💐 Sechzehn 💐

Setelah kejadian menguburi anak gadis yang tertidur, gadis tersebut menjauh dari rombongan yang sedang berkumpul. Ia sengaja menghindar karena marah kepada para pamannya yang telah menguburnya, apalagi sang papa malah menyetujui anak gadis yang manis dan imut itu harus di kubur.

Ia duduk di tempat paling jauh namun masih berada di jangkauan dengan mata memandang. Setiap ada yang mendekat pasti ia sedikit demi sedikit menjauh dengan menggeser pantatnya di pasir yang membekas garisan akibat seretan dari pantat sang gadis yang sedang merajuk.

Itu tandanya ia menginginkan sesuatu supaya mereka mendapatkan maaf. Namun kerena mereka sudah mengetahui watak keponakannya itu, mereka hanya mendiaminya saja. Jika diladeni maka permintaan gadis mugil itu akan beragam dan menguras dompet mereka secara terang-terangan.

"Pa, noona semakin menjauh," adunya pada Yoongi.

Yeon Jae memandang kakaknya yang terus menyeret tubuhnya untuk menjauh. Mereka menatap Yeon Joo yang memang memasang wajah kesalnya namun tak urung jika wajahnya itu membuat paman-pamannya kembali menahan tawa.

Nam Hee berdiri dari pasir yang mereka duduki, "Biar aku saja yang mendekat,"

"Hati-hati sayang, gadis itu sedang buas." ucap Taehyung yang mendapati jitakan dari Mi Rae.

Nam Hee pergi dan membuat Woo Jin mengikuti gadis itu, "Mau kemana kau?" cegat Jin Yeong.

"Mau nyelam sambil minum air." ucapnya sewot kepada kakaknya sendiri.

"Artinya apa hyung?" tanya Yeon Jae penasaran dengan menatap Woo Jin yang sudah menjauh.

"Artinya itu, mengerjakan dua tugas sekaligus," Jawabnya dengan lembut seperti kepribadiannya yang mirip seperti kapas.

"Oh ... tapi, apa yang di kerjakan Woo Hyung? Dia kan hanya menghampiri noona saja."

"Molla, coba kau tanyakan langsung ke orangnya."

"Males. Noona, ayo main game PUBG?!" ajaknya pada Seok Hee,

"Disini tidak ada signal Jae-ah," jawabnya dengan memainkan pipi Hansang tanpa melihat lawan bicaranya.

"Kan ada wifi."

"Wifi adanya di hotel, disini enggak ada anak manis," balasnya lagi dengan tenang dan lembut.

"Pelit sekali! Yaudah Jae mau pulang ke hotel aja, Jae mau bobo, Jae pusing. Papa ayo pulang," rengeknya dengan merajuk bahkan mendusel-dusel punggung Yoongi yang hanya di balut kaus dalam saja. Baju yang ia gunakan tadi dipakai untuk menangkap ikan oleh putranya sendiri yang bajunya sedang ia jemur karena basah.

"Kita pulang bareng noona ya," Mi Rae yang menjawab karena tahu suaminya sedang malas berbicara.

"Lama. Papa sih pake acaranya ngubur noona segala," gumamnya kesal.

Yoongi mendelik "Salahin papa teroooss...." dumelnya.

"Papa emang selalu salah," ketusnya.

"Emang serba salah papa tuh. Udah jangan banyak ajak papa bicara!"

"Ngembek ... ngambek teross," ejek putranya sendiri. Yoongi hanya memalingkan wajahnya saja.

"Noona kata paman ... paman minta maaf," teriak bungsu Min.

"Tidak!!" elak mereka serentak. Mereka menolak bukan karena tidak ingin meminta maaf. Hanya saja mereka tahu jika mereka meminta maaf terlalu cepat, mereka akan dikuras habis dompetnya apalagi Paman JJT -Jungkook, Jimin, Taehyung.

Nam Hee menghampiri sahabatnya kembarannya yang langsung merebahkan diri saat Nam Hee duduk disampingnya, Woo Jin hanya menggeleng pasrah dari tempatnya berdiri saat ini. Ia menutup matanya untuk menghindari bacotan-bacotan halus dari dua kembarannya yang beda air ketuban itu.

"Kau marah?" Yeon Joo diam.

Sabar ...

"Maafkan daddy-ku ya," uajar Nam Hee atas perwakilan ayahnya sendiri dengan menatap Yeon Joo yang menutup matanya, ia masih saja diam tak ingin menjawab sama sekali.

