💐 Neunzehn 💐
Ruangan sudah di dekor semanis dan segentle mungkin oleh mereka, karena besok mereka akan mengadakan hari ayah sedunia.
"Joo gimana persiapan kado?" Tanya Woo Jin
"Tenang, aku sudah menyiapkan apa yang akan aku beri untuk papa," jawabnya dengan enteng seraya menyuapkan makanan kemulutnya.
"Kau Hee, bagaimana?" Tanyanya lagi yang memang seperti ibu-ibu yang khawatir kepada putrinya jika melakukan kesalahan. Padahal yang cewek Nam Hee dan Yeon Joo tapi yang rempong dengan persiapan malah si anak kunyuk bau kencur itu.
"Aman terkendali, aku sudah menyelesaikan lagu dan selera daddy sangat keren," jawabnya dengan tenang.
"Kado untuk paman sudah kalian beli?"
Benar kan? Woo Jin itu manusia paling rempong yang pernah ada di muka bumi ini.
"Sudah ganteng, kami sudah membungkusnya dan di simpan di kamar Nyonya Joo ini," jawab Nam Hee kesal.
"Beneran?"
"Iya yang ganteng sejagat raya dunia akhirat," puji Nam Hee dengan ketus.
"Joo," Yeon Joo hanya bergumam mendengar Woo Jin yang terus memanggilnya.
"Hmm."
"Jawab kenapa sih, aku lagi bicara ini."
"Ini udah di jawab ya, makanya telinga itu di pake bukan cuma di pasang aja, apalagi cuma di pake buat denger nyinyiran orang doang," kesal Yeon Joo yang menatap sahabatnya dengan malas.
"Kan situ yang suka nyinyir," jawab Woo Jin polos.
"Kau benar-benar ingin di siram air panas ya," Yeon Joo selalu saja di buat kesal oleh anak turunan bangsa setan ini.
"Sudah! Kenapa kalian tidak pernah bisa akur sih?!" Nam Hee ikut kesal melihat dua sahabatnya selalu berperang tanpa senjata itu.
"Kenapa?! Sirik! Mau berantem juga?!" Woo Jin malah menantang Nam Hee yanv sudah membesarkan matanya dengan menatap Woo Jin tajam.
"Bisa tidak kalian akur sehari aja, kalian bukan anak kecil lagi yang setiap masalah sepele malah di ributkan."
Jin Yeong melerai ketiganya yang akan baku hantam itu. Mereka diam dan hanya saling menatap dengan tajam satu sama lain.
Haru juga ada di sana ikut menemani kekasihnya yang sedang berkumpul dengan para adik yang selalu di nomer satukan oleh kekasihnya yang selalu di sebutkan saat pembicaraan mereka, selalu di puji saat mereka tidak memiliki bahan pembicaraan dan membuat Haru selalu cemburu dengan hal tersebut.
Dia cemburu dengan Jin Yeong yang selalu baik terhadap siapapun apalagi ia selalu ada untuk para adiknya. Haru sangat-sangat iri melihatnya.
Yeon Joo menunduk dan kembali menyesap minuman dinginnya. "Apa aku sangat keterlaluan?" Tanyanya yang memang untuk diri sendiri dengan gumaman kecil.
"Maksudmu Joo?" telinga Woo Jin bagaikan telinga harimau yang mendengar dengan jelas gumaman kecil itu.
"Bukan apa-apa," jawabnya.
"Kau seperti cewek saja, setiap di tanya kenapa? Pasti tidak apa-apa padahal ada apa-apa. Kenapa cewek selalu tidak jujur?!" Woo Jin sangat kesal dengan jawaban Yeon Joo yang membuatnya para lelaki harus berpikir keras untuk mencari kesalahannya padahal tidak ada yang ia ingat apa yang ia perbuat.
Terlebih Woo jin.
"Diam kau manusia purba!" Nyinyir Yeon Joo.
"Sudah bertengkarnya?!" Jin Yeong kembali mengintupsi adiknya, "Menurut mu apa yang kau katakan itu memang hal yang keterlaluan?"
