Gypsophila Paniculata

Suara ketukan dipintu terdengar dari dalam kamar seorang gadis yang sedang bermain ponsel.

"Oppa masuk." Namjoon membukanya tanpa menunggu persetujuan sang pemilik kamar. Ia mendekati sang adik yang sedang terlentang di ranjang, ia menduduki kursi putar dekat ranjang.

"Kau tidak jadi pergi dengan Jungkook?" Seojin yang sedang mengetik tiba-tiba menghentikan jari-jarinya yang sedang licah di layar.

"Aku membatalkannya," jawabnya pelan.

"Kenapa? Karena Yoongi kau melupakan temanmu!"

Seojin menatap kakaknya tak suka. "Bukan seperti itu! Kau tidak tahu bagaimana perasaanku oppa,"

"Kau pun tidak tahu perasaan Jungkook yang selalu menahan rasa sabarnya, kau tidak pernah berpikir bagaimana Jungkook mengatasi dirimu, berada disisimu selama ini dan kau...," ia menunjuk adiknya sendiri. "Dengan cepat percaya dan menyimpan perasaanmu pada orang asing yang baru saja mampir!"

Seojin bangkit dari rebahannya. "Kau selalu saja menyalahkan kekasihku! Aku membencinya oppa, seakan kau tidak menyutujui hubunganku, kau tidak menyukaiku dekat dengan Yoongi oppa, apa yang telah dia lakukan padamu hingga kau seperti ini?" Seojin berkata dengan nada pelan dan mata yang memancarkan kesedihan.

Namjoon menatap dalam manik sang adik. "Oppa bukan tidak menyukaimu berhubungan dengannya, tapi apa kau tahu? Oppa sangat mengkhawatirkanmu, kau adikku satu-satunya, permata dirumah ini selain eomma, adik yang harus aku jaga, adik yang selalu menurutiku dan sekarang kau selalu membangkangku. Kau lebih sering pulang malam, peranku selama ini digantikan oleh kekasihmu. Oppa ingin menjemputmu seperti biasa, bermain tanpa batas waktu bersamamu, berbagi canda dan tawa bersamamu seperti biasanya. Tapi sekarang kau lebih sering bersama kekasihmu dan melupakanku. Aku sedih mengingatnya Seojin."

Namjoon berkata dengan sangat lirih, mengutaran semua perasaannya yang selalu mengganggunya akhir-akhir ini. "Maafkan aku," ia menunduk dan menangis pelan.

Namjoon mendekati adiknya, berlutut dihadapan sang adik yang sedang menunduk. Ia mengangkat wajah sang adik. "Oppa sudah sering mengatakan padamu sejak dulu." Namjoon mengusap air mata yang terus mengalir. "Oppa tak menyukai adik oppa menangis, air matamu itu sangat berharga, oppa tidak ingin melihat air mata berhargamu itu mengalir, jika ada yang membuatmu menangis, katakan pada oppa siapa dia. Akan oppa beri pelajaran padanya karena telah membuat permata oppa mengeluarkan air mata."

"Ta-tapi oppa membuatku menangis."

"Itu berbeda lagi." Namjoon berdiri dan pergi meninggalkan Seojin yang menatapnya penuh dengan kekesalan tidak mau disalahkan kakaknya itu.

"OPPAAAAAAA..."

***

Yoongi dan Seojin sedang berada di Bukchon Hanok Village, salah satu desa tradisional yang sangat banyak diminati oleh banyak orang-orang.

Mereka sudah berjalan-jalan dengan puas mengelilingi desa dengan memakai hanbok yang disewa disana. Seojin yang sangat cantik memakai hanbok pun tidak lepas dari pandangan seorang pria yang sedang bersamanya, Yoongi memakai setelan jasnya berwarna putih selaras dengan hanbok yang dipakai kekasihnya.

Mereka berjalan santai dengan saling bergandeng tangan memberi kehangatan dari sentuhan ditangan mereka. Senyuman yang tak lepas dari bibir ranum gadis mungil yang menular hingga Yoongi tak bisa menahan bibirnya untuk tidak tersenyum melihat senyuman manis sang kekasih.

"Chagi...," panggil Yoongi.

Seojin hanya bergumam dan terus menatap tangannya yang saling menggenggam. Ia juga terus mencium punggung tangan Yoongi dengan lembut. Yoongi terkekeh melihat perlakuan Seojin yang selalu seperti yang paling dominan diantara hubungan mereka.

Seojin melirik Yoongi untuk melanjutkan ucapan yang akan ia lontarkan namun Yoongi hanya menggeleng saja membuat Seojin kesal, menghempaskan tautan mereka dan jalan terlebih dahulu dengan hanbok yang menghalangi langkahnya itu bisa jalan cepat.