Sabar, stok kesabaran harus 2x lipat lebih banyak untuk menghadapi Yeon Joo yang kumat.

"Joo-ya, kau masih mengejar hyung-kan?!" celetuk Woo Jin yang mendapatkan atensi dari manusia beku itu. Bahkan ia mendapatkan mata yang melebar menatap ketampanannya yang berkali-kali lipat itu.

"Ada apa dengan mata kalian?" tanyanya dengan polos.

"Woo-ya, berhenti mengungkit oppa?!" desis Nam Hee dengan mata membesar dan gigi yang saling bergesekan.

"Memangnya kenapa? Ini demi masa depan teman kita juga kan," balasnya.

"Terserah kau saja," Nam Hee menyerah, ia lelah berbicara dengan manusia semacam Woo Jin.

"Aku tahu kau sedang gelisah Joo-ya. Kau sedang bingung dengan dirimu sendiri kan?! Kau ingin melupakannya tapi dia ada terus di sekitarmu...,"

Yeon Joo menatap air didepannya dengan mata kosong, ia melamun. Apa yang di katakan Woo Jin memang benar sangat-sangat benar. Ia tidak bisa move on dengan mudah seperti dua temannya yang melakukannya dengan mudah, bahkan mereka berdua seolah-olah hal cinta sebelah tangan itu tidak pernah terjadi pada diri mereka.

"Joo-ah dengarkan aku...," intruksinya yang ingin temannya dengar dengan jelas apa yang akan ia sampaikan, "Coba kau tutup matamu...,"

Yeon Joo mengikutinya, "Coba kau bayangkan 10 tahun kedepan, saat umur kita sudah di kepala 2. Apa yang kau bayangkan disana? Apa kau bahagia dengan orang yang kau inginkan atau sebaliknya? dan kau bayangankan siapa yang ada dibayanganmu itu...," Woo Jin menatap Yeon Joo yang tersenyum kecil membuatnya secara refleks mengusap surai blonde milik teman yang ia sayangi itu.

Di bayangan yang Yeon Joo buat; jika ia sedang melewati hari yang sangat bahagia. Melihat kedua orang tuanya, adik yang ia sayangi, dan dua sahabatnya yang memakai jubah berwarna hitam dengan topi di atasnya dengan warna yang senada, mereka saling berpelukan dan tertawa bahagia karena sudah mendapatkan apa yang mereka perjuangkan bersama bahkan mereka membawa bucket bunga indah di tangan mereka masing-masing.

"Jadi apa yang kau bayangkan?" Yeon Joo membuka matanya perlahan dengan senyuman yang sangat tenang seperti air di hadapannya yang saling melambai-lambai.

"Apa kau melihat hyung-ku disana?" ia menggeleng.

Woo Jin tersenyum bangga, ajaran yang sering dilakukan sang ibu padanya begitu berguna untuk sahabatnya untuk tidak tersesat atau lebih tapatnya membayangkan jika ia sedang berbahagia bersama kakaknya sendiri. Jika Yeon Joo menjadi kakak iparnya dan itu akan membuat dirinya semakin kacau jika memang benar orang yang ia cintai menjadi milik kakaknya sendiri. kan tidak lucu jika di jadikan sinetron dengan judul 'Orang yang aku sayangi ternyata menjadi kakak iparku.'

"Apa kau melihat orang tuamu atau yang lain?" ia mengangguk membuat dua manusia yang mendengarnya penasaran dengan apa yang telah di bayangkan kembaran beda induk ini.

"Apa yang kau bayangkan?!" desak Woo Jin yang telah menghilang sifat tenangnya dan berganti dengan sifat bokepnya -bocah kepo. Jiwa yang tenang itu telah menghilang di bawa oleh ombak.

Yeon Joo menatap Woo Jin dengan alis yang terangkat sebelah. "Kepo?!"

Woo Jin memegang bahu temannya dan menggoyang-goyangkan bahu temannya dengan tak berkeprimanusiaan, "Beritahu kami Yeon Joo manis!" desaknya lagi.

Bibirnya tersungging ke atas sedikit seperti seorang psikopat dan Yeon Joo benar-benar sudah sangat pantas mendapatkan gelar tersebut.

"LEPASKAN!!" Yeon Joo menghempaskan dua tangan yang terus menempel di bahunya.

"DIAM WOO JIN, JIKA KAU TIDAK MAU DIAM AKU TIDAK AKAN MENCERITAKANNYA!" ancamnya yang sangat ampuh untuk seorang Woo Jin yang kepo.

