05

"Sung Cheol Oppa?"

Wajah Eunbi berubah menjadi kaku. Eunbi tak tahu harus berbuat apa. Sungguh, pikirannya sedang blank ketika lelaki itu datang.

"Ah uhm-" Hansol bergumam pelan. Hanya bisa menantikan siapa dia.

Sung Cheol melihat ke arah lelaki di sebelah Eunbi, tentu itu Hansol. Sung Cheol self-aware sekarang. Eunbi tergugup, berharapap ia tak menyangkal apa-apa.

"Bisa bicara?" ucap Sung Cheol.

-*-

Sung Cheol duduk di depan Hansol dan Eunbi dengan kopi hangat yang dia beli. Tatapan tajam Sung Cheol namun manis terlihat ke arah Eunbi yang gugup di depan Sung Cheol.

"Eunbi, bagaimana kabarmu?" tanya Sung Cheol.

"Baik. Kau bagaimana?"

"Aku? Kami sedih semenjak kau tak mau tinggal di rumah karena ada aku."

Rasa Hansol mengamuk. Bergumam, "Ambigu..."

Eunbi mendengar jelas gumaman itu karena berada di sebelah sosok lelaki yang dicurigai SungCheol.

"Hah? Kukira kalian senang gak ada aku... lagian...-"

Eunbi tersenyum melihat ke arah kopi miliknya. Seakan dunia akan melawannya, merunduk seakan semua itu hanya impian.

"...aku kan cuma pelacur yang selalu pulang malam seperti kata adikmu dan ibuku. Oh mungkin dia bukan ibuku, tapi ibumu! Hahahaha."

Eunbi tertawa manis di dalam kepahitan yang ia ceritakan.

"Aku.. Eunbi... aku tahu saat itu. Kau menemui Yeonrin tiap malam kan?"

"Eonnie? Kau kenal eonnie?"

"Tentu aja. Ah... mungkin karena kau memandangku negatif. Yeonrin itukan juniorku."

Eunbi cuma terdiam. Dia tak menyangka SeungCheol tahu tentang hal itu.

"Ehem... siapa namamu?"

SungCheol melempar pertanyaan ke Hansol yang dari tadi di awasi olehnya. Lelaki itu menjabat tangan Hansol dengan senyuman manis di wajahnya.

"Namaku Choi Hansol. Temannya Eunbi."

"Salam kenal, Hansol. Namaku Choi SungCheol. Tepatnya, abangnya Eunbi. Tenang kok, kami bukan bertunangan."

Hansol merasa lega. Pundaknya sudah tak terasa berat lagi seperti sebelumnya. Benar! Hatinya telah terjatuh ke tangan Eunbi.

"Tunggu- kau pikir dia tunanganku?"

Hansol dan Eunbi bertatapan;duduk bersebelahan dengan wajah Eunbi yang mulai gugup dan ingin tertawa.

"Pfft- dia kakak tiriku," lanjut Eunbi.

"Emangnya-" Hansol menggembungkan pipinya alias pout ke arah Eunbi. "-kau itu sudah bertunangan dengan seseorang?"

"Aku?" Eunbi cuma terdiam melihat Hansol. Gadis itu berharap hal itu tak terjadi. Pandangan matanya lalu diarahkan ke arah SungCheol sebentar lalu ke arah kopi miliknya.

"Ah... aku... aku harap hal itu tak jadi-"

"Iya. Memang benar Eunbi sudah bertunangan."

Suara itu menusuk Hansol sekali lagi. SungCheol, si tampan dengan senyuman cemerlang yang disenangi wanita sekali lagi mengucapkan hal yang menyakitkan.

"...jadi? B-beneran? Wanita tua itu tak menyerah ya... lagian aku juga ga tau siapa tunanganku."

"Jangankan kamu, Eunbi... aku juga-"

Hansol merasa pusing hingga ia memotong ucapan mereka berdua, "tunggu. Tunggu-tunggu! Jadi maksud kalian... Eunbi-sshi sudah bertunangan, kau kakaknya Eunbi bahkan tak tau siapa tunangannya?"

Hansol yang dipelototin oleh Eunbi dan Sungcheol membuat keduanya mengangguk secara serentak.

"Apa itu sah disebut tunangan?"

Eunbi mengangkat bahunya, menggeleng tiada tara.

"Ga tau... lebih ke perjodohan."

Sungcheol melihat ke arah jamnya. Kelihatan ada janji, ia mengucapkan hal yang berarti bagi Eunbi dan Hansol.

"Hansol-sshi, selama masih ada waktu, kejarlah. Aku tak bisa berbuat apa-apa tentang keputusan wanita tua itu."

Pria itu lalu tersenyum hangat ke arah Eunbi, lalu mengelus kepalanya sekali.

"Eunbi... kau tau sendirikan, aku juga anak yang tak diinginkan ayahku? See ya~"

Sosok itu menghilang secepatnya ia melebur dengan keramaian orang. Hansol masih terdiam ingin bertanya.

