Mine
"Annyeonghaseyo Jungkook-ah," sapanya dengan ceria saat berpapasan dengan Jungkook di koridor.
"Annyeong, Seojin-ssi," sapanya datar sedatar papan berjalan.
Seojin tak menghilangkan senyum indahnya, ia membiarkan Jungkook dan menyapa yang lain seperti biasa. Ia berlari dengan indah hingga rambut yang terkuncir kuda bergoyang kesana-kemari. Lalu memasuki kelasnya dan melihat teman-temannya yang sudah duduk santai sambil memainkan ponsel.
Seojin tersenyum, ia duduk di bangkunya dan mengambil ponsel lalu memainkan sosial medianya, dirinya tersenyum tidak jelas kerena tadi malam memasukkan salah satu fotonya di instagram dan itu memiliki banyak like dan juga komentar yang menurutnya sangat lucu.
Suara bel pun terdengar bertanda pelajaran pertama akan dimulai. Ia melewatinya dengan baik saat belajar hingga pulang tiba, ia menunggu Namjoon di pos karena hari ini cuaca begitu cerah hingga senyuman Seojin tak pernah hilang dari bibir manisnya. "Annyeong ahjussi," sapanya pada penjaga gerbang.
Ia hanya membalas senyum Seojin. Seojin menunggu lama hingga sudah berada dalam mood yang jelek hanya karena menunggu Namjoon yang tak kunjung datang apalagi ini sudah melebihi jam yang di tentukan. Seojin tak menyukai yang namanya 'Menunggu' ia paling tidak menyukai apapun yang berhubungan dengan kata menunggu apalagi hingga lama seperti ini, jika menunggu hidangan makan saat di restoran sudah bisa dimaklumi tapi jika menunggu dalam waktu yang panjang, dirinya akan kepanasan seperti cacing dan Namjoon sudah menentukan jamnya saat ia akan menjemput Seojin.
"Ahjcgusnslkj8hjnlkoiuihionkcjnbucygfc..." Seojin berguman tak jelas apalagi matahari sedang panas-panasnya.
Ia berjalan menjauh dari sekolah dan menuju kafe untuk membeli minuman dan menunggu Namjoon sambil berteduh. Dengan memesan cafelatte dan mencari tempat duduk namun penuh dengan anak sekolah. Ia melihat bangku yang kosong walaupun meja tersebut sudah ada yang menempatinya. Pria yang sedang serius membaca laporan di tabletnya, yang memakai topi baseball berwarna putih. Seojin menghampiri meja tersebut, biar saja di tolak karena tidak ingin di ganggu tapi ia sangat membutuhkan tempat duduk saat ini.
"Permisi, bolehkan aku duduk di sini?" izinnya terlebih dahulu.
Pria yang sedang fokus itu mengangkat kepalanya dan menatap gadis yang berada di hadapannya. "Kita bertemu kembali Seojin-ssi," ucap pria itu.
Seojin terkejut saat pria itu membuka topi dan menampilkan rambut yang berwarna abu-abu.
Abu-abu? Kemarin pria itu berwarna hijau sekarang abu-abu. Rambutnya pasti rusak karena sering bergunta-ganti warna rambut. "Ahjussi?"
Pria tersebut memasang wajah datar. "Sudah aku katakan, jangan panggil aku ahjussi, panggil saja aku Yoongi."
"Baiklah, emmm ... Yoongi-ssi, aku tidak membawa jasmu, mungkin besok aku akan membawanya," ucapnya menunduk.
Yoongi menantap gadis yang menunduk, ia tersenyum. "Aku tidak akan membawa jasku, aku kesini hanya untuk istirahat."
"Kau sedang istirahat? tapi kau sibuk dengan tabletmu." Seojin menyesap cafelatte-nya dengan sangat menawan terlihat dari saat dia memegang gagang cangkir putih.
"Kau memperhatikanku," ucap Yoongi dengan senyum kecil yang tidak terlihat oleh siapapun kecuali dirinya sendiri.
Seojin hanya tersenyum saja, "Kau menunggu jemputan?"
Seketika wajah Seojin murung, kembali melamun sambil menyeruput minumannya dan Yoongi hanya memperhatikan Seojin. Tiba-tiba ponsel Seojin berdering. Ia mengangkatnya dengan malas.
"Waeyo?" jawabnya ketus. [Ada apa]
"Mianheyo Seojin, oppa tak bisa menjemputmu, kau pulang bersama Jungkook saja."
"Tidak perlu, Jungkook sudah pulang bersama temannya!"
Tut..
