02

"Lho, ada apa ini?"

Kak Yeon-rin datang ke ruang keluarga. Secara tiba - tiba, namun Yura dan Eunbi tak bisa berkata-kata.

"Halo, kak Yeon-rin," sapa Jisoo.

"I-ini, aku kak-" ucap Eunbi bersamaan dengan Yura, "si Eunbi."

"Kerja kelompok," lanjut Eunbi.

"Sistem kebut semalam, kak." ungkap Jisoo.

Kak Yeon-rin menatapi semua anak yang ada di ruangan itu. Tiga entah empat kata terlintas dibenak dewasa itu.

"Eh, kalian berdua. Kenalin diri, dong," ucap Kak Yeon-rin sambil melihat ke arah Seungkwan yang sedang memegang berkas dan Vernon yang memegang bungkusan sumpit.

"Namaku Boo Seungkwan, kak."

"Choi Vernon Hansol." Karena Kak Yeon-rin masih terdiam saat mendengar nama Hansol, "Vernon atau Hansol, Terserah," lanjutnya.

"Oke deh, semangat ya kerjanya! ...Anu, Yura sini bentar deh."

Yura bangkit dan menghilang entah pergi kemana dengan kakaknya.

"Tumben dia lagi goodmood..." gumam Eunbi.

"Eunbi-sshi, yok makan. Biar cepat ngerjain tugas," ucap Seungkwan.

"Bentar, aku mau ganti baju dulu. Kalian makan aja deluan."

Eunbi sebenarnya ingin langsung tidur dan tidak makan malam seperti biasanya. Pekerjaan kelompok itu memberatkan. Namun, anggota lainnya menurut Eunbi baik.

Dengan baju kaos putih yang di masukkan ke dalam sweatpants semata kaki dan rambut yang diikat, Eunbi bergaya sangat kasual. Ia menarik napas beratnya, "kenapa cowok semua?!"

Setelah berkeluh kesah dengan kaca rias yang ada di depannya, Eunbi kembali ke ruang keluarga.

"Yura belom balik?" tanya Seungkwan.

"Belom, lah. Mungkin ada urusan sama kak Yeon-rin."

"Namanya Yeon-rin, toh," kata Seungkwan.

"Lengkapnya Park Yeon-rin," lengkap Jisoo.

Jisoo tentu lebih tahu karena sudah lebih dari dua tahun Jisoo bersahabat dengan Eunbi. Tak ada kata cinta diantara mereka. Hanya persahabatan yang murni layaknya daun maple dalam arti persahabatan.

"Noona itu saudara kandungmu?" tanya Hansol.

"Nggak, dia itu sepupuku... ah gini biar jelas! Aku, Yura dan Eonnie itu sepupuan. Ayahku, ayah Eonnie sama ibunya Yura saudara kandung. Itu kenapa Yura pakai marga Lee, sedangkan kami berdua marga Park"

Jelas Eunbi membuat Hansol dan Seungkwan ber"oh"-ria. Makanan itu masih panas dan disantap oleh mereka bertiga. Hingga akhirnya Jisoo berucap, "Yura udah makan belom?"

"Belom. Mungkin...?"

"Sisa pizzanya buat dia aja ya."

Eunbi cuma ngangguk saat meneguk segelas air dingin saat mengetik beberapa materi di laptop milik Jisoo. Hansol? Dia lagi duduk di sebelah Seungkwan dan Eunbi sambil nulis - nulis gak jelas di kertas kosong.

Jisoo bangkit terus pergi ke dapur buat ngeletakin sisa pizza di kulkas. Jisoo tahu kalau misalnya dia naik ke lantai dua dan ngetuk pintu Yura cuma buat bilang 'nih sisa pizza, makan ya. Ntar elu sakit kalo gak makan.' dan perkataan lainnya, itu gak sopan. Apalagi Jisoo udah SMA bukan anak SMP lagi seperti dulu.

Sementara itu, Hansol cuma ngeliatin Eunbi yang mulai risih diliatin. Kenapa? Pasti semua cewek mau diliatin sama cowok korea keturunan bule itu. Eunbi mah beda dari yang lain. Habis pengakuan cinta palsu di dapur itu, kalau makin diliatin dia makin malu. Makin malu, mukanya makin merah seperti tomat. Iya, merah seperti di novel - novel yang sering kalian baca dengan potongan kalimat, 'wajahnya tersipu malu' atau 'pipinya memerah semerah tomat'.

"Apaan?" gerutu Eunbi.

"Kau marah ya sama aku?" kata Hansol.

Ah, tidak. Eunbi kembali mengingat ucapan Hansol. Dengan tangan penuh, Eunbi menutup satu wajah Hansol dengan tangannya meski tak tertutup semua.