"Oppa... Oppa itu pindah dari rumah kami semenjak dia masuk kuliah, bekerja paruh waktu, dan sebagainya. Kau ingin taukan, Hansol-sshi?"

Hansol cuma mengangguk pelan.

"Ibu menikah dengan ayahnya semenjak aku smp kelas satu. Ayahku berpisah dengan wanita itu sejak aku sd. Sejak masuk sma, aku pindah ke rumah Yura, ayah Yura itu... pamanku dari Ayahku."

"Eunbi-sshi, fighting, okey!" Celetuk Hansol memegang tangan Eunbi. "Nyatakan semua padaku..."

"Hansol---Bukan aku tak mau. Tapi... Tapi, ini masalah keluargaku. Aku tak mau memberatkan teman baik sepertimu."

Mereka masih duduk di meja di dalam sebuah toko kopi. Bersebelahan dengan wajah Eunbi yang sok tegar dan Hansol yang ingin mengungkapkan sesuatu pada Eunbi.

"Nah, Eunbi... kau mau gak jadi pacarku?" ucap Hansol pelan. Paras Eunbi secara pasti terkejut mendengar hal itu. Apalagi mereka baru dekat beberapa hari.

"Hah? Hahaha~ aku tau kau itu jomblo tapi gak perlu sampai segitunya kali--" Eunbi membawa hal ini ke lelucon kecil yang dilontarkan Hansol.

"Tidak, Eunbi. Ini serius lho."

Ah, sekarang Eunbi merasa malu mendengar ucapan manly Hansol. Eunbi berkata, "Masa sih?"

"Iya, serius. Aku mau kamu jadi pacarku yang udah kayak sahabat dekat," kata Hansol dengan tatapan serius di wajah cool-nya itu.

Play hard to get

Pedoman setiap cewek terutama Eunbi. Eunbi juga bukan cewek murahan yang mudah dijadikan pacar. Semua orang tahu itu kecuali Hansol karena kesibukan pria itu terhadap dunia basket.

"Hahaha~ aku---gini aja deh ya. Aku pikirin dulu."

"Aku maunya sekarang." Hansol bersikeras mendengar jawaban Eunbi.

Eunbi menggembungkan pipi manisnya itu, "nggak! Aku nggak mau. Aku maunya kupikir - pikir dulu."

"Seriusan? Kau dulu pernah punya pacarkan?" tanya Hansol. Eunbi cuma menyengir dan menggelengkan kepalanya, "tidak pernah."

Hansol terdiam, lalu berdiri; membuang cup kopi dari plastik itu ke tong sampah bertuliskan 'non-organik'. Eunbi ikutan membuang cup kopinya yang sudah ludes diminumnya.

"Kita mau kemana lagi Hansol-sshi?"

"Kita? Ke... ke game center mau gak?"

Eunbi cuma mengangguk. Tersenyum tipis mengikuti Hansol yang menuntun jalan ke game center di mall itu.

Dipikiran Hansol dengan yang ada dipikiran Eunbi itu sangat berbeda. Hansol masih berpikir alasan Eunbi masih gak mau menerimanya, sedangkan Eunbi berpikir tentang dengan siapa ia bertunangan.

"Eunbi, kau mau boneka?"

•*'°▪.◇.▪°'*•

Choi Hansol membuka pintu rumahnya perlahan seraya mengucapkan, "Aku pulang."

Waktu sudah sore, namun Hansol masih pusing mendengar jawaban dari Eunbi.

Aku maunya kupikir-pikir dulu


"Oppa, hari ini makan malam di luar!" seruan Sofia terdengar memenuhi rumah itu dengan gairah semangatnya.

Sofia terlalu bersemangat hingga Hansol tersentak dan berteriak, "Ribut tau!"

"Kamu kenapa sih?"

"Bising tau gak!" Hansol tahu kalau itu buruk. Tetapi, dia sama sekali gak peduli tentang rencana makan malam itu. Sofia cuma terdiam tanpa kata hanya melihat ke ibunya yang juga shock akan tindakan Hansol. Namun, ibunya cuma tersenyum setelahnya.

"Eomma, dia kenapa?" tanya Sofia pelan, menatap ke ibunya yang tersenyum manis. Ibunya Sofia dan Hansol itupun mengelus kepala anak perempuannya, "Dia itu lagi galau kali? Sofia bilang Oppa jalan sama cewek, kan?"

"Eh?" Sofia terdiam bingung, "Kurasa... dia memang sudah besar ya..."

Disisi lain, Hansol yang masuk ke dalam kamarnya yang sudah rapi, terduduk di atas kasurnya dengan pakaian yang masih penuh.

"Hah.." keluhnya. Hansol sadar perkataannya terlalu kasar. Dia sayang sekali dengan ibunya dan adiknya. Tentu itu sebuah kesalahan telah meninggikan suaranya.

Kakao talk!

Suara notifikasi berbunyi dari handphone Hansol.

'Hansol-sshi, besok aku akan berangkat.'

1091 kata
Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top