01

"Kupanggil Hansol aja ya."

"Hansol? Jarang sih cewek manggil pakai nama begituan, tapi ya oke lah."

Hansol cuma tersenyum tipis dengan telapak tangannya menjadi penyangga dagunya yang bersiku itu.

Pelajaranpun dimulai sekitar tiga jam hingga akhirnya pun bel istirahat berbunyi. Sebagian murid ada yang ke kantin, sebagian lagi menetap di kelas untuk mengerjakan tugas.

"Eunbi-ya~ kau bawa bekal?" tanya Jisoo alias Joshua.

Eunbi cuma mengangguk. "Tumben, pas smp gak pernah tuh."

"Baru aja sih pas sma, jis."

Sosok siswa yang tadi memperkenalkan dirinya ke Eunbi, duduk di depan Eunbi dan Jisoo dengan bekalnya yang diletakkan di depan Eunbi.

"Sol? Tumben," celetuk Jisoo.

"Hari ini adekku pergi safari, ibuku ya jadi ikutan buatin aku bekal."

"Hansol-sshi, sebelumnya kau tak pernah bawa bekal?" tanya Eunbi.

"Pernah, cuma jarang aja."

Siswi lain datang menghampiri ke arah mereka dengan rambut pendek berbentuk jamur.

"Jisoo-sshi, nampak Seungkwan?" tanya Hye-jin, another classmate.

"Tadi dia keluar bent-"

"Hansool!!" teriaknya dengan pintu yang dibuka dengan sangat cepat. Teman sebangku Hansol itu memang sangat ribut, namun baik.

"Demi neptunus, kau, Hansol, sama sekali belum ada bayar hutangmu ke aku!" Ungkap Seungkwan, terus berjalan ke arah mereka.

"Ini dia orangnya, Hyejin," gumam Jisoo.

"Hutang yang mana?"

"Hutang seribu won yang kemarin."

"Ada ya?"

"Jangan coba untuk melupakan hutangmu ya!"

"Tenang dulu, deh. Ini Hye-jin ada keperluan samamu," ucap Jisoo.

"Oh, kenapa, jin?"

"Ketua ekskul tari minta kamu buat datang pas istirahat kedua."

"Oh oke!~"

"Aku cabut ya, Eunbi...Jisoo...Vernon...kwan..." ucap Hyejin sedikit canggung.

"See ya~"

Setelah Hyejin pergi, Seungkwan menarik bangkunya dan mendekatkan dirinya ke lingkaran(?) Entah bentuk apa itu namun ya gitulah.

"Gak bilang ya mau deket deket Eunbi."

"Hah?" gumam Jisoo. Bahkan Hansol hampir tersedak dan terbatuk.

"Kan temen harus ada pendekatan, ya gak?"

"Eunbi bener juga," ucap Hansol dengan senyuman tipis setelah meminum air dari botol minumnya.

Jisoo dengan plastik roti yang rotinya sudah dimakannya bangkit dan berjalan ke arah pintu untuk membuangnya.

"Habis ini pelajaran biologi kan?" tanya Seungkwan. Hansol cuma ngangguk pelan.

"Astaga..." gumam Eunbi.

"Kenapa, bi?" tanya Hansol sedikit khawatir atas ekspresi Eunbi yang berubah.

"Bukuku sama sepupuku."

Jisoo datang dengan menggenggam tangan sesosok siswi yang sudah lama Eunbi kenal, Lee Yura-sepupu Eunbi dari Ibunya.

"Eunbi-sshi, ada yang mau ketemu kamu," ucap Joshua.

"Eh elu kenapa beb?" tanya Eunbi dengan nada sedikit playful yang jarang dilihat oleh orang lain.

"Kejedot pintu..." erang Yura sambil mengelus-elus dahinya yang precious.

"Ngapain kemari, Yura-ya~? Kangen aku?"

"Ini buku... biologi."

Karena tangan kanan Yura sedang digenggam oleh Jisoo jadi dia ngasih buku biologi milik Eunbi pake tangan kiri.

"Enak ya?" canda Eunbi dengan mengkode ke Yura. "Hah? Apa? Oh-" Ah, sudahlah. Yura sudah tahu maksud kode itu.

"Aku mau balik dulu ya Eunbi-ya, ah.. dan teman - teman cowok Eunbi."

Dengan sangat cepatnya cewek itu berlari keluar kelas. Mungkin dia spot jantung.

'Enak ya, Yura udah punya orang yang dia suka' batin Eunbi memang tak bisa berbohong dengan lamunannya.

