💐 Sechs 💐
Matanya memerah menahan amarah, tangan yang mengepal dan rahang yang tegas. Woo Jin terus menelusuri koridor dan terus berjalan dengan menatap sekitar dengan tajam.
Membuat orang lain yang melihatnya merasa aneh dengan sikap si periang itu, Woo Jin melihat orang yang sedang ia cari ada dilapangan sedang bermain basket, tanpa babibu ia berlari lalu membalik tubuh lawan dan meninju hingga membuatnya tersungkur dengan bola yang bergelinding menjauh.
Woo Jin terus memukul dan perlawanan didapatkan diwajah mulus Woo Jin hingga seseorang yang memang sedang berada disana langsung melerai keduanya.
"APA YANG KAU LAKUKAN!!" teriaknya marah.
"SEHARUSNYA AKU YANG BERTANYA, KAU YANG MEMBERITAHU PAMAN YOONGI DAN PAMAN NAMJOON KAN? AKU MELIHAT MU DISANA HYUNG!!" balas Woo Jin tak kalah sengit.
Woo Jin ditahan oleh temannya sedangkan Jin Yeong ditahan oleh teman basketnya. Woo Jin menyerang kakaknya sendiri.
"APA KAU SADAR APA YANG KAU LAKUKAN? MEREKA MENCURIGAIKU!! DAN YEON JOO DIMARAHI OLEH PAMAN YOONGI. APA KAU TAHU ITU?"
Mereka menjadi bahan pertontonan bagi siswa yang memang belum memasuki kelas mereka. Bahkan yang sudah dikelas saja ikut berlari menghampiri lapangan basket untuk melihat perkelahian persaudaraan.
Woo Jin melepaskan pegangan erat di bahunya. "Kami pergi dengan alasan mengerjakan tugas, karena aku tahu dua gadis itu tidak akan dapat izin dengan gampang. Dan kau merusak segalanya!"
Jin Yeong menatap teduh sang adik tanpa ada dendam seperti sebelumnya. "Aku tidak tahu jika kalian menggunakan alasan itu, jika aku tahu aku tidak akan mengatakannya pada ayah," Jin Yeong memegang bibirnya yang mengeluarkan darah.
"Ayah? Apa yang kau katakan?!"
Jin Yeong merapihkan seragamnya dari debu lalu tersenyum penuh penyesalan. "Aku menanyakan dirimu dimana dan ayah bilang kau kerja kelompok karena aku tidak percaya aku mengatakan pada ayah jika kau ada di konser. Aku menyesal telah membuatnya dimarahi Paman Yoongi, aku tidak tahu jika kalian memang sengaja berbohong."
"Minta maaflah kepada Yeon Joo dan Nam Hee. Mereka yang telah menuduhku mengatakannya kepada paman." Woo Jin berbalik dan berjalan menjauh.
"Jika kau seorang pria, minta maaflah kepada mereka, jangan menjadi pengecut. Maafkan aku telah memukulmu hyung, tinjuanmu benar-benar jantan." Woo Jin pergi dengan Yeon Joo dan Nam Hee yang menonton perdebatan keduanya.
Woo Jin hanya menyeringai dan melewati keduanya dengan wajah datar. Keduanya menatap Woo Jin yang menjauh dan menatap kembali Jin Yeong yang menatap kearah Yeon Joo.
Yeon Joo hanya tersenyum sedangkan Nam Hee mengangkat tangan seperti meminta maaf atas perlakuan sahabatnya. "Kenapa kalian masih disini?!" ucap sarkas Yeon Joo, mereka pun pergi setelah mendapatkan pernyataan yang menyakitkan.
"Kalian memang bukan penerus bangsa jika kerjaan kalian hanya bisa menonton dan diam saja, bukan melerai atau membantu mereka untuk tidak berkelahi." Yeon Joo pergi dengan diikuti oleh Nam Hee di belakang.
Jin Yeong hanya tersenyum menatap punggung gadis yang semakin menjauh. Ia menyayangi kedua gadis tersebut layaknya seorang adik.
Yeon Joo begitu pengertian di hal-hal tak terduga dan begitu manis seperti pemanis jika melihat senyumannya. Tawanya bagaikan sihir harry poter yang bisa membuat semua manusia akan terpana melihat tawa penuh kewibawaan. Ucapan yang selalu ia gunakan membuat orang lain berpikir untuk merubah diri mereka walaupun perkataannya begitu menyakitkan. Dan itu adalah point plus yang terdapat dalam diri Yeon Joo.
Nam Hee, gadis genius yang selalu mengutarakan apa yang ia rasakan dan apa yang bisa diprediksi melalui logika. Ia selalu mengutamakan pendidikan dan ingin menjadi manusia yang bisa membawa negaranya menjadi negara yang lebih baik. Ia selalu tidak terkontrol bibirnya jika sudah bersama sekutunya, siapa lagi jika bukan sikembar beda turunan itu. Senyumnya jarang ia tampilkan walaupun ia manis namun ia pelit untuk tersenyum berbeda dengan Yeon Joo yang memiliki gaya keren namun lebih sering tersenyum jika melihat kamera. Nam Hee memiliki tatapan tajam yang siapapun akan merasa terintimidasi oleh tatapan mematikan. Ia akan menjadi serius jika dalam keadaan terdesak namun ia juga tidak menjadi orang yang bodoh dan genius diwaktu bersamaan, seperti ... You know lah ya bapaknya dia siapa :')
***
Bel pulang sekolah sudah terdengar, Yeon Joo menjadi lesu kembali dan berjalan dengan malas ke arah parkiran yang sudah terparkir rapih mobil milik papa. Ia mendekati mobil dan mengetuk kaca sebelah lalu pintu terbuka oleh Yoongi. Ia menaikinya dan duduk disebelah sang papa dan mobil melaju untuk menjemput si bungsu yang sudah keluar kelas.