"Jadi?" ucap Nam Hee yang hanya diam.

"Saat 10 tahun kedepan, umur kita 23 tahun bukan?" mereka mengangguk, "Yang aku bayangkan disana, kita sama-sama lulus sarjana dengan memakai jubah dan toga yang sering kita lihat di instagram."

Mereka tersenyum dan berpelukan, tak menyangka jika Yeon Joo membayangkan mereka berdua di kehidupan 10 tahun mendatang.

"Terima kasih kalian selalu di dekatku," ucapnya tulus.

"Kami selalu ada untuk satu sama lain, karena kami sahabat dan kami saudara." balas Nam Hee.

Mereka tertawa bersama dan menjadi pusat perhatian orang tua mereka yang bangga dengan pertemanan yang mereka jalani sejak kecil.

***

Mereka bertiga tiduran di pasir dengan Woo Jin yang terhimpit oleh dua manusia yang telah Tuhan ciptakan untuk menjadi pendamping Woo Jin. Mereka saling membagi kisah dan kasih bersama dan tertawa bahkan mendengar lelucon Woo Jin yang memang sering membuat mereka ingin melemparkannya ke tengah laut.

Seseorang datang menghampiri mereka dan ikut tidur terlentang di sebelah Yeon Joo yang kosong. Mereka menatap orng tersebut dengan malas. "Kenapa kau kemari?" tanya Woo Jin yang melihat Yeon Joo berusaha mengabaikan kehadiran mahluk Tuhan yang paling tampan itu.

Yeon Joo membalikan tubuhnya menghadap Woo Jin dan menyembunyikan wajahnya di dada lelaki kecil dan peot yang sedang menatap tak suka kearah kakaknya sendiri karena sudah merusak moment paling berharga bagi Woo Jin.

"Aku ingin bergabung dengan kalian ... oppa merinduka masa kecil kita, merindukan Hee-ya yang sering mengajariku bahasa inggris, merindukan Joo-ya yang selalu tertawa bersamaku, dan hyung merindukan lelucon adik yang sering membuatku tertawa. Aku merindukan kalian."

"Hyung ... kau galau?!" ketusnya.

"Entahlah," jawabnya dengan menatap langit-langit yang mulai memanas melihat mereka, "Aku merasa kalian berubah dan menjauh dariku, terutama kau Joo-ya."

Yeon Joo hanya bisa diam tak berkutik di dada Woo Jin, ia tidak bisa berkata-kata. Ingin rasanya ia mengumpat dengan pedas namun entah kenapa mulut pedasnya yang ia banggakan tidak sedang berpihak padanya.

"Joo-ya, kau menjauh dan selalu menghindar setiap kali aku ingin mendekatimu. Apa oppa memiliki salah padamu? Jika benar katakan apapun seperti yang sering kau lakukan berbicara denganku dengan perkataan pedasmu. Jangan seperti ini, itu membuatku sakit."

"Kau memang tidak pernah berkaca hyung, dia seperti ini kesalahanmu sangat banyak dan kau ...," dengan cepat Yeon Joo menutup mulut temannya yang akan membongkar apa yang ia rasakan.

"Biar aku saja yang mengatakannya," bisiknya pelan. Ia bangkit dari tidurnya menjadi duduk dengan kaki yang ia tekuk dan ia peluk untuk mengurangi perasaan yang entah bisa di katakan apa.

"Oppa?! Apa kau sedang memiliki masalah dengan Haru Eonni? Sampai kau baru merasakan kehilangan kami dan mengatakan jika kami menjauh," ucapnya dengan menatap kesamping tepat pada Jin Yeong yang sedang tiduran dengan menatapnya juga.

Ia mengalihkan pandangannya dengan cepat. "Kau tahu aku berkencan dengan Haru?" tanyanya dengan penasaran apalagi Yeon Joo mengalihkan pandangan darinya.

"Bukan hanya aku, seluruh isi sekolah hingga guru mengetahui jika kapten basket memiliki kekasih yang sangat cantik dan primadona sekolah. Dan apa oppa tahu apa kesalahan oppa?" Jin Yeong menatap Yeon Joo dengan kediaman yang menyelimuti mereka, yang lain hanya bisa diam dan mendengarkan apa yang akan di katakan oleh Yeon Joo.

"Oppa telah mempermainkanku!" ucapnya tegas namun terdengar sangat lirih karena harus menahan gejolak yang terus menekan dadanya.

