💐 Neun 💐
Sepulang menjemput Yeon Jae, mobil Yoongi membawa keduanya kearah gedung BigHit. Ia harus bertemu dengan tamunya sebentar, hanya untuk mendandatangani kontrak kerja sama saja. Ke dua anaknya telah masuk ruangannya dan tak lupa membelikan keduanya makanan sebelum sampai di sana.
Yoongi terus mengobrol dengan rekannya hingga melupakan dirinya untuk makan siang sedangkan kedua anaknya sudah asik bermain di ruangan sang ayah. Hingga pukul 5 sore percakapan yang entah menjadi pembahasan lain telah selesai.
Yoongi kembali mengajak keduanya untuk pulang dengan dirinya yang tidak mengistirahatkan tubuh lelahnya sebentar seperti biasa. Ia memasuki mobil dan kedua anaknya dengan cepat tertidur di kursi penumpang. Yeon Joo tidak ingin duduk bersama ayahnya, ayahnya sudah tidak menyayanginya bahkan berbicara dengannya saja tidak.
Sesampainya dirumah kedua anaknya dengan cepat keluar dan memasuki rumah yang belum ada siapapun. Yoongi hanya mengikutinya dari belakang dan tiba-tiba tubuhnya lemas dan tergeletak dengan tragis di dekat sofa.
Setelah mendengar suara terjatuh, keduanya melirik kebelakang, hanya kepalanya saja tidak dengan badan. "Pa! Jae tau papa tukang tidur, tapi kalau ngantuk jangan tidur di lantai juga kan. Kamar papa didepan tapi tidur di jalan," celetuk Yeon Jae yang melihat papa nya tertidur di lantai.
Yeon Joo melihat tidak ada pergerakan dari sang ayah. "Pa, enggak lucu ya. Papa tidur kaya gini!"
Mulut Yeon Jae emang berbeda, ia lebih banyak mengeluarkan suara dari pada sang kakak. Jika dalam pemilu mungkin sang kakak adalah golput. "Hahahaha... Pa, bangun akting papa jelek?!"
Yeon Joo menghampiri sang ayah dan dan melihat dari dekat, biasanya kalau orang yang berpura-pura pasti akan terlihat gugup saat didekati tapi papa nya tidak akan berpengaruh dengan hal tersebut. Ia berjongkok dan mendekatkan jari telunjuknya kesekitar hidung.
"Jae, diamlah!!" potong Yeon Joo pada adiknya yang terus mengeluarkan omong kosong yang tak pernah berfaedah.
Yeon Jae memang terdiam namun setelahnya ia kembali mengeluarkan kata yang tadi ia ucapkan. "DIAMLAH JAE! Papa tidak bernafas?!"
Yeon Jae mendekati sang ayah dan menguncang-guncang tubuh ayahnya dengan tak berperasaan, ia juga telah melakukan hal apapun untuk membuat sang ayah terbagun, dari memukul pipi, menutup hidungnya, menjambak rambut pendek sang ayah, bahkan mencium setiap inci wajah sang ayah sudah ia lakukan, namun semuanya tidak ada gunanya.
Yeon Jae hanya menangis karena bersalah telah menjelekan ayahnya sendiri saat ayahnya tergeletak tak berdaya.
"Pa! Aku memang salah, aku tidak meminta izin pada papa. Aku tahu, jika aku meminta izin papa ... Papa pasti tidak akan mengizinkanku, aku tidak membeli tiket itu dengan uang sendiri, aku diberi oleh Soobin Oppa, aku yang meminta Nam Hee dan Jin Yeong untuk ikut. Aku tahu, jika ada mereka aku tidak akan membuat papa khawatir...,"
"Tapi nyatanya, semua itu salah. Papa marah karena aku berbohong, papa marah karena aku datang tidak meminta izin terlebih dahulu, dan aku salah ... Maafkan Yeon Joo pa,"
"Yeon Joo sakit lihat papa tidak ingin berbicara dengan Yeon Joo, Yeon Joo iri tidak mendapatkan ciuman sebelum sekolah dari papa, Yeon Joo ... Yeon Joo marah, karena Yeon Joo membuat papa kecewa...."
Ia menangis dengan kencang melebihi kencangnya tangisan milik Yeon Jae tadi. Bahkan Jae hanya tersenyum kecil melihat kakaknya sendiri seperti itu. Air mata Yeon Joo menetes di pipi sang ayah membuatnya sedikit membuka mata lalu menutupnya kembali, ia sudah melakukannya sejak tadi untuk melihat moment yang pas untuk ia terbangun.