"Mikirin apa, Bi?" tanya Hansol lagi.

Eunbi cuma menggeleng pelan, "bukan apa-apa, Kok."

"Yura-sshi itu... saudaramu?" tanya Seungkwan.

"Iya," jawab Jisoo dan Eunbi berbarengan. Cuma bedanya, Jisoo menambahkan kata "-lho~" diakhirnya.

"Sepupu tepatnya."

Bel kian berbunyi. Hingga akhirnya waktu terus berjalan dan semua siswa boleh pulang tepat jam 10 malam.

"Yura, aku gak bisa pulang sama. Ada kerja kelompok."

"Oh oke deh.. bye."

Yura pulang sendiri sedangkan Eunbi harus kerja kelompok bertiga dengan Seungkwan dan Jisoo.

"Gimana, kalo tugas ini kita kerjain di rumahmu aja, Bi?" usul Seungkwan.

"Kak Yeon-rin ada di rumahkan?" tanya Jisoo.

"Ah..." Eunbi mengecek jam tangannya. Sudah jam 10. Kak Yeon-rin tak mungkin pergi kemana - mana, kerjaannya sebagai webcomic artist gak mungkin membuatnya pergi kesana kemari sampai larut malam. Kurang-lebih, begitulah yang dipikirkan  Eunbi.

"Hansol-ya, ikutan kami yok, daripada kamu sendirian di rumah," ajak Seungkwan. Kebetulan Hansol baru aja memakai tas sandangnya bersiap - siap pulang.

"Uhm.. boleh deh."

"Ayo!"

Sudah jam 10 malam lewat 5 menit, mereka berada di supermarket yang bakal tutup jam 11 malam. Ngapain? Tepatnya membeli bahan makan malam mereka.

"Jisoo-sshi, pulang kerumahku deluan ya, sekalian bawa ini. Kasian Yura sama kak Yeon-rin cuma berdua di rumah."

"Oh ok."

Jisoo deluan pulang. Mereka bertiga masih harus membeli bahan lainnya dengan duit tambahan yang Eunbi bawa, karena duit belanja ada di tangan Eunbi hari ini.

Akhirnya tiga insan itu pulang jalan kaki dari supermarket yang tidak berapa jauh dari rumah Eunbi itu.

"Eunbi-sshi, kau kenapa pindah ke kelas kami?" tanya Seungkwan yang berada di sebelah Eunbi. Hansol? Lelaki itu memilih jalan di belakang karena tak tahu mau bicara apa dengan Eunbi.

"Kelas ipa delapan itu buruk sekali. Aku gak betah disana. Banyak ucapan kotor."

"Poor Eunbi, kau punya teman sekelas yang baik semua kok sekarang!" ucap Seungkwan, "ya kan, Hansol?"

Hansol cuma ngangguk dengan senyuman terlukis di wajah.

"Makasih, kau baik banget."

Mereka terus berjalan kerumah ditemani langit malam dan bintang yang bersinar di angkasa. Tak luput dengan ocehan Seungkwan yang tak ada habisnya.

Eunbipun memenekan bel rumah mereka. Alhasil, Yura keluar dengan Jisoo di bekangnya.

"Cowok periang tadi siang?.." celetuk Yura sambil melihat Seungkwan dibalik kaca matanya.

"Kau? Kau belom tahu nama ku?"

"Aniya... Siapa namamu?" komentar Yura sambil menggeleng kepalanya pelan.

"Seungkwan, kau Lee Yura, kan?"

"Udah tau kan? Tak usah perkenalkan diri lagi, ufufufu~ kalo ini?"

"Choi Vernon Hansol. Hansol aja gih panggil," balas Eunbi.

Yura cuma cenge-ngesan karna dia gak tahu mau bilang apa, cuma "silahkan masuk."

Mereka masuk semua dan intinya mereka masuk ke ruang keluarga seperti Jisoo tadi.

"Jadi ini... mereka ngapain?" bisik Yura.

"Kerja kelompok yang di kasih hari ini, dan bakal di kumpul besok. Gila kan?"

"Ya? Uh.. tapi-"

"Kak Yeon-rin mana?"

"Aku baru mau bilang itu. Kak Yeon-rin belom pulang jam segini."

"Yang benar aja. Masa?"

"Ayolah, Eunbi. Kak Yeon-rin itu udah anak kuliah, gak kayak kita."

"Bukannya dia ngambil kuliah pagi?"

Eunbi langsung mengungkapkan apa yang ada dipikirannya saat itu. Yura terus berpikir mengenai ucapan Eunbi.