Jin Yeong duduk dan menatapnya bingung, maksud mempermainkan bagaimana? Ia merasa tidak pernah mempermainkan perasaan siapapun.

"Apa oppa tidak sadar? Oppa membuatku berharap lebih dengan perlakuan oppa yang selalu mengacak-acak perasaan Yeon Joo dengan sesuka hati."

"Aku tidak seperti itu Joo," elaknya lembut

"Itu yang oppa rasakan, tapi apa oppa merasakan apa yang dirasakan Yeon Joo?! Apa oppa pernah menanyakan perasaanku? Oppa pasti sangat tahu jika aku menyukai oppa karena itu sangat terlihat jelas bukan?! Tapi apa oppa pantas menggunakan perasaanku untuk bisa dekat dengan gadis lain. Apa itu pantas?!" ucapnya meninggi di akhir kalimat, emosinya meledak-ledak apalagi dengan elakan yang dilakukan Jin Yeong.

Mereka terkejut dengan tuturan Yeon Joo yang sangat berani. "Kau salah paham Joo-ah," gumam Jin Yeong lembut.

"Apa yang salah? Perasaanku? Aku sadar memang ini adalah kesalahan!"

"Kau salah paham, aku tidak pernah berniat mempermainkan perasaanmu untuk mendekati Haru, aku menganggapmu hanya sebagai adikku sama seperti Nam Hee, Woo Jin, Yeon Jae, Seok Hee dan Hansang. Kalian adalah adikku yang harus aku bahagiakan membuat kalian tersenyum dan bahagia. Maag jika oppa telah membuatmu salah paham."

Tak ada yang lebih menyakitkan jika kau hanya dianggap sebagai adik dari pada kau di tolak cinta oleh orang yang kau cintai.

Yeon Joo berdiri dan menatap Jin Yeong dengan mata memerah anatara marah dan ingin menangis bersatu menjadi sembuah emosi yang akan meledak sangat dasyat.

"KAU EGOIS!!" ia berlari lalu memeluk Yoongi yang sedang meregangkan tubuhnya. Ia menangis dengan sejadi-jadinya, dan itu membuat banyak pertanyaan di kepala mereka melihat Yeon Joo yang menangis dengan sangat menyayat hati mereka.

"Tenang ... semuanya akan baik-baik saja," ramal Yoongi dengan terus mengusap surai putrinya bahkan mengecup pucuk kepala putrinya dengan sangat sayang melihat begitu menyakitkannya tangisan putri yang paling ia sayangi dan cintai. Ia pernah berjanji tidaka akan membuat putrinya menangis dan sekarang putrinya menangis kembali oleh orang lain.

"Kita pulang ke hotel," ajak Hyesung karena tahu situasi apalagi melihat wajah putra bungsunya yang menatap garang kearah kakaknya sendiri. Bahkan Mi Rae menjadi tempat Yeon Jae yang ikut menangis melihat kakaknya yang menangis dengan tersedu-sedu dan mengudang tangisan histeris lain dari anak kecil yang sedang tertidur di pelukan Hoseok.

Dan terjadilah 3 anak menangis saling sahut menyahut.

"Kalian harus bercerita!" ucap Jin tegas.

Yoongi menggeleng, "Jangan hyung, tunggu putriku saja yang akan bercerita langsung dengan sendirinya. Lagi pula ini masalah mereka jadi mereka yang harus menyelesaikan masalahnya sendiri," Yoongi tahu sangat tahu jika putrinya sedang sakit hati apalagi sepertinya putrinya baru saja mendapatkan penjelasan dari orang yang membuatnya sakit.

***

Potret mereka sebelum datang masalah baru :)

Foto Woo Jin sama Yeon Joo itu emang enggak pernah ada yang bener :(

Untung aja punya sahabat yang setia motoin mereka yang ubsurd seperti itu

Mereka juga mau foto berdua ^_^

Yeon Joo yang enggak pegang jeruk yang pegang jeruk itu Nam Hee ^_^

duka saat memotret mereka itu banyak, pertama serba salah kedua selalu di katain kalau hasilnya jelek padahal kan mereka di foto sama profesional

foto yang di jepret ama anak profesional mah bagus mulu, -_-

gayanya normal enggak sesengklek foto Woo Jin sama Yeon Joo.

Selfie dulu dong sama anak dari turunan Setan ini si Woo jin tampan di kalangan para setan :) Yeon Joo punya ini tuh

**

Gimana? Tamat puasa hari pertama?? aku sih enggak uhuu ^~^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top