Yeon Joo mengangkat bahunya tak tahu. "Jika memang itu keterlaluan bagi mu, jangan kau lakukan hal tersebut. Itu akan membuat perasaan orang akan terluka," nasihat Jin Yeong dengan menepuk-nepuk kepala Yeon Joo pelan.
Yang ia maksud itu perlakuan dirinya kepada ayahnya dan yang di maksud Jin Yeong itu perkatan Yeon Joo yang selalu menyinyir orang termasuk Woo Jin yang memang setia menjadi korban bully'an si Nona Min ini.
Haru lagi-lagi cemburu melihat perlakuan manis kekasihnya itu.
***
Hari ayah pun sudah tiba. Mereka sudah berdatangan di rumah Yoongi yang menjadi sasaran kehobohan acara kali ini.
Kursi sudah berjejer rapi di depan dengan empat kursi yang di sediakan. Sedangkan yang lain hanya duduk di lesehan yang sudah dilapisi karpet bulu halus bukan dilapisi ribuan cokelat.
Anak-anak sudah membawa kado masing-masing yang mereka sembunyikan di kamar Yeon Joo.
Jungkook yang merekam aktivitas mereka, sedangkan Taehyung menjadi pembawa acara yang memang membawa ruangan menjadi ricuh karena pembukaan Taehyung yang tidak pernah tenang, dan Jimin menjadi fotografer dengan kameranya yang tak kalah canggih dengan milik Yoongi atau pun Jungkook.
"Oke, sekarang di mulai dari Jin twins. Silahkan kalian maju dan ucapkan ucapan manis kalian kepada ayah kalian ini, jangan mempermalukan bangsa orang ganteng," Taehyung mempersilahkan keduanya maju dengan kado mereka masing-masing.
Kotak kado milik Jon Yeong lebih besar di bandingkan milik si bungsu. "Apa yang ingin kalian katakan pada ayah kalian?" tanya Tehyung.
"Selamat hari terganteng ayahku yang ganteng dan aku yang paling ganteng dunia akhirat ini," ucap Woo Jin yang selalu memuji dirinya sendiri.
"Paman yang paling ganteng ya," celetuk Taehyung tak terima.
"Karena sekarang hari ayah, baiklah aku mengalah dan ayah yang paling ganteng untuk hari ini, ini untuk ayah."
Setelah Woo Jin menyerahkan kadonya, Jin dengan cepat membukanya dan ia tersenyum saat ia melihat sebuah jam tangan yang memang ia butuhkan karena jam tangan koleksinya di bagi-bagi oleh si bungsu.
"Selamat hari ayah, ayah. Maaf jika hyung selalu menyusahkan ayah," ucapnya dengan manis.
"Ayah memaafkanmu, dan pasti hanya kali ini saja kan kau tidak akan menyusahkan ayah?" tebak sang ayah.
Keduanya mengangguk. "Besok kita kembali menyusahkan ayah lagi kok, tenang saja ayah."
Jin mengambil kotak yang lebih besar dari milik Woo Jin, ia kembali membukannya dan mendapatkan sepatu sneeker yang memang ia butuhkan untuk berpergian karena sepatunya di selalu di pakai anak-anaknya dan setiap sudah di pakai sekali pasti barang-barang milik sang ayah sudah berganti kepemilikan.
Nasib ayah yang ganteng ya seperti itu.
Selanjutnya Nam Hee maju dengan membarikan kado yang sangat kecil namun terdapat pita manis yang menempel di atas kado miliknya. Namjoon membukanya dan terkejut saat mendapatkan mp3 lucu.
"Maaf daddy, Nam Hee hanya memberikan itu saja. Tapi tenang dadd, itu sudah aku isi dengan lagu-lagu yang tak kalah keren dari lagu yang ada di ponsel daddy. Selamat hari ayah daddy," Nam Hee mencium pipi sang daddy dan memeluknya dengan erat.
"Makasih cantik, kau pasti bergadang kan kemarin malam untuk memindahkan lagunya?"
Nam Hee mengangguk. "Daddy jangan marah," ia menggeleng.