Ia memutuskan sambungan dan menyimpan ponselnya di ransel dengan melempar asal kedalam. Menghabiskan minumannya dengan cepat lalu pergi tanpa permisi kepada Yoongi. Moodnya benar-benar rusak karena Namjoon tidak bisa menjemputnya. ia berjalan menghampiri halte yang tak jauh dari kafe, lalu sebuah mobil berhenti di depannya dan menurunkan kaca sebelah kiri.
"Masuklah, aku akan mengantarmu pulang." Seojin hanya diam saja takut jika sudah diajak pulang bersama seperti ini.
"Cepatlah, aku tidak akan memutilasimu." Seojin pun memasuki mobil milik Yoongi dan membelah kota Seoul dengan senyuman yang terukir dibibir manis Yoongi.
Semenjak mengantarkan Seojin mereka saling bertemu di kafe dan sering bercanda di setiap saat, Yoongi berbeda dari yang lain, hingga membuatnya semakin dicintai oleh Seojin dan ia tidak mengatakan pada Yoongi jika menyukainya karena harga dirinya yang terlau tinggi itu.
"Oppa, kenapa rambutmu selalu di warnai?" tanya Seojin yang sudah terbiasa memanggil Yoongi dengan panggilan Oppa karena paksaan Yoongi yang ingin dipanggil dengan sebutan itu, ia pernah mengatakan jika dirinya hanya memiliki adik lelaki yang memanggilnya hyung, ia ingin memiliki seseorang yang menyebutnya dengan sebutan Oppa.
"Aku mencari warna yang cocok untuk kulitku yang putih ini."
Seojin menyesal menanyakannya jika jawaban dari Yoongi hanya membesarkan kepalanya sendiri.
"Kau menyukai rambutku yang mana?" tanyanya yang memperhatikan Seojin yang berada di sebelahnya.
"Aku menyukai semuanya, tapi aku menyukai warna rambut yang hitam, dan aku belum pernah melihatmu memakai warna hitam."
"Hitam?" Yoongi menganggukkan kepalanya mengerti, ia tersenyum dan mengajak Seojin untuk pergi ke Sungai Han untuk bermain di sana. Hingga malam tiba, Seojin pulang dengan di antar oleh Yoongi dan berpapasan dengan Namjoon yang baru saja pulang dari kuliahnya.
Namjoon memandang Yoongi dengan tatapan tak suka dan Yoongi pun hanya memasang wajah datarnya.
"Oppa kau baru pulang?" tanya Seojin lembut.
Namjoon hanya bergumam dan terus menatap Yoongi dengan tatapan membunuhnya, "Oppa jangan salah paham, aku sudah meminta izin kepada appa untuk pergi dan pulang malam, tapi sekarang belum lebih dari jam delapan kok."
"Tetap saja, kau itu perempuan dan kau pergi dengan pria yang lebih tua darimu, apa kau tak mengetahui dunia luar lebih kejam, bisa saja kau diculik dan dibuang di sungai han."
"Stop oppa, kau menjelekkan orang lain." Seojin pergi meninggalkan kedua pria yang saling menatap tajam.
"Kita harus bicara!!"
"Bicara saja, selagi berbicara tidak ada pajak." ejek Yoongi.
Namjoon langsung meninju pipi mulus Yoongi, ia tidak membalas meninju Namjoon karena itu akan sangat sia-sia untuknya. "Kau boleh mendekati adikku dengan satu syarat, kau tidak boleh merusaknya!" tegas Namjoon, ia meninju kembali Yoongi dengan begitu keras.
"Appa ... oppa menghajar orang!" teriak Seojin dari dalam yang memang melihat kejadian namun tak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh mereka.
"Diam kau Seojin!" Balas Namjoon dari luar.
"APPA, OPPA MENGANCAMKU, EOMMA-APPA, OPPA AKAN MENGHAJARKU!" teriaknya lebih kencang. Namjoon mengerang kesal akibat Seojin yang menuduhnya. Dirinya berjalan menuju Seojin yang diam didekat jendela.
Seojin menatap Namjoon kesal. "Apa? Ingin menjadi preman ya, sekarang!!"
Namjoon hanya menyentil kening Seojin dengan keras dan pergi ke kamarnya. Seojin menghampiri Yoongi yang hanya diam saja. "Oppa kau tidak apa-apa?" ia melihat darah yang mengalir di bibir Yoongi.
"Gwenchana Seojin-ah, aku pulang dulu." pamitnya dengan memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Mianhae, oppa-ku selalu seperti itu jika aku berdekatan dengan seorang pria."
"Aku memakluminya, karena kau itu sangat berharga," ucapnya dengan lembut. "Aku pulang."
