04
Kamar tidur yang rapi, namun tempat tidur yang berantakan. Disanalah Sofia, adik perempuan Hansol yang sangat manis itu menepuk-nepuk badan kakaknya itu.
"Oppa~! Bangunlah... aku capek nih..."
"...hm.."
Hanya deheman yang membalas kerja keras Sofia.
Telepon berbunyi
Sofia mengangkat hp kakaknya itu. Suara perempuan terdengar jelas di telepon itu.
"Yoboseo, Hansol-sshi?"
Iya, ini sudah jam sembilan. Jam sembilan, namun Hansol belum juga bangun.
"Hah! Yoboseo! Apakah kau pacarnya, Oppa?"
Dengan kepolosan Sofia yang baru berusia 12 tahun itu, tentu orang disebrang sana tersedak mendengarnya.
"Ini Sofia?"
"Wah Eonnie tau namaku? Nama Eonnie... uh... yang ngasih kue cokelat kemarin?"
"Nde."
"Oh! Eunbi Eonnie?"
"Iya iya... uhm... Hansol udah bangun?"
"Oppa belum bangun. Ini lagi kubanguni."
Hansol perlahan bangun mendengar suara ribut Sofia. "...Sofia... berikan Hp-ku," erangnya.
"Ini Oppa yak," ucap Sofia dengan nada menggemaskan.
Telepon itu diambil oleh Hansol dengan mata yang masih setengah terbuka. Sofia, anak perempuan tersebut keluar dari kamar Hansol sambil berkata, "Eomma bilang sarapanmu udah siap."
"Bilang sama Eomma tunggu..."
Suara itu terdengar lucu hingga terdengar suara Eunbi yang tertawa pelan.
"Hei.. Eunbi-sshi, ada jam kosong hari ini?"
"Tentu, kata Jisoo kau akan datang ke rumahku? Apa itu benar?"
"Ah.. Aigoo, iya benar. Kau mau ke mall? Anggap aja ini jalan-jalan biasa. Kau sering jalan-jalan sama cowok-kan?"
Eunbi terdiam sejenak hingga Hansol memanggilnya, "Eunbi-sshi?"
"Ah... anu, sebenarnya ini pertama kali aku jalan-jalan dengan seorang laki-laki."
"J-jadi Jisoo?!"
"Jisoo, um... dia cuma main sama aku pas di sekolah. Karena ibu tiriku gak ngasih dia main kerumahku dulu."
"Ibu tiri?"
"Ah... aku rasa kau merasa aneh kan? Tak usah berapa dipikirkan. Itu cuma masa lalu. Kita harus melihat kedepankan?"
"Itu benar sih-"
"Yasudah! Aku menunggumu..."
Ada sekitar 3 detik mereka berdua saling terdiam.
"Hei, ah.. aku harus menutup telponnya. Kak Yeonrin memintaku untuk mencuci piring."
"Oh, haha! Oke. Sampai jumpa."
"Sampai jumpa nanti!"
Telepon itu berakhir dengan keheningan Hansol. Ia masih berpikir tentang Ibu tiri yang dimaksud Eunbi.
'Eunbi bukan seorang gadis yang dapat menerima kenyataan bahwa ia dicintai'
Kalimat Yeonrin terulang dipikiran Hansol.
"Maksud Noona itu apa?"
Sudahlah, Hansol sudah pusing tujuh keliling. Daripada membuat Eunbi menunggu lama, lebih baik Hansol mandi sekarang.
⋘ ──── ∗ ⋅◈⋅ ∗ ──── ⋙
"Haah... Huuft..." Hansol menarik dan membuang napasnya guna membuang rasa gemetar di hatinya. Gugup sudah tentu, apalagi cintanya terhadap Eunbi sudah mulai berkembang.
Jari Hansol baru saja mau menekan bel rumah Eunbi di pagar depannya. Pagarnya terkunci, jadi tidak sembarang orang bisa masuk. Hansol dikagetkan oleh sosok aneh namun nyata.
"Yo, Bule Korea!"
"Noona-Aigoo~... kau mengagetkanku."
Dengan gunting rumput yang besar di tangan, ia berdecih "lebay ih..."
"Noona, aku-"
Yeonrin memberhentikan ucapan Hansol dengan, "Eunbi?"
"Hah?" gumam Hansol.
"Kau mau ngajak Eunbi jalan-jalan, kan?"
Hansol ngangguk, dia juga tak mengerti mengapa Yeonrin bisa tahu soal itu. Pasalnya, Hansol cuma meminta Jisoo untuk menyampaikan itu ke Eunbi saja.