"Thank's you dear, i love you."
"Baiklah sekarang waktunya keluarga Jung Hoseok," teriaknya girang.
Hansang di beri surat yang sudah di tulis Seok Hee dan membisikan sesuatu yang tidak di mengerti adiknya tetapi sang adik mengangguk seperti mengerti apa yang di katakan sang kakak. Karena kakak selalu benar dan adik selalu menurut.
Seok Hee mengangkat adiknya untuk berdiri dan melepaskan adiknya yang melangkah dengan perlahan. Itu membuat Hoseok terkejut karena si bungsu tanpa pengetahuannya bisa berjalan dengan tertatih.
"Wow ternyata ini kejutan dari si bungsu," Taehyung menggeleng kagum melihat Hansang yang berjalan pelan dengan senyum merekah dan percaya diri.
"Tiga bulan kemudian...," celetuk Yeon Joo yang menunggu Hansang sampai di tempat ayahnya.
Ia sudah berada di tengah-tengah perjalanan dan menatap Yeon Joo dengan pandangan yang tajam. "Aw serem dedek Hansang marah,"
Mereka tertawa melihat interaksi antara Hansang yang selalu kesal melihat Yeon Joo. Seok Hee masih diam di tempat duduknya dan menunggu adiknya memberi surat pada sang ayah.
"Ab ... ba," ucapnya yang memanggil sang appa untuk pertama kalinya. Dan itu memang membuatnya bahagia.
"Appa sayang bukan abba..." ralat Jimin.
Saat akan sampai ia membelokan dirinya dan berjalan menuju Yoongi yang menatap Hansang dengan manis dan menerima kertas yang di bawanya.
"Salah orang hoy salah," teriak Woo Jin.
Hoseok tertawa dan menggendong putranya dan mengambil surat yang ada di tangan Yoongi.
"Pinter ya anak appa ini," ia mendusel-dusel perut Hansang yang ia angkat tinggi.
Seok Hee mendatangi Hoseok yang sudah duduk kembali.
"Appa coba buka suratnya," perintah sang putri yang langsung di lakukan sang ayah.
Appa-ku, engkau adalah bidadara dunia dan bidadara surga yang telah Tuhan berikan untuk kami. Engkau selalu menghiasi dan mewarnai setiap jalan hidup kami. Cinta tulus tanpa pamrih yang selalu kau berikan untuk kami bagaikan angin segar yang sanggup menghempas seluruh masalah dan amarah kami.
Appa-ku, percayalah, aku tidak akan pernah tahu bagaimana menjalani kehidupan ini tanpa hadirnya dirimu. Berkat engkau, aku mampu mengarungi kejamnya dunia yang seakan tak pernah berhenti menghardikku.
Appa-ku tetaplah disisi kami sampai maut memisahkan kami.
Yang Mencintaimu,
💜 Jung Seok Hee 💜
Lalu ia mengeluarkan kotak hitam buludru dari tas kecil yang ia bawa. Ia meminta tangan kiri Hoseok dan memasangkan cincin tunangan sang ayah yang disimpan di lemarinya.
"Appa, mau kah kau menerima cintaku dan selalu mencintaiku sampai kapan pun? Mau kah appa selalu tersenyum saat sedang susah maupun sangat terpuruk. Percayalah appa kami sangat mencintai appa, selamat hari ayah appa," Seok Hee mencium pipi Hoseok yang sudah memerah karena sang anak menyatakan cinta padanya.
"Appa juga sayang kalian," mereka berpelukan bersama.
"Wah terharunya surat Adik cantik ini, dapat dari mana kamu sayang?" Tanya Taehyung.
"Karena Seok Hee pintar, Seok Hee tanya ke Joo Eonni dan Yeong Oppa," jawabnya dengan polos.
"Kau benar-benar mengemaskan," Taehyung mencubit pipi Seok Hee pelan.
"Oke sekarang turunan pemilik rumah silahkan maju."
Yeon Joo menyimpan kadonya di depan sedangkan Yeon Jae menyimpan bucket bunga di belakang tubuhnya.