"Jalgayo oppa."
Setelah Yoongi pergi, ia masuk kembali dan melihat Namjoon yang sedang memperhatikannya. "Kau menyukainya?" Tanya Namjoon tiba-tiba.
"Bukan urusanmu," Balasnya dengan datar.
"Jika kau tidak menyukainya aku akan mengatakan padanya untuk menyerah saja, karena aku melihat jika dia menyukaimu juga," sontak Seojin berhenti dari jalannya.
Ia berlari kembali menuju Namjoon, "Coba ulangi perkataanmu?"
Namjoon hanya diam. "Kau memberiku izin oppa?" tanya dengan gembira, Namjoon tetap diam.
"Katakan sesuatu oppa...." rengeknya
Namjoon menghela nafasnya. "Jika dia yang membuatmu bahagia, aku akan merelakanmu Jin-ie." sontak Seojin langsung memeluk Namjoon.
"Tapi oppa aku tidak yakin jika ia akan menembakku," ucapnya lesu.
"Aku tidak akan merelakanmu di tembak olehnya." balasnya dengan menahan amarah.
Seojin kembali bingung, bukannya tadi di beri izin tapi sekarang sudah berubah pikiran lagi. "Jika dia menyatakan cintanya aku tak masalah. Tapi jika ia menembakmu, maka aku akan membalas menembaknya."
"Ya! Apa kau stupid, menembak yang ku maksud bukan dengan senjata, bodoh!"
"Tidak sopan kau memanggilku stupid dan bodoh secara bersamaan."
"Molla-molla, aku pusing mendengarmu."
***
"Jin-ie, ada yang menunggumu di luar, cepatlah turun." Eun Ha mengetuk pintu kamar putrinya.
"Ne, eomma." Ia membuka pintu dan melihat ibunya dengan senyuman yang paling cantik. "Eomma bagaimana penampilanku?" ia memutar badannya dan Eun Ha hanya tersenyum manis.
"Kau sudah cantik sepertiku," Eun Ha merapih kan rambut Seojin yang sedikit berantakan. "Apa kau akan berkencan?" Goda Eun Ha.
Ia tersipu malu mendengar Eun Ha berkata seperti itu, "Bahkan aku belum berpacaran dengannya, Eomma. Aku hanya ingin pergi menemaninya ke Daegu."
"Daegu? Wow kau sudah di bawa jauh olehnya, sepertinya dia mencintaimu." godanya lagi.
"Eomma, berhenti menggodaku," rengeknya. Eun Ha mencubit pipi Seojin dengan gemas dan mengusap kepala anaknya.
"Jangan pulang larut malam, oppa-mu akan melarangmu keluar lagi nanti."
"Siap Nyonya Kim." ia mencium pipi Eun Ha berlari ke bawah untuk bertemu dengan seorang pria yang sedang menunggunya.
"Nae adeul, jangan lari-lari nanti kau jatuh!" teriak Eun Ha, ia tidak pernah berteriak jika bukan untuk menegur dan mengingatkan Seojin yang kan melakukan hal yang diluar dugaannya. [Anakku]
Seperti berlari ditangga, melakukan hal yang sederhana namun membuat keluarganya ketakutan karena yang dilakukan Seojin akan menjadi celaka jika ia melakukannya dengan tidak hati-hati.
Seojin melihat Yoongi yang sedang menunggu dan menyibukkan dirinya dengan ponsel bahkan memakai pakaian casual yang memperlihatkan dirinya begitu tampan dan muda tak lupa juga dengan topi hitamnya yang sudah menempel lekat dikepala indah itu.
"Apa aku terlalu lama?" ucap Seojin.
Yoongi menatap Seojin lama, tersenyum kemudian menggeleng. "Sangat lama."
Pergerakan dan ucapannya sangat bertolak belakang. Yoongi membuka pintu untuk Seojin dan memutarinya setelah memastikan Seojin sudah nyaman berada didalam. Yoongi terus saja tersenyum hingga membuat Seojin mau tak mau bertanya lebih, Yoongi pun tidak ingin menjawabnya sama sekali.
Setelah sampai di Daegu mereka berkeliling dan menghabiskan waktu bersama. Hingga mereka berhenti di sebuah danau yang indah. Yoongi menatap Seojin yang berada di sampingnya begitu pula Seojin.
Ia membuka topi yang tak lepas dari kepala sejak mereka bertemu, yang menampilkan rambut berwarna hitam yang begitu cocok dengan kulit putih Yoongi yang sangat cerah itu.