"Seungkwan-sshi, bisa lanjut print ini? Print nya ada di rak itu," ujar Eunbi sambil menunjuk ke arah rak.

"Oke!"

Jisoo balik dengan wajah lelah makan. Ia berdiri dan berteriak dengan tangan diangkat ke atas, "AYO KEBUT SEMALAM!"

Seungkwan hampir menjatuhkan kertas yang dipegangnya. Hansolpun mengangkat tangannya dengan wajah yang masih ditutupi oleh tangan Eunbi seraya berkata, "AYO!"

Sistem kebut semalam memang berhasil hingga jam tiga malam. Seungkwan udah K.O deluan sejak setengah jam yang lalu. Dengan bantal sapi milik Eunbi dan selimut dari kak Yeon-rin, Seungkwan tertidur pulas di atas karpet.

"Jisoo-sshi... kami tidur dulu ya," ucap Hansol dengan mata mengantuk, menggendong Eunbi yang awalnya tertidur di lantai dengan keadaan posisi terduduk. Eunbi disandarkan dalam posisi tiduran dengan bantal miliknya.

"Kau... lagi pdkt sama dia, ya?" Jisoo menyengir sambil menyilangkan tangannya di atas dada. Wajahnya yang sudah mengantuk, tak membuatnya rapuh untuk mengejek Hansol.

"Pdkt? Pendekatan gitu?"

"Hah, iya kan?"

Hansol cuma bisa diam dan mengerang.

"Udahlah, bahas itu nanti. Gua udah ngantuk berat."

Dengan sleeping bag milik kak Yeon-rin, dia tidur disitu. Iya, hansol.

Kenapa semuanya milik Kak Yeon-rin? Karena pada jam setengah satu malam, saat kak Yeon-rin sudah mengantuk, wanita itu datang ke ruangan yang mereka tempati. Lalu, memberikan semua bantal dan alat tidur, selimut, atau apalah kepada mereka. Ya, tahulah. Yang lebih tua pasti lebih berpengalaman masalah begini.

Mereka bertiga sudah terlelap kecuali Jisoo yang masih pergi ke dapur mencari minuman.

Pagi menjelang hingga akhirnya Hansol mendapati seseorang menepuk pelan bahunya. Matanya perlahan terbuka namun pasti.

"Noona bikin kaget kamu ya? Mian, ini masih jam enam sih... cuma, nanti gak keburu kalau semuanya bangun jam tujuh. Lagian kalian ada sekolah jam delapan, kan?"

Kak Yeon-rin menatap pelan Hansol yang duduk perlahan lalu mengusap - usap mata ngantuknya. Jam enam memang terlalu pagi. Namun mengingat celana sekolahnya masih dipakainya untuk tidur, Hansol langsung ingin menyadarkan dirinya.

"Akh... habis ini harus... pulang dulu..."

Yeon-rin cuma heran dengan gumaman Hansol. Pulang? Yeon-rin tak tahu kalau mereka langsung dari sekolah ke rumahnya.

"Ngapain? Seragam gak bawa?"

Hansol menggeleng lemas. Banyak sekali yang harus ia bawa pas pulang nanti. Bukan hanya itu, ia harus menyusun ulang buku catatannya. Dengan senyuman tipis di wajahnya, Hansol baru sadar kalau apa yang dia perbuat itu salah. Tapi, setiap tindakan pasti ada positif dan negatifnya. Hansol tahu itu.

Ia bangkit dan bergegas ke kamar mandi dengan arah yang telah Yeon-rin tunjukkan. Ketiga laki - laki itu;Seungkwan, Hansol, dan Jisoo bergegas pulang ke rumah masing-masing pada jam setengah tujuh.

"Hati-hati di jalan, kwan-sshi!"

Seungkwan yang pergi terakhir mendapat lambaian tangan dari kak Yeon-rin. Dengan sepeda milik Noona itu, Seungkwan ikut berlambai balik hingga ia harus fokus penuh mengendarai sepeda beroda dua itu.

Yeon-rin kembali ke rumah. Dengan pertama - tama membangun kan Eunbi, karena Yeon-rin tahu kalau Eunbi bakal tidur lagi setelah dibangunkan. Lalu, Yura yang gerak cepat langsung bangun karena dia berpesan bakal mau maskeran air jeruk nipis pagi ini. Katanya buat jaga kesehatan dan kelembapan kulit wajah. Lalu, membangunkan Eunbi lagi.

"Bii, banguun! Udah jam setengah tujuh lewat."

"Ugh iya..." dengan mata sayu Eunbi harus bangun.

"Ini, peralatan mandimu. Eonnie masak dulu ya."

