Hari 7 | Hidup dan Mati
Meringkuk di atas kasur dengan keadaan berantakan. Tangisnya terdengar tertahan, sesekali tangannya mengacak-acak rambutnya.
"K-Kenapa dijodohkan?"
"Padahal aku ... Sei ...."
Bantalnya pun dilempar ke dinding. Berharap itu adalah kursi atau benda keras lainnya, tapi tidak ingin membuat kekacauan dan berakhir dimarahi oleh sang ayah.
"Ugh, aku ... mau pergi saja."
Bola matanya melebar, tangisnya berhenti. [name] langsung beranjak ke arah lemari dan mengeluarkan sebuah koper. Dengan ligat tangannya memasukkan beberapa baju dan barang yang diperlukan.
Pada malam itu, gadis itu mulai menyusun rencana untuk kabur dari perjodohan bisnis itu.
×
"—me], [name]."
Terdengar suara yang memanggil namanya sayup. [name] membuka matanya perlahan walau dirasa agak berat. Pusing masih terasa, namun tidak seperti kemarin.
"Ugh, Ibu ... Ayah?"
"Iya, Sayang! Ini kami!" [mother name] langsung memegang erat kedua tangan gadis itu dan langsung memeluknya.
[name] tersenyum tipis, tapi setelahnya gadis itu melepas pelukan itu. "Ibu ... mungkin, untuk yang pertama dan keterakhir kalinya, bolehkah aku meminta sesuatu?"
Ibu gadis itu mengangguk. "Tentu saja boleh. Tapi, sebelumnya ... ibu dan Ayah minta maaf atas perlakuan kami terhadapmu." Ibu [name] kembali memeluk anaknya, perlahan air matanya keluar. Air mata tulus dari seorang ibu. "Maafkan ibu karena tidak pernah memberimu kasih sayang. Ibu minta maaf ...."
[name] tersentak, tak terasa air matanya ikut keluar. Langsung saja dibalasnya pelukan sang ibu yang benar-benar terasa tulus kali ini. Sudah lama ia tak merasakan kasih sayang seperti ini.
Sementara dua pria yang duduk di sofa hanya dapat tersenyum.
"Jadi ... apa permintaanmu, Sayang?"
[name] terdiam, dan menggigit bibir bawahnya. Agak ragu untuk menyampaikan. Sesekali gadis itu mencuri-curi pandang ke arah Akashi dan ayahnya yang tengah berbincang.
"B-bolehkah ... pertunanganku dibatalkan?" [name] bercicit kecil.
Seketika [mother name] tertawa. Putrinya sampai kebingungan, bahkan pemuda merah dan ayah gadis itu sampai melihat ke arah mereka.
"Tentu saja boleh. Ibu sudah membicarakannya dengan ayahmu, dan ayahmu setuju," jelas wanita paruh baya itu. "Lagipula ... kau sudah kembali ingat segala sesuatu yang kau lupakan, bukan begitu?"
[name] tersenyum haru. "S-sudah. Jadi ... Sei ... boleh?" Gadis itu sampai tidak tahu ingin mengatakan apa.
"Boleh, Sayang."
[name] memeluk ibunya dan beranjak ke arah ayahnya. Hal yang sama dilakukan dengan sang ayah. Ayahnya pun tersenyum tipis. "Maafkan ayah, ya, [name]."
Gadis berambut [hair color] itu menggeleng pelan di dalam pelukan ayahnya. Kali ini, benar-benar ayahnya. "Tidak. Tidak, Yah. Aku minta maaf juga ...."
Melepas pelukan, menghapus air mata di pelupuk. Lalu beralih ke arah pemuda merah, yang kini menatapnya dengan senyum merekah di wajah. "Kau sudah mengingatku?"
[name] mengangguk kuat, membenarkan. "Sudah! Aku sudah ingat! Sei kenapa enggak bilang, sih?" Gadis itu merajuk dan meninju kecil lengan pemuda itu.
Kali ini, rumah Akashi diisi oleh tawa dan kebahagiaan.
