💐 Fünf 💐
Namjoon menatap tajam Nam Hee yang sedang terduduk di sofa single dengan isakan yang sudah terdengar di telinga sang ayah.
"Daddy membolehkan mu untuk menonton konser, tapi kenapa kau harus berbohong dengan alasan tugas? Daddy percaya pada awalnya kalau anak Daddy memang mengerjakan tugas, namun daddy mendapatkan pesan jika kalian sedang menonton."
"Im sorry dad, aku terpaksa seperti itu untuk Yeon Joo, daddy tahu kalau Yeon Joo tidak boleh menonton sendiri apalagi sampai malam."
"Tapi setidaknya kau memberitahu daddy, dan daddy akan membantu kalian untuk menutupinya dari Yoongi Hyung,"
Nam Hee menatap Namjoon aneh, lalu sang daddy hanya tersenyum saja. "Daddy yakin sekarang Yeon Joo sedang dimarahi oleh Yoongi Hyung."
"Benar, sebelum dia masuk rumah aku melihatnya menangis dan duduk di jalan karena terlalu takut kepada papanya," Nam Hee manatap sang daddy.
"Daddy terimakasih, kau tidak mengekang Nam Hee dan memperbolehkan Nam Hee malakukan hal sesuka Nam Hee, tapi kenapa Om Yoongi tidak suka kalau Yeon Joo ikut konser?"
"Yoongi Hyung tuh nggak mau kalau Yeon Joo kenapa-napa. Tau dong gimana kelakuan Paman Yoongi kalau udah menyangkut paut tentang anaknya," Nam Hee mengangguk.
"Baiklah Nam Hee mengerti, tapi dari mana Daddy tau kalau kami ke konser?" tanyanya yang masih penasaran.
"Sudah malam sekarang cepat tidur," ucao Namjoon mengalihkan pembicaraan.
Nam Hee kesal dengan ayahnya yang selalu seperti itu. Ia pergi dengan menghentakan kakimya mirip seperti tentara yang sedang jalan. "Jangan mandi, langsung gantu baju aja." ucap Namjoon yang tak diindahkan oleh puterinya.
***
"Joo-ah, buka pintunya sayang. Kamu belum makan nanti sakit," ketukan dari tangan kecil Mi Rae tidak lepas dari pintu kamar puterinya yang sedang marah.
"Kamu mau apa sayang? Nanti mama buatkan makan, mama udah masak udang bumbu merah kesukaan kamu, ayo makan. Papa sama Jae udah nunggu di meja makan."
Masih tidak ada sahutan sama sekali membuat Mi Rae khawatir dengan keadaan sang anak. Ia terus membujuk anaknya untuk keluar dan dibantu oleh Yeon Jae yang berkata manis untuk meluluhkan hati kakaknya.
"Noona, aku mencintai noona, jangan seperti ini. Jae sakit melihat noona tidak makan, kalau noona seperti itu Jae akan merasa bersalah, Jae mau lihat senyum menawan noona dipagi hari saat menyapa Jae."
Yeon Jae tidak mau berhenti begitu saja dengan rayuan mautnya yang diajarkan oleh Paman Jungkook dan juga Paman Taehyung untuk menaklukan hati wanita. Bahkan Jungkook mengajarkan Yeon Jae untuk menaklukan hati sang kakak yang begitu menawan. Alasan Jungkook melakukan itu karena ia ingin melihat Yeon Joo shy shy manja. Namun nyatanya itu tidak akan berpengaruh pada seorang Yeon Joo yang swag akut mirip Yoongi.
"Dia masih tidur, biarkan saja. Kalau lapar juga bakal keluar." celetuk Yoongi dari meja makan. "Ayo cepat makan, papa harus kerja jam 2,"
Mereka kembali ke meja makan dan menatap pintu kamar Yeon Joo dengan khawatir, Yeon Jae sudah bersekolah, ia sudah menduduki bangku kelas dua. Ia bersekolah dimana dulu kakaknya bersekolah.
Yeon Joo hanya diam di kasur dengan mata yang sembab dan memerah, ia kesal dengan sang ayah. Ia tidak menyentuh ponselnya bahkan ia sengaja mematikannya supaya ia tidak diganggu oleh siapapun.
Sudah dua hari Yeon Joo tidak keluar kamar dan juga sudah tidak masuk sekolah, Yoongi mengatakan pada Nam Hee untuk memberitahu guru jika puterinya sedang sakit.
Yoongi mengetuk pintubkamar sang puteri karena khawatir dan merasa kesal. "YEON JOO! Kau bukan anak kecil lagi, bersikap lah dewasa. Jangan merajuk seperti anak kecil," ucap Yoongi tegas.
Yeon Joo hanya menangis mendengar perkataan sang papa. "Baiklah jika kau tidak mau keluar kamar, jangan pernah memanggil papa jika kau sedang kesusahan," ancam Yoongi.
Ia mendapatkan protesan dari tatapan Mi Rae. Pintu terbuka dan menapakan sosok gadis dengan penampilan buruk. Kesan swagnya seketika hilang, dengan rambut yang terkuncir tidak rapih, mata sembab, hidung merah dan wajah yang begitu lelah seperti tidak tidur.
Mi Rae menghampiri Yeon Joo dan memeluk puterinya, Yoongi pun pergi dan memasuki kamar miliknya. Ia tidak memiliki ruangan musik di rumah karena ia hanya menginginkan ketenangan jika sudah berada dirumah bukan membuat musik.