Yeon-rin bakal bangkit. Tetapi, Eunbi menahan baju Yeon-rin sedikit. Ada sesuatu yang ia katakan.

"Kentang goreng... jangan lupa pakai garam..."

Lagi-lagi tentang makanan. Yeon-rin cuma bisa terkikir lalu mengacak rambut Eunbi yang memang sudah kacau.

"Dasar.. kakak tahu kok. Kan kakak udah janji."

"Ingat lho... itu... janji," tambah Eunbi dengan suara serak-serak basah baru bangun.

Dengan mata sayu ia bangkit ke kamar mandi. Dan tahulah kegiatan siswa sma baru bangun tidur, mandi, beresin buku, sarapan, dsb.

"Kakak berangkat jam berapa?" tanya Yura disela sarapan mereka.

"Masih lama, hari ini dosen jam pertama katanya mau liat penampilan anaknya dulu."

"Bisa antar kami dong?" kata Eunbi.

"Aniya~ dia sudah punya janji sama temennya," kata Yura sambil merapikan poni cetar koreanya itu.

"Bisa kok. Kan cuma sebentar."

"Gak apa-apa, kan?"

Pertanyaan Yeon-rin menggema di telinga Eunbi. Pasalnya, ia sungguh tersambar halilintar melihat teman kakaknya itu.

"Tapi! Tapi, Yura sama Eonnie gak ada bilang! Itu.. soal teman Eonnie itu cowok!"

"Tuh, aku bilang juga apa," ucap teman Yeon-rin. Si cowok pendek, teman satu fakultas dengan Yeon-rin. Tebak aja sendiri.

"Diam, oke? Kalau kau terus komentar, ini Eonnie tak bakal jalankan mobilnya. Kalau Eonnie gak jalankan mobilnya, berarti Eonnie gak ngantar kita. Kalau Eonnie gak ngantar kita... kita gak bakal sempat naik sepeda ke sekolah! Jadi diam!" bentak Yura di sebelah Eunbi.

Eunbi cuma terdiam. Kaget juga. Tumben Yura bisa nge-rap seperti begitu.

"Kita berangkat ya." Yeon-rin menjalankan mobil miliknya itu. Berempat di dalam mobil tersebut hanya terdiam. Tidak terlalu diam, karena ada ocehan Eunbi sama Yura di bangku tengah.

"Jadi ini yang kau bilang adek-adekmu?"

"Uh.. gitu? Ya gitu lah.. yang ngurus mereka cuma aku sekarang."

"Yeon-rin-sshi, kau perempuan yang tangguh ya?" celetukan mr. Lee itu tak terlalu ditanggapi oleh Yeon-rin.

Justru, Eunbi dan Yura yang terus bertanya, "Nama Oppa siapa?"

"Namaku?"

Kedua siswi itu cuma mengangguk pelan.

"Lee Jihoon."

"Salam kenal, kami sepupu Eonnie. Namaku Yura, ini Eunbi."

"Ooh.. oke."

Tak lama merekapun sampai di depan sekolah Yura dan Eunbi, hingga akhirnya keduanya melambaikan tangan ke Eonnie-nya itu.

"Jangan lupa kabar-kabari!~" sahut Yura.

Mobil itu perlahan menghilang dari pandangan. Karena, sudah jam delapan kurang. Keduanya harus bergegas masuk ke kelas masing-masing.

Pletak!

Pintu begitu keras dibuka oleh Eunbi. Ah, siswa yang sudah hadir melihatnya. Ia langsung membungkuk meminta maaf, "Miane.." hingga akhirnya ia ditabrak dari belakang.

"Hah-" Eunbi berbalik melihat yang menabraknya-Hansol. Lelaki itu juga baru datang.

"Gwenchana?" tanya Hansol sambil menahan kedua lengan Eunbi agar tak terjatuh. "Iya.. ga papa.. kau telat juga?"

Hansol cuma ngangguk. Lalu dua orang itu langsung duduk di bangku masing-masing dengan Jisoo dan Seungkwan yang sudah hadir sebelumnya.

"Eunbi-sshi!~ kelompokmu udah siap tugas kemaren?"

Shin Miso-salah satu murid. Tak begitu penting di cerita ini mungkin(?). Eunbi cuma ngangguk terus, serta Jisoo menunjukkan mata letihnya.

"Aish.. capek banget aku," keluh Jisoo.

"Kata Ssaem, tugasnya gak jadi dikumpul hari ini. Karena dia tahu... kalo dikasih sehari pasti berat banget. Jadi dia cuma bercanda. Hahaha!" kata Miso dengan mudahnya.

Keempat mata itu menatap tajam ke Miso dengan letih.

"What the heck!"

• Tbc •

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top