00

Bukan error atau apa. Memang pikiran Choi Vernon Hansol itu sedang kacau. Pasalnya, ini sudah kesekian kalinya Hansol gagal dalam tes matematika.

"Sial. Jelek banget nilaiku," cetusnya.

"Mampus kau," mentari yang tertawa--bukan, itu adalah Boo Seungkwan yang sedang meledek pedas jiwa Vernon.

"Apaseh?! Lu ga bisa liat aku tuh lagi depresi?"

"Depresi ndas lu- eh betewe... udah dengar kabar belom?"

"Kabar apaan?"

"Park Eun-bi kenal?"

"Siapa?"

"Tch.. anggota ekskul bahasa... masa gak kenal?"

Bel berbunyi. Deras seperti rintihan hujan. Seungkwan segera duduk di samping Vernon. Entah hari apa ini, walikelas datang terburu - buru.

"Pagi, anak - anak," ucap guru paruh baya itu. Semuanya menjawab salamnya.

"Untuk ke depannya, Park Eunbi bakal belajar di kelas ini," lanjut gurunya. Pak Jihoon mengisyaratkan siswi itu masuk ke kelas.

Siswi setinggi 163 cm tersebut masuk dengan tampilan yang dapat dilihat oleh 28 siswa di kelas itu. Rambut hitam pendek seleher dengan kulit pucat dan mata beriris cokelat terang berkilau. Ia berbungkuk pelan memperkenalkan diri.

"Namaku Park Eunbi, pindahan dari kelas ipa delapan. Yang sering ke perpus tau, kan?"

"Iyee!" teriak Seungkwan. "Gua gua. Gua tahu~" ucap Joshua, anak ekskul bahasa sambil melambaikan tangannya.

"Yeh, elu emang di ekskul bahasa sama Eunbi, Josh," celetuk Yoonha, salah satu siswa di kelas itu.

Kelas ini Sebelas IPA Tiga. Beneran, Eunbi pindah sangat jauh dari delapan ke tiga.

"Sek, aku gak tau kau sering ke perpus," gumam Vernon.

"Ngeliat Eunbi karna dia cantik elah, sepupunya juga si Lee Yura. Demi tuhan, kakinya indah astaga."

Seungkwan menutup wajahnya karena sangat malu sekaligus senang menceritakan hal yang sering di bicarakan oleh Pria.

Eunbi kini diminta untuk duduk bangku dimana aja karena bangku di kelas ini ada 30 sedangkan siswanya hanya 26 orang. Itupun ada yang sakit 3 orang karena alergi dan DBD.

"Sini - sini, say," ucap Joshua. Terdengar terlalu akrab sehingga membuat semua cewek dan Seungkwan cemburu buta. Padahal jarak Seungkwan ke Eunbi hanya terbatas Vernon dan jalan kecil untuk orang lewat.

"Eh kalian gak pacaran, kan?" tanya Seungkwan dengan nadanya yang manja. Tangan Joshua di rangkul di bahu Eunbi dengan ramah hingga wajahnya tersenyum manis.

"Kami bestie, hohohoho."

Sungguh, Mereka tak pernah melihat Joshua seliar ini atau mungkin seakrab ini dengan seorang cewek.

"Seungkwan hehe," kenalkannya sambil menjabat tangan Eunbi.

"Park Eunbi," jawab gadis itu.

"Eunbi-sshi, ini Vernon. Agak cuek emang orangnya, kalo udah deket asik lho orangnya."

Cowok dengan paras tampan menggemaskan dengan keturunan bule, matanya sedang mengawasi gerak-gerik Eunbi. Pas, mereka berdua mendapat eye contact yang sempurna.

"Namaku Park Eunbi," ucapnya sambil mengajukan tangannya.

"C-choi Vernon Hansol," balasnya menjawab jabatan itu.

"Panggilan?"

"Vernon.. Hansol... Ah apalah, terserah mau manggil apa," jawab Hansol kepada Eunbi dengan kedua tangan mereka masih terjabat erat.

"Kupanggil Hansol aja ya."

• Tbc •

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top