"Udah, biasa aja mukanya. Jisoo yang ngasih tau aku. Bentar ya Bule Korea."
Hansol cuma diam, memang panggilan itu menyebalkan. Tentu Hansol harus melewati kakaknya terlebih dahulu sebelum bertemu adiknya.
Yeonrin yang masuk ke dalam rumah, tak lama Eunbi keluar dengan Navy Blue Skater dress*, sepatu berhak warna cokelat kayu, tas kecil cokelat rotan, dan rambut hitam pendek terurai yang sampingnya dikepang sedikit bagian kepala.
Hansol gemetar, ah bukan. Ia terlalu gugup karena tak pernah melihat Eunbi selain pakaian sekolah dan pakaian tidurnya.
"Pagi, Hansol-sshi~" sapa Eunbi.
"P-pagi, Eunbi-sshi~"
"Kenapa? Pakaianku aneh?"
Hansol menggeleng.
"Kau cantik."
"Aigoo~ kau memujiku sekarang? Tumben."
Eunbi membuka pintu pagar lalu keluar, dan tentu menutup lagi. Yeonrin dari pintu cuma berkata, "hati-hati di jalan."
Hansol dan Eunbi jalan kaki ke Mall. Bukan bokek atau apapun. Di korea dan jepang itu udah biasa.
"Jadi... Sofia itu adikmu?"
Hansol mengangguk mendengar Eunbi yang membuka percakapan.
"Umurnya berapa?"
"Dua belas tahun... ah.. kau itu saudara kandung dengan Yeonrin Noona?"
Eunbi menggeleng, tertawa pelan "Aniya~ aku, Yura, dan Eonnie itu cuma sepupuan. Kukira aku sudah memberitahukan soal itu?"
"Ahm.. kurasa.."
Hansol tertawa pelan. Banyak percakapan omong kosong yang terjadi di jalan.
Hingga akhirnya mereka sampai di mall. Eunbi hanya terdiam seakan terpana akan mall.
"Eunbi, kau mau kemana dulu?"
"Hansol, aku- uhm... kita ke toko baju aja dulu..."
Hansol tahu tiba-tiba Eunbi berubah. Khawatir? Tentu. Apalagi Eunbi menunduk dan memegang lengan baju Hansol sedikit (seperti mencubit bajunya gitu. Pokoknya gitu.)
"Eunbi-sshi, kau sakit?"
"Ah.. aku?"
Hansol menatap ke mata Eunbi. Gadis itu hanya menggeleng pelan seraya berkata, "aku baik-baik saja..."
Eunbi dan Hansol berjalan ke toko baju tanpa bicara apapun. Hingga mereka masuk ke dalam toko tersebut.
"Hansol, kau mau cari baju juga?"
"Kau aja dulu, kaos, dress, mau belanja apa?"
"Ah itu!"
Eunbi berjalan cepat ke arah rak rok. Matanya terpana ke arah skater skirt berwarna pink, terus mengambil oversized Hoodie warna putih.
"Hansol-sshi, ini cocok gak?"
"Cocok kok."
"Kamu gak mau nyari baju juga?"
Hansol cuma geleng.
"Kamu suka pakai rok ya?"
Eunbi mengangguk, "Rasanya lebih feminim. Hahaha..."
Eunbi membeli bajunya tadi. Eunbi dan Hansol yang sudah punya urusan di toko baju itupun, pergi keluar untuk membeli minuman.
"Eunbi, kau punya trauma?"
Eunbi terdiam menatap mata Hansol. Namun, ia tersenyum pelan.
"Kau sadar ya? Uhm, itu soal keluargaku. Ada trauma tentang itu."
Hansol juga tahu kalau dia belum pantas untuk bertanya tentang itu, apalagi ia baru saja mengenal Eunbi beberapa hari.
"Kamu kok baik banget sih, mau ngajak aku jalan-jalan," ucap Eunbi dengan tertawa sedikit.
"Karna apa ya? Karna aku pengen lihat kamu senang."
Eunbi cuma berdehem malu, hingga mereka terkejut mendengar sebuah panggilan.
"Hansol-sshi?" sapa Jisoo dengan cerianya.
"Eunbi?!" Ucap Yura terkejut bukan kepalang. Sama dengan Eunbi yang menunjuk pelan ke arah Yura dengan gagap, "Y-yura tiang*!?"
(Note penulis: Yura lebih tinggi daripada Eunbi beberapa cm, dan keduanya lebih tinggi daripada Yeonrin yang sudah dewasa. ^v^ )
Semua berakhir kacau hingga Eunbi menarik Jisoo dan meninggalkan Hansol dengan Yura untuk sementara dengan alasan, "Aku ada urusan dengan cowok labil ini."
