Jungkook?!
"Jungkook-ah..." panggil seorang gadis dengan riang.
Ia melirik kearah belakang yang mendapati seseorang yang memanggilnya sedang tersenyum sangat manis.
"Wae?" Tanya Jungkook datar memakai jaket bomber dan sarung tangan hitam yang membuatnya seperti seorang pembalap terkeren.
Gadis itu tetap diam dan menatap Jungkook dengan mata yang berbinar. Jungkook menaiki motor besarnya tanpa menoleh, ia berkata dengan kesal. "Cepat naik, aku tahu kau ingin menumpang pulang bersamakukan?!"
Gadis tersebut terkekeh pelan menjadi objek menarik bagi Jungkook selama ini. Gadis tersebut naik keatas motor bersamaan dengan Jungkook yang memakai helmnya.
Ia melajukan dengan kecepatan sedang Seojin hanya memeluk tubuh perfect milik sahabatnya yang sangat digilai oleh para gadis-gadis sekolah bahkan janda saja tertarik dengan tubuh proporsional Jungkook.
"Kookie-ya." Seojin memanggil dengan berteriak. Jungkook melajukan motornya pelan saat mendengar gadis dibelakangnya memanggil dan juga memukul bahunya karena tidak mendapati respons darinya.
"Ada apa?!"
"Bisakah kita pergi bermain?" Pintanya dengan memasang wajah manis. Jungkook melihatnya dari kaca spion yang merekam jelas ekspresi yang di lakukan Seojin.
"Bermain??"
"Iya, aku ingin menghabiskan hari ini bersamamu, aku merindukanmu."
Seojin mengeratkan pelukannya pada tubuh Jungkook. "Kemana kekasihmu?"
Jungkook memutar arah jalan yang akan menuju rumah sahabatnya ini. "Entahlah, sejak kemarin dia tidak memberiku kabar,"
"Dia bosan denganmu," balas Jungkook menyeringai.
Seojin memukul helm Jungkook. "Sialan, dia sepertinya sibuk diperusahaan."
Jungkook menyisikan motornya dan menatap Seojin dari sisi. "Tunggu, kau berpacaran dengan kakek-kakek?!"
Seojin kembali menoyor kepala Jungkook. "Aku tidak mengatakan kekasihku seorang kakek-kakek," ucapnya dengan kesal. "Dia bekerja sebagai orang penting diperusahaan ayahnya, lagi pula ia masih berumur 20 tahun."
Jungkook mangut-mangut dan kembali menjalankan motornya menuju sebuah Mall besar. Ia memakirkan motor dengan suka rela memberikan lengannya untuk Seojin peluk.
Ia tahu kebiasaan Seojin jika bermain dengan dirinya, tidak akan melepaskan rangkulan dilengan kokoh Jungkook.
"Kenapa kau membawaku kemari Jung?" Tanyanya dengan menusuk-nusuk pipi Jungkook dengan jari telunjuknya.
"Karena hanya tempat ini yang buka, aku tadi berniat membawamu ke kelab malam." tusukan kecil berubah menjadi tamparan,
Jungkook meringis kesakitan, "Aku belum selesai berbicara. Tapi kau tahu, dari namanya saja sudah kelab malam bukan kelab siang. Jadi tempat seperti itu belum pada buka."
Bekas tamparan tadi sudah menjadi cubitan gemas dari gadis yang memang selalu manja kepada orang yang ia sayangi. "Ternyata otakmu masih normal." Ia terus mencubit gemas.
"Sialan," gumam Jungkook pelan. Seojin menampar pelan bibir Jungkook yang sedang mengumpat tepat di hadapannya.
"Anak manis tidak boleh berkata kasar," ucap Seojin manis dengan terus menampar bibir Jungkook.
"Aku bukan mengumpat kepadamu, tapi aku ke pria yang menatap dirimu seperti akan menelanjangimu saat ini juga." tamparan dibibir Jungkook menjadi lebih keras.
"Kenapa kau berkata seperti itu? Kau mengumpat dihadapanku, aku tidak suka." Seojin pergi meninggalkan Jungkook yang melongo.
Sudah perih dibibir perih dihati pula karena ditinggal sendirian. Nasib ... nasib.
Jungkook mengejar Seojin dan merangkulnya, "Maaf ya, aku tidak sengaja."
Hanya bergumam saja yang terdengar. "Jin-ie," panggilnya karena tidak mendapatkan jawaban yang sesuai dengan apa yang ingin ia dengar.
