💐 Zwölf 💐

"Ada apa Woo Jin-ah malam-malam kemari?" Tanya Jin Seo yang beruntungnya yang membuka pintu bukan sang pemilik rumah, jika Namjoon yang membukanya pasti tidak akan pernah dibukakan jika itu tau Woo jin yang datang malam-malam seperti ini.

"Begini bibi, apa Nam Hee sudah tidur?" Tanyanya dengan hati-hati.

"Belum, dia sedang bersama daddy-nya. Ayo masuk sayang," Jin Seo merangkul Woo Jin yang sudah tumbuh tinggi keatas.

Woo Jin mengikuti langkah Jin Seo yang membawanya ke ruang tengah. Nam Hee sedang bersandar di dada daddy-nya dengan televisi yang sedang menyiarkan tentang berita internasional.

"Siapa yang datang?" Tanya Nam joon tanpa melirik kebelakang.

"Woo jin, katanya ingin bertemu dengan Hee-ya," Nam Hee dengan cepat melirik ke belakang dan mengernyit bingung melihat si biang kerok datang malam-malam begini.

"Apa ini penting?" Tanya namjoon.

"Sangat penting paman, ini menyangkut masa depan."

"Dasar anak muda, ayo mommy kita pergi," Namjon dan Jin Seo pun pergi dengan kekehan yang jelas. setelah Woo Jin duduk di samping Nam Hee di mana tempat sebelumnya di tempatkan oleh sang pemilik.

Mereka saling diam, Woo Jin sedang merangkai kata supaya tidak menyakiti Nam Hee. "Apa yang ingin kau katakan?"

Sebelum kata-kata yang sudah ia rangkai dengan benar ia sudah di kejutkan oleh pertanyaan Nam Hee yang membuat apa yang sudah ia rangkai menghilang alias lupa apa yang sudah ia rangkai.

"Kau mengejutkan ku Hee-ya..."

"Jadi apa yang ingin kau katakan?!"

"Selow kawan, santai ajaa dulu jangan terlalu tergesa-gesa," balas Woo Jin yang membuat Nam Hee manatapnya tajam.

Woo Jin kembali diam, untuk kesekian kalinya. "Kenapa kau malah diam! Jika tidak ada yang ingin kau katakan lebih baik kau pulang dan renungkan apa yang akan kau katakan. Jika kau masih lupa coba kau tulis di kertas supaya kau ingat apa yang akan kau sampaikan," patuah Nam Hee yang membuat Woo Jin membisu

"Ma--maafkan aku," Nam Hee yang sedang mendorong Woo Jin pun diam seketika.

"Maaf, seharusnya perasaan yang kau miliki terhadapku itu salah, dan aku juga salah telah menyukai sahabat kita. Ayo kita akhiri perasaan kita ini Nam Hee, bagaimana pun kita memperjuangkannya, ini akan sangat sulit. Selebih kau menyukaiku dan aku menyukai yang lain, dan itu akan membuat kita akan semakin menjauh."

"Aku tidak ingin persahabatan kita rusak hanya karena perasaan kita yang salah berlayar ini Hee-ya," Nam Hee melepaskan tangannya yang berada di dada Woo Jin.

Ia sudah menitikan air matanya karena perkataan Woo Jin yang membuatnya sakit. Ia menutup wajahnya dengan telapak tangannya. "Kau jahat, kau menyuruhku untuk mengakhiri ini. Jika ingin di akhiri, akhiri saja sendiri! Jangan memerintahkan ku untuk berhenti juga,"

"Hee-ya, maaf kan aku. Aku akan berhenti menyukai Yeon Joo dan akan menyukai kalian berdua dengan adil bukan sebagai kekasih namun sebagai sahabat, kakak dan keluarga untuk kalian."

"Kau egois Woo Jin!! Keluar sekarang dari rumahku!! Cepat!!" Usir Nam Hee yang sudah berderai air mata hingga tak mampu untuk ia memandang Woo Jin sekarang.

"Maafkan aku Nam Hee-ya, aku harap kita selalu menjadi sahabat," ucap Woo Jin masih dengan nada rendah, ia tidak boleh mengikuti emosi yang sedang terjadi sekarang.

"SUDAH KU KATAKAN KELUAR SEKARANG!!!!" Teriaknya penuh dengan amarah.

Woo Jin menunduk permisi dan berjalan ke arah pintu keluar, bahkan ia hanya tersenyum kecil kepada orang tua Nam Hee yang keluar dari kamar dengan tergesa-gesa karena mendengar teriakan melengking dari putri mereka.

"Nam Hee-ya, aku pulang," pamitnya dengan menutup pintu dengan perlahan.

Tangisan Nam Hee semakin menjadi setelah Woo Jin keluar, membuat kedua orang tuanya menghampiri sang putri yang sedang bersedih entah alasan apa yang membuatnya seperti itu. Nam Hee memeluk sang ibu yang selalu memberikannya pelukan hangat.

Setelah merasa tenang, sang ibu bertanya dengan hati-hati karena ia tahu jika sang putri sangat sensitif jika perasaannya sedang kacau ia mendapatkan pertanyaan yang membuatnya akan marah atau bisa jadi kecewa.

"Kenapa kau mengusir Woo Jin?" Tanyanya dengan lembut.

"Dia salah mom!" Jawabnya dengan berapi-api.

"Why?" Sela Namjoon yang berada di sisi kanan sang putri sedangkan Jin Seo berada di sebalah kiri putrinya.

"He is selfish!" ucapnya dengan tegas. "Dia menyuruhku untuk menghilangkan perasaan ini, ini sangat sakit mom-dad."

Namjoon mengusap rambut putrinya dengan lembut, "What the reason he told you to be like that?"

"I dont know," ia mengangkat bahunya tak mengerti.

"Really, kau tidak tahu? Dia pasti mengatakan alasannya," Namjoon terus mendesak sang putri untuk mengetahui motif apa yang sudah di katakan anak tetangganya itu.

Sebenarmya, ia sangat terkejut saat mengetahui jika putrinya menyukai seseorang apalagi anak dari tetangga dan sahabatnya itu. Walaupun ia tahu jika perasaan antara persahabatan itu pasti akan hadir.

"Dia tidak ingin persahabatan kami rusak dan ia juga ingin menghilangkan perasaannya terhadap Yeon Joo,"

Ya ampun, fakta apalagi ini yang ia dengar? Jadi mereka memiliki kisah rumit seperti ini.

"Wait! Jadi kalian memiliki kisah cinta segitiga?"

"No! Ini sangat rumit dari cinta segitiga , Woo Jin menyukai Yeon Joo yang menyukai Jin Yeong Oppa,"

"Jin Yeong?" Nam Hee mengangguk.

"Ya sudah, suruh saja Yeon Joo berpacaran dengan Jin Yeong, dan kau dengan Woo Jin. Gampangkan?"

"Tidak semudah itu ferguso, Jin Yeong oppa baru saja menyatakan cintanya pada temannya di hadapan Yeon Joo."

"Ah, kenapa harus serumit ini," gumam Namjoon.

"Ya sudah, jika kau ingin memilih berpikirlah lagi, keputusan ada di tanganmu dan kau harus memutuskan untuk memiliki alasan dengan apa yang telah kamu pilih, mau kau ingin berhenti atau lanjut," nasihat Namjoon.

"Sekarang ayo kita tidur," ajak Jin Seo.

***


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top