Setelah sampai ia memberikan pada sang ayah dan Yoongi tertawa kencang. "Kenapa kau yang memberikan bunga bukan noona?" tanyanya di sela tawanya.
"Noona alergi memegang bunga katanya, ya udah Jae aja yang bawa. Selamat hari papa, karena Jae tidak punya ayah."
"Dia bukan alergi tapi malu buat bawa bunga apalagi untuk papa," ucap Mi Rae.
"Kau membawa apa?" tagih Yoongi pada Yeon Joo yang diam saja. Ia menyodorkan kadonya dan Yoongi membuka kado tersebut betapa terkejut dan sangat terkejut dengan isi kado yang di berikan putrinya.
"Kenapa kau memberi papa obat oles?"
"Karena papa sering memar di leher," jawabnya yang membuat sang ibu menunduk malu dan mendapat senggolan dari istri yang lain.
"Itu perbuatanmu kan?" bisik Jin Seo istri Namjoon.
Mi Rae semakin menunduk. "Lalu ini alat terapi sama aroma terapi buat apa?"
"Papa kan udah tua, sering encok lututnya kan Joo sebagai anak yang baik beliin papa obat dari pada beliin sepatu sama yang lain, papa kan udah kaya banyak barang lagi, Joo juga kan ngasih uang hasil perfoms Joo semuanya buat papa. Jadi jangan banyak protes."
Yoongi diam mendegar pujian serta nyinyiran sang anak. "Terus ini aroma terapi?"
"Oh itu... Joo tau papa suka stres kalau lagi banyak kerjaan jadi Joo beliin papa itu biar papa enggak terlalu stres trus gila, kan bahaya."
Yoongi mengangguk mengerti dengan alasan Yeon Joo memberikan obat-obatan yang memang lebih ia butuhkan dari pada barang yang lain. Tapi kenapa harus obat memar dan alasannya yang membuat Yoongi malu.
Dan setelah itu, Yeon Joo meminta Yoongi untuk menjadi fotografer menggantikan Jimin dan Jin yang merekam video dan Hoseok menjadi pembawa acara menggantikan Taehyung. Mereka duduk menggantikan para ayah dengan paksaan anak-anak.
"Ayo paman, karena setiap tahun adanya hari ayah tidak ada hari paman." ajak Seok Hee yang menarik Jungkook.
"Nanti akan paman adakan hari paman sedunia," celetuk Taehyung.
"Jangan banyak bicara paman, cepat duduk," Yeon Joo sudah berkuasa.
Jin Yeong membawa speaker dan menyimpannya di depan Jungkook yang terkejut mendapatkan speaker keluaran terbaru, ia mendapatkannya dari Nam Hee dan Yeon Joo karena sudah merusak speaker milik Paman Jungkook yang sudah di potong kabelnya oleh dua anak tersebut karena ia kira itu adalah tali dan ternyata adalah sebuah kabel speaker.
Jimin mendapatkan cat rambut berwarna pink dari Yeon Jae dan Seok Hee.
Taehyung juga mendapatkan jaket kulit keren dari twins. Kalian ingin tahu dari mana mereka mendapatkan uang untuk membeli barang untuk para pamannya?
Mereka berenam mengatakan bakti sosial dan meminta sumbangan kepada para orang tua mereka dengan memaksa. Tetapi barang yang mereka beli untuk ayah mereka, mereka beli dengan uang mereka sendiri.
Betapa mulianya para anak-anak yang mengingat pamannya yang tidak memiliki pendamping dan anak.
Betapa baiknya mereka selalu menemani hari-hari kelam para pamannya.
Betapa nakalnya mereka jika sudah meminta permintaan kepada pamannya, sudah menjahili para pamannya tanpa ampun dan mengenal bulu.
Tapi mereka begitu menyayangi anak-anak sampai kapan pun.
I LOVE YOU.
***
ADA YANG MASIH HIDUP??
EHEEE...
LOVE YOU TOO PAMAN KOOKIE, PAMAN CHIMI, PAMAN TAE... LOPE LOPE DI UDARA UNCH
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top