"Apa?!" Jawabnya ketus.
"Jangan marah, kau semakin cantik jika sudah marah seperti ini."
"Jangan memulai Jung," ucapnya yang berusaha menahan tawa karena melihat wajah murung Jungkook.
"Jin-ie, aku ingin bertanya kepadamu?"
Seojin tetap bergeming. "Bisa menghitung??"
Seojin menatap nyalang namun sayu kepada Jungkook. "Tentu saja bisa, kau kira selama ini aku sekolah tidak bisa menghitung," emosi Seojin selalu tersulut oleh pria yang sudah 3 tahun menemaninya selama disekolah bahkan dirumah dengan dalih kata persahabatan.
"1 + 1 ?" Seojin menatap kesal namun tetap ia jawab.
"Dua."
"2 + 2 ?" Seojin mendecak kesal tapi tetap saja ia balas.
"Empat."
"Kalau Aku + Kamu ?"
"Teman!!" Seojin pun meninggalkan Jungkook yang hanya diam dengan memegang dadanya.
"Apa salah dan dosaku sayang," gumamnya.
"Ternyata bermain friendzone lebih menyakitkan dibandingkan bermain di Timezone." Jungkook tetap ditempatnya dengan melihat punggung Seojin yang sudah menjauh.
***
Jungkook dan Seojin sudah melakukan banyak permainan di Timezone dan Jungkook sedikit melupakan kisah Friendzone nya.
Ia meneraktir semua koin untuk dimainkan berdua, dari bermain basket ruangan bersama, bowling, bumper car, dan banyak lagi.
Bahkan Seojin rela menunggu Jungkook yang sedang balapan di atas motor atau mobil, dan Jungkook juga harus ekstra sabar saat Seojin merengek meminta permainan yang bisa digunakan untuk dance apalagi tubuhnya yang lentur dan hapal gerakan ia mendapatkan nilai S terus menerus dan mendapatkan bonus untuk bermain bahkan Jungkook harus merekam aktivitas gadis tersebut.
Setelah mereka lelah, mereka pergi kesalah satu tempat makan yang menjadi tempat favorit keduanya yaitu makanan jepang. Mereka makan dengan sangat tidak bisa dikatakan tenang.
Banyak tatapan yang menyuruh mereka untuk diam tapi tetap saja mereka terus bercerita dengan suara keras dan tertawa sehingga membuat anak kecil menangis karena tawa Jungkook yang menggelegar.
"Sebaiknya kita keluar," bisik Seojin tetap dengan menahan tawanya.
"Ayo, jika kita terlalu lama disini bisa-bisa kita di usir." Jungkook berdiri diikuti Seojin dan mereka berjalan keluar.
"Anak muda zaman sekarang," decak salah satu pengunjung.
Mereka pun kembali menelusuri seluk beluk Mall besar, perpusatakan sudah mereka datangi walaupun tidak beli mereka puas membaca setengah novel yang sedang best seller.
Mereka kembali berjalan dan menemukan box foto. "Seojin-ah, ayo kita berfoto."
"Kita kan punya ponsel Kookie, lagi pula kau akan mendapatkan banyak foto artis sepertiku," ucapnya dengan pongah.
Jungkook mendecak lalu menarik Seojin masuk box. "Ayo kita berfoto bersama,"
Mereka banyak memasang ekspresi dan hanya satu yang mereka cetak. Jungkook menerimanya dan tersenyum lebar saat melihat hasilnya.
"Lihatlah, wajah ku sangat menggemaskan bukan?" Tanya Seojin yang merebut paksa foto tersebut.
"Ya ya ya, wajah seperti sedang marah tapi tidak bisa,"
Mereka pun bergegas pulang dan Jungkook menyodorkan jaketnya, Seojin menerimanya, jaket milik Jungkook sangat besar saat di pakai ditubuh kecilnya.
"Seojin, apa kau tahu jika aku sangat menyayangimu?" Tanya Jungkook ditengah bisingnya kendaraan.
Seojin tidak menjawabnya dan hanya memeluk Jungkook dengan nyaman. "Aku sangat mencintaimu Jin-ie,"
Seorang penumpang yang berada dimobil disisi motor Jungkook hanya menatap keduanya dengan menahan amarah yang memuncak.
"Tolong selidiki pria yang bersama kekasihku!" Perintahnya dengan tegas kepada bawahannya yang berada di depan.
***
Jreng jreng jreng
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top