"Iya juga sih."

"Eunbi-ya~ siapa yang bakal bikin makan malam?" Suara Jisoo terdengar di telinga mereka berdua.

"Uh? Um..." Eunbi masih berdehem.

"Aku aja," ucap Hansol.

"Yaudah deh aku ikutan," jawab Eunbi, "Jisoo-sshi, tolong siapin bentar tugasnya ya."

"Ooh, oke oke."

Eunbi dan Hansol pergi ke dapur, hanya berdua. Hansol dengan baju baju kemeja putih alias dalaman yang termasuk ke seragam sekolah dan lengan tangan yang dilipat sesiku. Tangan putih dan mulusnya itu terekspos manis di depan Eunbi.

"Mau masak apa hari ini?" tanya Hansol.

"Oh? Ah.. kau masak pizza, aku bakal masak sop buntut sapi sama nasi, bisa bikin pizza kan?"

"Kau ngeremehin aku ya?"

"Lebih baik begitukan, daripada melihat kacang yang cantik namun tak berisi," ungkap Eunbi dengan puitis.

Anehnya, Hansol terbahak mendengsr ucapan itu. Ini pertama kalinya Eunbi melihat Hansol tertawa lepas.

"Hah... haha... apa maksudmu?"

"Kau nganggap itu lucu? Humormu di atas rata-rata ya?"

"Udahlah... kita lanjut masak aja."

Ditengah-tengah masak, Hansol membuka percakapan yang memecah kediaman diantara mereka.

"Eunbi... kau kalau dikasih makanan sukanya apa?"

"Ah..? Makanan... kalau pencuci mulut, mungkin cokelat. Tapi, kalau makanan biasa, aku sukanya telur goreng dengan nasi putih. Oh! Atau ditambah dengan kentang goreng. Enak banget, aku ngerekomendasi itu ke kamu."

"Ooh, gitu."

"Kalau Hansol gimana?"

"Kita berdua sama. Sama-sama suka cokelat."

"Jangan-jangan kita... jo.." celetuk Eunbi.

"Jodoh?" jawab Hansol sedangkan Eunbi menjawab "jomblo..."

Wajah Eunbi memerah mendengar ucapan Hansol.

"Jangan - jangan kita jodoh ya?" sambung Hansol.

Melihat Eunbi yang gak bisa berkata apa - apa, Hansol nggak tega ngebiarin Eunbi memikirkan hal itu meskipun Hansol ingin sekali merah cewek itu dan memeluknya.

"Jangan dipikirin kali, aku... aku cuma bercanda."

"Ah!"

"Hahaha! Tentu aja, kamu cuma bercanda, hahaha~"

Eunbi memalingkan wajahnya, takut wajahnya yang mudah sekali memerah itu bisa dilihat oleh Hansol. Ini pertama kalinya cowok ngebalas ucapan jodoh kedia. Bahkan, Jisoo sekalipun tak pernah mau menjawab ucapan jodoh ke Eunbi.

'Seharusnya dia nggak katakan begitu, kan? Ya kan? Eunbi kau harus tenang,' batin Eunbi.

Sisanya Hansol mengisi percakapan mereka dengan topik sekolah, semua itu agar Eunbi tak terlalu memikirkan hal itu.

"Makanannya siap semua!" sahut Hansol berjalan dari dapur ke ruang keluarga dengan alas besar cukup untuk pizza berporsi besar di atasnya.

"Wah~ wanginya!" Seungkwan jadi lapar sekarang.

"Belum, masih ada lagi."

"Eunbi-sshi, bisa gak bawanya?" tanya Hansol melihat Eunbi membawa nampan dengan nasi semangkuk besar dan sop buntut sapi.

"Bisa kok.."

Makanan semuanya udah ada di lantai karena meja lagi dipakai untuk ngeletak materi, buku, serta laptop.

"Yok makan~" seru Seungkwan.

Ting Nong!

Bel berbunyi. Namun, pintu itu terbuka sendiri walau tadinya dikunci. Dengan sahutan, "Kak Yeon-rin pulang!"

"Mampus kita, bi." Yura terpekik sambil mengerutkan dahinya, teringat akan ucapan kakaknya itu beberapa hari lalu.

"Kenapa?"

"Kau lupa?" Yura menghela napas sambil mengusap dahinya.

"Laki-laki tak boleh datang sebelum Noona Yeon-rin hadir di rumah."

"Oh iya-"

"Lho? Ada apa ini?

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top