Lagi-lagi Yoongi terkekeh melihat gadis kecilnya yang mengangkat hanbok dengan kesulitan. Ia mengikuti Seojin, mendekatinya lalu memeluk Seojin dari arah belakang membuat Seojin terdiam gugup. "Tunggu sebentar," Yoongi memeluknya dari belakang.

Seojin tergagap mendapatkan perlakuan seperti ini untuk pertama kali ditempat umum. "Apakah kau mengharapkan aku melakukan sesuatu yang lain?" Bisiknya tepat ditelinga Seojin.

Ia maju untuk menjauh menatap Yoongi tepat di iris mata yang begitu meneduhkan. "Oppa, terima kasih banyak untuk hari ini, sungguh oppa selalu membuatku tersenyum."

Yoongi menyeringai kecil. "Aku melakukannya karena kau kekasihku," ucapnya pongah. "Heum... kira-kira berapa banyak yang harus aku pinta ya." Ia menggaruk dagunya seperti sedang berpikir.

"Berapa banyak yang oppa pinta?" Tanyanya dengan suara kesal. Ia tidak tahu jika Yoongi sangat menyebalkan. "Katakan padaku, aku seorang gadis yang sangat kaya raya."

"Ah benarkah, sekarang?" Alis Yoongi terangkat sebelah kiri sungguh sangat menyebalkan dengan raut wajah yang datar itu.

"Tapi aku akan meminta jumlah yang sangat tinggi." Lanjutnya.

Seojin melipat tangannya diatas dada, wajah yang menatap pongah kepada Yoongi yang sangat menyebalkan. "Katakan saja, itu tidak akan membuat keluargaku jatuh miskin dan bangkrut. Aku akan memberikannya jika bisa, mau apartemen? Hotel cabang? Atau restoran?"

"Benarkah?" Seojin mengangguk cepat. "Tapi sayangnya, aku sudah sangat kaya dan tidak membutuhkan aset-aset milik keluargamu."

"Cih sombongnya," gerutu Seojin.

"Aku hanya meminta satu."

"Apa? Cepat katakan oppa?!"

"Bisakah kau memberikan hatimu sepenuhnya untukku?" Tanya Yoongi dengan senyum menenangkan. Seojin terdiam menatap manik Yoongi sangat dalam.

Pipinya memanas mendengar ucapan Yoongi yang seperti itu, "Apa itu terlalu banyak untuk di pinta?" Tanyanya lagi karena Seojin hanya diam saja.

"Tidak!" Jawabnya cepat. "Itu tidak terlalu banyak," jawabnya malu-malu bahkan pipinya sudah sangat merah. Sangat terlihat saat matahari menyorot langsung wajah manis Seojin dan sangat terlihat karena Seojin juga memakai hanbok berwarna putih.

Yoongi melirik kearah kanan guna menyembunyikan senyumnya yang sangat gemas melihat Seojin seperti itu. Matanya melihat sesuatu disana. "Oh itu Gypsophila Paniculata." Tunjuknya.

"Gypophila Paniculata?" Tanyanya untuk memperjelas.

"Ya."

Seojin berjongkok lalu menyentuh bunga tersebut. "Terakhir aku melihat bunga ini saat aku masih sangat kecil," tutur Yoongi yang menatap indahnya bunga tersebut.

Bunga itu pun memiliki nama lain yaitu Baby Breath. "Cantik sekali," puji Seojin yang terus menyentuh bunga tersebut.

"Bunga tersebut sama seperti dirimu baby, sama-sama cantik dan membuatku terus menyukaimu."

Seojin hanya bisa mengangguk menanggapi pujian yang membuatnya melayang-layang. "Apa oppa tahu, mereka mengartikan bunga ini apa?" Tanyanya.

"Heum... cinta abadi."

"Cinta abadi?" Ulang Seojin pelan. "Itu akan terjadi pada cintaku," gumamnya.

"Maksudmu cinta kita." Yoongi ikut berjongkok. "Orang-orang juga mengartikan bunga ini, apalagi yang berwarna putih memiliki arti cinta sejati yang tak akan pernah berakhir."

Yoongi tersenyum menatap Seojin. "Aku sangat berharap jika cinta kita ini akan terus abadi sampai kapanpun." Yoongi mendekatkan wajahnya kearah wajah Seojin lalu mengecup kening Seojin lama.

"Aku ingin terus mencintaimu sampai kapan pun. Saranghae Seojin-ah." Bisiknya didepan wajah Seojin yang sangat dekat.

"Aku pun akan terus mencintaimu, Saranghae Yoongi-ya."

***
Huftt maaf kalau enggak baper enggak dapet feelnya juga :(

Ini aku waktu diajak pergi sama Yoongi oppa.. 😚😚
#dilarangprotes! 😂😂

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top