"Selamat datang kembali, my Little [name]."
×
Kedua belah pihak kini mulai membincangkan perihal perjodohan Akashi dengan [name].
Mulai dari waktu, tempat, pakaian, dan berbagai hal berkaitan lainnya. Namun sepasang manusia yang terlibat asyik menghabiskan waktu bersama di halaman belakang rumah. Menikmati tenangnya hari bersama.
Netra gadis itu melirik pemuda di sampingnya. Sejenak terpana akan paras rupawan pemuda itu. "Nee, Sei. Kau yang sekarang ... sudah berbeda, ya." Bibir gadis itu berucap.
"Hm? Jadi kau tidak suka?"
"Eh! Aku suka kok! Eh, b-bukan ..., tapi aku suka semua hal dari Sei!"
Akashi terkekeh, tangannya mengacak-ngajak gemas pucuk kepala calon tunangannya itu.
"Nee, Sei. Kalau besok aku tiba-tiba tidak ada, bagaimana?"
Alis Akashi mengerut, tampak tidak suka dengan yang dikatakan gadis di sebelahnya. Belum lagi, gadis itu bertutur dengan mudahnya, juga seutas senyum yang terpampang di wajahnya.
"Kenapa?"
"Hei, jangan marah. Aku kan cuma bertanya," seru [name], dan terkekeh. "Lupakan saja, deh."
Akashi menghela napas, dan kembali diam. Berusaha tidak memusingkan hal itu. Tapi, secercah perasaan tidak enak tiba-tiba menyusup ke hatinya.
'Ada apa ini?'
×
Tok tok tok
Pintu kamar bermotif mawar itu diketuk pelan oleh [mother name], seiring dengan kalimat memanggil oleh wanita paruh baya itu. Tapi tidak ada respon apapun dari dalam.
Tok tok tok
Lagi, pintu diketuk. Perasaan was-was mulai hinggap. "[name]?" panggilnya. Tapi masih sama, tidak ada respon.
[mother name] mencoba memutar kenop pintu, dan pintunya ternyata tidak terkunci. "[name]? Bangun, Nak. Sudah hampir waktu makan malam," kata Ibu [name] sambil menyalakan lampu kamar.
Langkah wanita itu mendekati kasur, dan duduk di sebelah putrinya. Tangannya mengelus pucuk kepala, "Nak, ba—k-kok, dingin? [name]? Nak, bangun." [mother name] mulai panik. Perlahan ia menggoyang-goyangkan tubuh gadis itu, namun sayang gadis terkait tak terbangun.
Dengan jantung berpacu dan tangan bergetar, jari telunjuknya diarahkan ke hidung [name].
"TIDAAAK! [NAME], BANGUN! JANGAN TINGGALKAN IBU!"
Dan tidak ada lagi napas yang dihembuskan. Gadis itu telah tiada, dengan senyuman sebagai penutup riwayat hidupnya.
Teriakan [mother name] menarik perhatian pelayan dan Akashi serta ayah gadis yang telah tiada itu.
Akashi yang melihat [mother name] memeluk tubuh kekasihnya sambil menangis pun langsung berlari mendekat.
"A-Ada apa?"
[mother name] menatap Akashi dengan mata yang mengeluarkan cairan bening. "[n-[name] ... telah tiada." Dengan suara bergetar ia menyampaikan kabar duka.
Seisi rumah yang berada di kamar itu terbelalak tak percaya, terutama Akashi. Pemuda itu menggeleng kuat, berusaha menyangkal fakta. Senyum getir dipasangnya.
"Jangan ... bercanda."
×
"Dikabarkan setelah baru saja ditemukan oleh kedua orang tuanya, gadis jelita yang merupakan putri dari pemilik [last name] Corp. baru saja berpulang ke Sang Pencipta tadi sore, pukul 7.26 p.m. tepat di kediaman Keluarga Akashi. Kami dari pihak penyampai berita turut berduka cita."
— hari 7, hidup dan mati.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top