"Oppa kau mewarnai rambutmu?" Seojin menutup bibirnya dengan satu tangan karna begitu terpesona melihat Yoongi.
Yoongi mengangguk. "Untukmu aku akan melakukannya."
"Seojin-ah, aku tidak tahu kata-kata romantis seperti apa yang bisa aku katakan, hanya maukah kau menjadi kekasihku?" pernyatannya sangat cepat melebihi kecepatan kereta yang sedang berjalan di rel.
Seojin terdiam. Ia terlihat bingung dengan perkataan Yoongi yang mengajaknya berkencan namun seperti sedang membaca koran dengan nada yang cepat, Seojin masih mengingat-ingat perkataan yang dilontarkan Yoongi.
Berbeda dari Seojin, Yoongi merasa sangat gugup. Apalagi melihat reaksi Seojin yang seperti menolaknya dengan cara halus. "Jika kau memang tidak menginginkannya, aku akan terima keputusanmu." Yoongi melepaskan kontak mata dan menatap danau yang berada di hadapannya.
"Jadi ini sungguhan?" tanya Seojin yang masih tak percaya.
Yoongi melirik Seojin kembali. Dan bertanya dari raut wajahnya. "Maksudku, yang kau katakan itu benar? Kau sedang tidak membaca koran bukan?!"
Yoongi membuang nafasnya kasar. Ia harus sabar. "Jadi kau menganggapku bercanda?!"
"Bukan seperti itu, aku hanya merasa jika kau sedang membaca koran karena ucapanmu yang terlalu cepat," elaknya supaya tidak menimbulkan kesalah pahaman.
"Aku terlalu gugup Seojin."
"Bukan seperti itu cara menyatakan cinta...," Seojin menatap manik Yoongi dan menatapnya dengan serius.
Ia menyentuh pipi halus milik Yoongi dan menangkupnya dengan tangan kecilnya. "Yoongi-ya, aku bukanlah gadis dewasa, aku hanya anak sekolahan yang masih labil, aku hanya menyukai pria yang ada di hadapanku dan selamanya akan seperti itu, maukah kau menerima cintaku."
Yoongi tersenyum begitu lebar, ia memeluk Seojin. "Kenapa kau yang menyatakan cinta, aku akan melakukannya sekali lagi."
"Aku hanya memberimu contoh." Seojin melepaskan pelukan mereka. "Lakukan sekali lagi, aku ingin mendengarnya."
Yoongi melakukannya dengan memegang kedua tangan Seojin dan menatapnya dengan senyuman yang begitu menawan. "Seojin-ah, aku mencintai anak sekolah yang saat itu sedang menunggu kakaknya, aku menyukainya sejak pertama kali bertemu. Yang aku kira hanya suka sesaat karena melihat tubuhnya yang basah, namun semakin lama aku melihatnya semakin besar juga aku mencintai gadis itu, dan aku pecaya aku akan selalu mencintainya sampai kapanpun aku akan tetap menintainya maukah kau mencintaiku dan menerima cintaku ini?"
Seojin mengangguk dan menangis. "Kenapa kau menangis?" Yoongi memeluk dan mengelus kepalanya dengan begitu lembut.
"Aku merasa jika ini kata-kata terakhirmu." Seojin terus manangis didalam pelukan Yoongi
"Aku tidak dalam keadaan sekarat Seojin, aku baik-baik saja, kita akan memulainya dari sekarangkan?"
Seojin kembali melepaskan pelukannya. Yoongi mengusap air mata yang masih tersisa di pipi Seojin dengan ibu jarinya. "Uljima, aku tidak bisa melihat orang yang aku cintai menangis, apalagi itu akibatku. Jangan menangis, air matamu begitu berharga dan terlalu mahal untuk kau keluarkan, kau simpan saja air matamu untuk suatu saat nanti." [Jangan menangis]
"Apa kau dalam keadaan hidup dan mati, oppa?"
Yoongi menggeleng. "Kenapa kau selalu berkata seperti itu, aku merasa jika kau akan pergi suatu saat nanti."
"Aku akan pergi begitu pun kau, kita tidak ada yang tahu sampai kapan kita akan bisa bersama seperti ini, dan aku akan berusaha terus bersamamu sampai akhir hayatku."
Lagi-lagi Seojin menangis, dan Yoongi hanya membiarkannya. "Sarangahae Seojin-ah" bisiknya.
***
AMB_publisher
Hayo apa kalian familiar sama tokoh ini?
yep ini tuh kisah Seojin sama Yoongi sebelum ketemu sama si Min Brengsek Taehyung.
Vote komennya di tunggu yaa
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top