"Jangan dengarkan perkataan papa, papa hanya bercanda, heum." Mi Rae melepas pelukannya dan mengusap rambut puterinya.
"Kamu laper?" Yeon Joo menggeleng.
"Mama buatkan susu sama sereal ya," Yeon Joo tetap menggeleng. Mi Rae hanya mengela nafasnya, sifat keras kepala Yoongi sudah muncul di diri Yeon Joo.
"Mama tidak akan memaksamu, kalau kau lapar kau bisa memanggil mama atau buat makanan kesukaanmu," Mi Rae menampilkan senyum keibuannya.
"Jangan terlalu memanjakannya," ucap Yoongi yang baru saja lewat. Ia sebenarnya kasihan melihat sang anak seperti itu tapi bagaimanapun ia ingin anaknya berpikir jika ia sudah membuat kesalahan.
"Yoon..." panggil Mi Rae tak suka.
"Apa?!" balas Yoongi yang terus berjalan menuju dapur dan membuat susu dan juga sereal.
"Cepat makan, kau ingin mati dengan kelaparan? Kau ingin membuat berita jika orang tua Yeon Joo tidak memberi makan anaknya sendiri?!"
Yoongi kembali berjalan kearah kamar. "Cepat makan dan habiskan!"
Mi Rae tersenyum samar, pasalnya Yoongi masih perhatian terhadap puterinya sendiri, ia tahu jika Yoongi sedang mencari cara untuk bisa berbicara berdua dengan puterinya.
Mi Rae berjalan bersama Yeon Joo ke ruang makan dan ia duduk dengan tenang lalu menyuap makanan yang sudah dibuat papanya. "Makan yang banyak ya sayang, mama mau pergi menjemput Jae," Mi Rae berdiri dan memasuki kamar untuk membawa tas dan kunci mobil milik Yoongi.
"Yeobo, aku pergi. Makan yang banyak ya Joo-ya," pamit Mi Rae dengan mengusap lembut pipi puterinya tak lupa dengan kecupan di dua pipi dan juga kening namun saat akan mencium hidung, puterinya sudah menghindar membuat Mi Rae terkekeh dan ia percaya jika puterinya sudah remaja sekarang.
***
Pagi ini Yeon Joo pergi sekolah dengan diantar sang papa, ia tidak boleh pergi sendiri tanpa ada papa atau mamanya, bahkan dengan kedua sahabatnya saja ia tidak diperbolehkan. Masa pengurungan Yeon Joo terus berjalan, ia harus di antar jemput lalu tidak boleh keluar rumah.
Ia memasuki kelas dengan malas dan bertemu dengan kedua sahabatnya yang sedang bertatap tajam lalu mereka melihat Yeon Joo yang baru saja datang dan menduduki bangkunya. Mereka akan melontarkan banyak pertanyaan tapi sudah di tahan oleh Yeon Joo dengan ia yang menyimpan kepalanya di meja dan menelusupkan di antara kedua tangannya.
Mereka kembali diam. "Dasar penghianat!" gumam Yeon Joo samar.
Namun telinga mereka begitu jelas mendengar gumaman Yeon Joo. "Apa maksudmu?" tanya Woo Jin yang lembut karena menghadapi Yeon Joo yang sedang dalam mode ancur.
Ia tetap menyelundupkan kepalanya. "Kau memberitahu papa jika kita pergi konserkan?" tanya Yeon Joo penuh kesal.
Mereka tidak mengerti kepada siapa Yoen Joo tuduhkan, "Papa bilang anak laki-laki yang mengatakan kalau aku nonton, dan siapa lagi jika bukan dirimu!" Yeon Joo mengangkat kepalanya dan menatap Woo jin.
"Kau menuduhku!! Demi Tuhan, aku tidak memberitahu kalian disana," sergah Woo Jin yang tidak suka dituduh jika dia yang memberitahu para pamannya.
Jika ia memberitahu mereka, ia tidak akan ikut ke konser dan menutupi mereka dari pertanyaan ayah mereka tali nyatanya dia yang kena tuduhan.
"Daddy juga mengatakan anak laki-laki yang ikut konser juga yang memberitahunya," timpal Nam Hee.
"Kalian menuduhku!! Oke fine, terserah kalian. Yang jelas jika aku tidak memberitahu pada MEREKA!" ucapnya lenuh penegasan.
Woo Jin bangkit dan keluar kelas dengan tangan yang mengepal dan juga rahang keras. Ia tahu siapa yang akan ia salahkan, karena ia melihat seseorang yang ia kenal ada disana juga.
Brughh
Woo Jin meninju pipi manusia yang ia temui di lapangan basket. Bahkan ia terus melakukan kekerasan padanya dan terjadilah perkelahian di pagi hari.
***
Apa kau ingat?
Dengan lembut seperti kepingan salju putih
Aku menggenggam tanganmu
Ada begitu banyak hari yang tersisa untuk kita
Aku berjanji dengan bintang berkelap-kelip dan langit
Aku akan menjadi sahabatmu
Waktu yang kau impikan
Mari kita melakukannya bersama-sama
Kita akan tertawa bersama, menangis bersama
Dalam kenangan yang berharga
Ingatlah bahwa kita adalah satu
Kau adalah sahabatku
~Gfriend My Buddy~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top