," balas Aafia.
"Mungkin karena Aurel itu sering main-main sama pendidikan, Aqilla kan nggak suka itu, jangankan sama Aurel, dengan Aileen dan Andhira aja Aqilla juga sering ribut, kan? Karena mereka kurang merhatiin pendidikan dan suka bersikap sesuka hatinya sendiri." Aadvika memberikan pendapatnya.
"Kalau menurut gue ya, Aqilla itu nggak perlu marah-marah kalau nggak suka sama orang, mau rajin atau malas itu hak mereka, kita nggak perlu ikut campur apalagi sampai benci."
"Gue setuju sama lo, Fi. Aqilla itu kayak kurang kerjaan banget sampai mau-maunya nyari masalah terus," tutur Aanaya.
Setelah Aanaya mengatakan itu, mereka langsung diam karena dari kejauhan mereka melihat Aqilla sedang berjalan ke arah ketiga orang tersebut. Aanaya meletakkan kepalanya di lipatan tangan sambil memperhatikan Aqilla yang sudah berada di dekat mereka.
"Lo dihukum?" tanya Aadvika langsung.
Aqilla cemberut lalu duduk di sebelah Aanaya. "Gue diskors," ucap Aqilla.
"Sabar ya, Qil, seharusnya lo nggak perlu dihukum, gara-gara belain gue, lo jadi kena masalah gini," kata Aadvika yang merasa tidak enak pada Aqilla.
"Tapi kan Aqilla duluan yang nyerang Aurel," sahut Aanaya.
Aafia menendang kaki Aanaya karena temannya itu berbicara tanpa memikirkan kondisi hati Aqilla yang sedang sangat buruk. Aanaya justru menambahkannya.
"Gue nggak akan nyerang kalau dia nggak cari gara-gara duluan," balas Aqilla sambil menatap Aanaya dengan tajam. Namun Aanaya tidak menyadarinya karena cewek itu sibuk dengan kakinya yang berdenyut akibat ditendang oleh Aafia tadi.
"Jadiin pelajaran, Qil, jangan berantem dan kendalikan emosi lo. Apapun yang orang bilang, lebih baik lo sabar daripada kena masalah lagi." Aafia mencoba menasehati.
"Gue nggak akan cari masalah kalau bukan dia duluan." Aqilla masih bersikeras bahwa Aurel yang memancing emosinya duluan, bukan dia yang memulai perkara.
"Setau gue, Aurel punya masalahnya sama Aadvika, deh, bukan sama lo. Lo nya aja yang tiba-tiba ikut campur."
Lagi-lagi Aafia menendang kaki Aanaya karena ucapan Aanaya sama sekali tidak mendingan suasana, justru semakin memanaskannya.
Ringisan kecil keluar dari bibir Aanaya. "Kenapa sih, Fi? Lo kurang kerjaan banget."
"Bukan gue!" tekan Aqilla lagi.
🌺🌺🌺
Senin, 9 Januari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top