💐 Drei 💐
"Daddy... Nam Hee sudah besar, Nam Hee sudah 13 tahun, Nam Hee bukan anak kecil lagi Nam Hee ingin kebebasan, Joo dan Woo Jin mendapatkan kebebasan tapi Nam Hee?!" amuknya terhadap sang ayah yang sedang duduk tenang di hadapannya.
Ia ingin pergi main namun sang daddy tidak mengizinkannya dengan alasan ia harus belajar.
"Daddy, Nam Hee cape. Nam Hee setiap saat harus belajar, belajar dan belajar. Nam Hee ingin main. Nam Hee ingin seperti teman seusia Nam Hee!!"
"Mereka memiliki aturan sendiri dalam keluarga mereka, sayang." jelas Namjoon lembut.
"Mereka dibebaskan main ponsel, sedangkan Nam Hee hanya bisa sejam setiap hari."
"Ponsel bisa membuatmu malas sayang, daddy dan mommy membatasimu karena kami tidak ingin kau ketergantungan dengan benda tersebut, dan kau melupakan kewajibanmu," tutur Namjoon lembut.
Nam Hee tertawa meremehkan. "Sama seperti daddy, daddy terlalu ketergantungan dengan ponsel dan membuat daddy lupa tanggung jawab daddy sebagai ayah," ucap Nam Hee yang membuat rahang Namjoon mengeras.
Ia tidak suka jika dikatakan tidak bertanggung jawab. Ia selalu membelikan apapun yang diinginkan anak semata wayangnya, apapun yang dipinta anaknya ia selalu membelikannya, apapun yang dipintanya sulit akan dicari hingga dapat oleh Namjoon. Itu salah satu cara kebahagiaannya, cara membebaskan dirinya meminta apapun yang ia inginkan kepadanya. Ia tidak masalah jika jatuh miskin, yang terpenting ia bisa membahagiakan sang anak. Itu yang dia inginkan.
Tapi sekarang anaknya sendiri yang mengatakan jika dirinya tidak bertanggung jawab hingga membuatnya marah.
"Kau ingin kebebasan?! Silahkan!! Daddy akan membebaskanmu mulai sekarang, apapun yang kau inginkan diluar sana terserah, daddy tidak akan peduli sekalipun kau pulang malam!" bentak Namjoon dan ia pergi dari hadapan sang puteri karena takut tidak akan bisa mengkontrol dirinya sendiri. Ia takut jika ia membuat kekerasan tangan kepada puterinya.
Ia memasuki kamar dengan menutup pintu dengan kencang, membuat Nam Hee terkejut dan merasa takut kepada sang daddy yang sedang marah.
Ia tahu ia keterlaluan tapi daddy'nya lebih keterlaluan hingga membentak dirinya. Ia tidak bisa dibentak karena ini adalah kali pertama daddy'nya marah besar. Daddy tidak pernah marah jika sedang berdebat dengan Nam Hee tapi sekarang ... Nam Hee takut dan Nam Hee sedih.
Ia membanting ponsel yang berada ditanganya hingga pecah, itu barang terbaru yang baru saja dibelikan Namjoon dua hari yang lalu, dengan sekali lemparan saja sudah langsung rusak dan itu salah satu sifat yang diturunkan sang ayah. Sekali lempar langsung rusak.
Ia berteriak kencang sebelum memasuki kamarnya sendiri. "NAM HE BENCI DADDY,"
Namjoon mendengarnya dengan jelas dari dalam kamar, ia hanya memejamkan matanya dan menangah keatas karena air mata yang akan menetes dari mata indahnya. Ia salah telah membentak puterinya sendiri, ia tidak bisa menahan diri untuk menegaskan pada siapapun jika dirinya tidak pernah meninggalkan dari namanya 'tanggung jawab'.
***
"Nam Hee sayang, keluar dong. Kamu kenapa? Ayoo cerita sama mommy," bujuk Seo Jin Soo dengan lembut.
Namjoon sudah menceritakan semuanya yang terjadi pada Nam Hee saat dirinya pulang berkerja. Sudah hampir tengah malam Nam Hee belum juga keluar membuat sang ibu khawatir apa yang terjadi dengan puterinya. Apalagi sang anak belum makan siang dan juga makan malam, membuat sang ibu begitu khawatir.
Ia sudah memarahi Namjoon karena keteledoran dirinya yang tidak bisa menahan diri. Inilah yang terjadi jika seseorang membentak atau membuat Nam Hee tidak menyukai hal yang paling ia benci. Nam Hee memiliki hati yang gampang tersentuh, walaupun ia selalu berfikir logis namun hatinya selalu berperang dengan akalnya.
Itulah yang membuat kedua orang tuanya memanjakan Nam Hee dan memberi pandangan dari sudut lain. Mereka melakukan itu demi anaknya sendiri, demi puteri semata wayangnya, demi Nam Hee untuk menjadi wanita yang kuat melalui rintangannya.
"Dadd, coba kau yang membujuknya," pinta Jin Soo dengan memelas.
Namjoon mendekati pintu kamar dan mengetuk tiga kali. "Nak, maafkan daddy. Daddy tahu daddy salah, daddy minta maaf sudah membentakmu. Maafkan daddy," beribu-ribu kali maaf pun tidak akan mengubah perasaan puterinya yang sudah terluka.
"Maafkan daddy nak," suara Namjoon bergetar dan membuat sang pemilik kamar yang memang berada di belakang pintu pun hanya bisa menitikan air matanya dan menahan mulutnya untuk tidak mengeluarkan isakan kencang.
"Daddy menangis," gumamnya dengan pelan.
Pintu pun terbuka perlahan dengan menampakan sang puteri yang berderai air mata. "Daddy dont cry, i'm so sorry, aku... Aku tahu aku keterlaluan, aku sangat menyesal. Aku tidak bisa membencimu daddy."
Nam Hee memeluk sang ayah dan menangis bersama. "Daddy akan membebaskan apapun yang kau inginkan," bisiknya.
Nam Hee menggeleng cepat. "Aku tidak membutuhkan kebebasan, aku hanya ingin perhatian daddy, daddy selalu pulang malam dan selalu membuat lagu. Daddy sudah tua, tapi daddy selalu merasa muda, daddy selalu membuka laptop daddy yang aku tahu jika daddy suka menonton film jika mommy tidak pulang," jelas Nam Hee yang membocorkan rahasia sang ayah dihadapan sang istrinya.
Namjoon menggeleng cepat. "Kau salah sayang, daddy bukan nonton film."
"Lalu?" tanya Nam Hee dengan wajah menantang. Sedangkan sang istri hanya menatap horor kearah Namjoon.
"Itu... Itu... Itu hanya sebuah lagu saja," ucapnya gagap.
"Jangan menyangkal dad, Nam Hee bukan anak kecil lagi, sudah dari kecil Nam Hee tau apa yang daddy lakukan."
"Mati kau Kim Namjoon," desis sang istri dengan berbisik lalu pergi memasuki kamar.
Dan Nam Hee mengerti apa maksud sang ibu. Lalu ia terkekeh, "Mom buatkan Nam Hee adik ya, masa kita kalah sama Paman Hoseok," teriak Nam Hee saat Namjoon akan menutup pintu kamarnya.
***
Wheheheheh 🌚
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top