"Jadi... hai?" sapa Hansol di tengah suasana canggung.
"Hai? Kau... suka sama sepupuku?"
Pertanyaan skakmat yang langsung membuat Hansol tersenyum kaku dengan wajah memerah.
"Hei, kau- maksudmu-?"
"Aku pembaca novel cinta! Jadi aku tahu."
"Mungkin.. ah.. kau bakal ngucapin ini ke Eunbi, kan?"
"Memang kenapa? Kami kan saudara," Yura menyilangkan tangannya satu dengan yang lain lalu menyandarkan di atas dadanya. Tahulah, gimana.
"Aku ingin tanya sama kamu-"
Ucapan Hansol berubah menjadi serius. Lelaki yang kemarin kelihatan lucu itu berubah menjadi serius dipandangan Yura.
"-Eunbi itu... uhm, orang tuanya ninggalin dia?"
"Kau? Kau tahu dari mana soal masa lalu dia?"
"B-bukan stalker atau apapun.. aku juga baru kenal Eunbi. Aku merekam telponan kami kemarin. Aku tertidur jadi yak..."
"Tega kau membiarkan seorang gadis cakap sendiri-"
"Aish! Bukan seperti itu."
Hansol mengerang kepada perlakuan konyol Yura.
"Kau tahu tentang dia kan? Aku tahu, Jisoo gak bakal ngasih tau aku. Dia bilang kalau dia seperti... cinderella."
"Ya, memang benar. Tapi dia belum menemukan pangerannya, itu aja."
Sebuah topik yang berubah menjadi serius dari sebelumnya.
"Kenapa aku harus bilang itu ke kamu?"
"Karena, aku ingin membuat hari Eunbi lebih baik! Aku senang ngeliat dia tersenyum."
"Menjijikan."
Satu kata yang jleb ke hati Hansol.
"Bukannya kau juga suka, ah- cinta sama Jisoo!?"
"Kami gak pacaran goblok! Itu cuma perasaan yang nggak terbalaskan."
Gawatlah sudah, ucapan Yura terakhir ini membuat dirinya menangis pelan tanpa suara.
"Yura? Kau ngga apa-apa?"
Sambil mengusap air matanya ia mengangkat kepalanya yang tertunduk. Mata lembabnya nampak bahwa ia merasa sakit.
"Aigoo... uhm, bilang sama Jisoo dan Eunbi kalau aku ke kamar mandi dulu."
"Pergilah... tenangkanlah dirimu dulu. Kita ada di posisi yang sama kok."
Yura cuma melirik Hansol yang khawatir. Ia pergi tanpa sepatah katapun.
"Itu menyakitkan. Astaga Jisoo..." gumam Hansol
Panjang umurnya, Jisoo menghampiri Hansol dengan Eunbi.
"Dia kemana?" tanya Jisoo celingak-celinguk.
"Gadismu? Dia ke kamar mandi."
"Dia cuma temanku."
"Kau yakin?"
Hansol melirik ke Jisoo. Meyakinkan ucapan Jisoo.
"Yeah, emangnya kenapa?"
Hansol menggelengkan kepala.
"um.. kita pergi sekarang yok. Aku mau beli sesuatu."
"Oh, oke. Bye bye Jisoo," Eunbi melambaikan tangannya.
Merekapun meninggalkan Jisoo. Pergi ke stan minuman.
"Kamu nggak kedinginan?" tanya Hansol yang melihat Eunbi yang mulai menggosok-gosok kedua tangannya.
"Nggak kok! Udah biasa, hehehe..."
Saat sudah sampai, mbak nya nanya, "mau pesan apa?"
"Jadi kau mau minum kopi apa?" tanya Hansol.
"Uhm... Karamel macchiato. Kalau kamu?"
"Karamel macchiato satu, sama Hot chocolate satu."
"Baiklah tunggu sebentar, ini nomor tunggu anda."
Eunbi dan Hansolpun berbalik, namun di cegat oleh seorang pria yang lebih tua umurnya.
"Eunbi?"
"Sung Cheol Oppa?"
• Tbc •
Catatan Penulis:
Navy blue skater dress yang saya maksud itu ini
Dan saya ingin minta maaf karna lama apdet. Saya sibuk sama sekolah dan banyak tugas dan tidak bisa menyempatkan waktu untuk menulis, ditambah writer block. Saya minta maaf. Terima kasih telah membaca cerita ini ^^)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top