Semuanya hanya akting yang di buat oleh Yeon Jae sebelum menjemput sang kakak. Awalnya ia menolak dan tidak akan melakukan hal konyol tapi nyatanya dengan badan yang memang lemas membuatnya terhuyung dan menendang barang membuatnya terjatuh dan saat itu pula ia melakukan hal konyol itu.
"Paaaaaaa!" teriak Yeon Joo.
Yoongi membuka matanya dengan perlahan. "Kenapa kau berteriak? Papa tidak mati!"
Yeon Jae menepuk jidatnya karena mendengar ucapan maaf dari sang ayah. Yeon Joo mengusap air matanya dengan kasar dan memeluk sang ayah yang masih tergeletak.
"Pa ... Maafkan noona," bisiknya dengan sesegukan. Yoongi mengusap punggung sang puteri dengan sayang. Sebenarnya ia tidak tega melakukan hal tersebut kepada sang Puteri dengan berpura-pura ya peduli, namun nyatanya ia memang sangat peduli dengan anak-anaknya.
"Heumm..."
Yeon Joo mengangkat tubuhnya dan mensejajarkan kepalanya dengan wajah sang ayah. Ia mencium bibir sang ayah sekilas, "Aku iri setiap pagi saat papa mencium mama,"
Lalu Yeon Joo mencium pipinya. "Aku juga iri karena Yeon Jae selalu diberi ciuman dipipinya," ia juga mencium kening sang ayah, "Aku juga tidak ingin melihat papa malam-malam masuk kamar anak gadisnya cuma buat cium kening sebelum tidur."
Mata Yoongi membesar walaupun tidak bisa di bilang besar. "Kau mengetahuinya? Apa kau terbangun?" Yeon Joo kembali terduduk dan Yoongi pun ikut duduk dengan Yeon Jae yang tiba-tiba duduk di paha kanannya.
Yeon Joo menggeleng. "Aku belum tidur, aku selalu marah pada diriku sendiri dan apa papa tahu ... Kalau di sini sangat sakit," ucapnya dengan memegang dadanya, "Aku ingin menangis kencang, aku juga ingin marah dan berteriak. Tapi aku tidak bisa, aku hanya bisa memendamnya dan itu sangat sakit."
Yoongi memeluk sang puteri bersama dengan puteranya yang berada di pangkuannya. "Maafkan papa, kau pasti mengalami depresi saat itu, papa ingin meminta maaf. Jadi papa ingin mengobati puteri papa yang sedang sakit ini,"
Matanya berbinar mendengar tutur kata sang ayah dengan senyuman khas miliknya. "Aku mau pa,"
"Jadi Jae tidak akan di bawa?" rengeknya dengan aegyo.
"Ya ampun, putera papa kenapa sering sekali melakukan aegyoooo...," Yoongi mencubit pipi Yeon Jae dengan gemas bahkan suaranya ia rubah dengan suara anak kecil yang seperti tikus kejepit.
"Kau akan dibawa juga, tapi kita tunggu mama pulang sebentar lagi, oke?"
Mereka berdua melengkungkan jari telunjuk dengan ibu jari mereka membentuk bulat dan mengedipkan sebelah mata mereka secara bersamaan. Itu yang mereka lakukan ketika bersama.
Tidak ada orang tua yang benar-benar marah. Ketika orang tua marah, kau harus tau dimana letak kesalahanmu atau mengapa orang tua mu bisa marah. Apa karena mereka lelah? Pasti mereka akan lelah mengurus keluarga beserta diri mereka sendiri. Tapi apa pernah mereka mengeluh kepada kalian jika mereka lelah mengurus kalian? Tidak kan?!
Maka berbaik hatilah kepada orang tua kalian, hormati mereka dengan kasih sayang kalian, tidak ada orang tua yang ingin anaknya keluar batas, mereka ingin anak mereka menjadi apa yang mereka inginkan dengan diri mereka yang berguna disuatu hari nanti.
Jangan lah kalian menggunakan suara dengan nada tinggi saat berbicara dengan orang tua kalian. Orang tua kalian tidak akan pernah ingin anaknya berbicara dengan keras seperti sedang membentak mereka. Walaupun itu memang terjadi, pasti mereka hanya bisa tersenyum dan berkata kepada kita, apa yang sedang terjadi? Apa kau baik-baik saja? Kau ingin makan seperti apa malam ini? Apa kau sedang banyak masalah?
Orang tua pasti akan bertanya seperti itu dan tugas kalian adalah tersenyum dan berkata sejujurnya kepada mereka apa yang sedang terjadi dengan kalian. Karena hubungan yang baik di sebuah keluarga akan membawa kalian menjadi jiwa yang lebih memahami apa itu kebersamaan.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top