Yeon Joo tidak membawa ponsel karena ponselnya sudah disita oleh papa dan di mobil tidak ada pembicaraan sama sekali musik saja tidak di nyalakan seperti biasanya. Papa nya benar-benar marah dan kecewa padanya, dan papa nya tidak mau berbicara dengannya jika tidak ada yang harus dibicarakan, biasanya papa nya akan banyak mengeluarkan suara jika mereka sedang berkumpul dari yang tidak penting pun papa akan mengatakannya.
Mobil sudah memasuki kawasan sekolah Yeon Jae hanya perlu mengklakson sekali Yeon Jae sudah berlari dengan riang kearah mobil lalu membuka pintu depan namun ia melihat sang kakak yang sedang sibuk tertidur lalu kembali menutup pintu dengan pelan dan beralih ke pintu belakang.
"Pa ganti mobil dong pah," rengek Yeon Jae dengan imut Yoongi hanya melihat dari kaca dashboard dan tersenyum kecil.
"Kenapa papa harus ganti?" Yoongi tetap berfokus pada jalan dan sesekali melihat Yeon Joo yang berpura-pura tertidur.
"Mobil papa yang ini terlalu tinggi, Jae kan pendek karena papa juga pendek,"
"Kenapa kamu menyalahkan papa?"
"Karena papa saat kecil tidak meminum susu penumbuh badan, kata nenek, papa itu susah buat minum susu dan obat apa itu yang ada gambar ikannya,"
"Susu orang dulu tidak enak Jae-ah. Papa kurang suka susu yang berasa, papa lebih suka susu yang dibuat mama." Yeon Joo terkekeh kecil mendengar papanya namun ia kembali menetralkan dirinya.
"Papa ... Susu yang dibuat mama hanya untuk noona dan Jae saja. Papa tidak boleh," rengeknya dengan menghentak-hentakan kakinya kedepan.
"Kenapa papa tidak boleh?" Yoongi mengangkat sebelah alisnya dan terlihat dari kaca dashboard oleh sang anak.
"Nanti kalau papa ikut minum, susunya akan cepat habis." Yoongi tersenyum dan mengatakan jika ia tidak akan menghabiskan susu milik Yeon Jae karena susu yang ia minum tidak akan pernah habis masanya.
Sesampainya mereka dirumah Yeon Joo langsung memasuki kamar sedangkan adiknya langsung bermain dengan sepeda yang kemarin baru dibelikan oleh sang papa.
"Jae-ah ganti baju dulu nanti main lagi," perintah sang papa yang langsung dituruti oleh sang anak.
Dengan cepat Yeon Jae menganti baju dan kembali bermain sepeda di halaman rumahnya. Yeon Joo yang hanya tiduran di kasur pun mulai bosan, ia ingin membeli cemilan untuk malam hari lalu ia menganti seragam dan keluar kamar. Ia melewati sang papa yang sedang membaca kontrak yang ia terima di email.
"Mau kemana kamu?" tanya Yoongi yang meletakan tabletnya di paha.
Yeon Joo terdiam dan menjawab dengan ketus. "Mini market."
"Jangan bohong kamu, pasti pergi ke rumah Seok Hee dan tidak mau pulang, tinggal dirumah pamanmu jika sedang seperti ini!" balas Yoongi dengan ketus.
"Pa! Yeon Joo bukan anak kecil lagi, Yeon Joo benar akan pergi ke mini market. Papa selalu larang Yeon Joo ini-itu sedangkan Yeon Jae selalu papa belikan ini dan itu memperbolehkan ini dan itu. PAPA PILIH KASIH!" Yeon Joo berlari ke arah kamar kembali dan menutupnya dengan kencang membuat Yeon Jae yang sedang berada di depan pintu terkejut.
Ia menatap pintu dengan nanar dan juga Papa nya yang terlihat sedang menahan marah. "Pa ...." panggil Yeon Jae pelan.
Yoongi melirik puteranya dan tersenyum, "Kenapa sayang ...." Yoongi kembali menjadi manis dan penyayang ia tidak ingin ia menjadi seperti ayahnya yang keras kepada anak-anaknya dan tanpa ia sadari ia sudah melakukan hal yang sama seperti sang ayah atau kakek dari anaknya.
"Papa, Yeon Jae ingin jajan ...." pintanya dengan wajah manis.
Yoongi tersenyum. Ia mengeluarkan dompet dan memberi selembar uang untuk Yeon Jae, "Mau papa antar?"
Yeon Jae menggeleng. "Jae ingin pergi dengan noona, Jae rindu pergi berdua dengan noona," alibinya. Padahal ia ingin membuat sang kakak keluar dari rumah.
Yoongi kembali tersenyum. "Baiklah, jika noona memintamu untuk ketempat lain bilang papa, okay?!" Yeon Jae menggangguk semangat.
"Pa minta uang lagi, ketika Yeon bergabung maka satu macam makanan tidak akan cukup, hehehe." Yoongi kembali mengeluarkan uangnya.
"Kalau ada kembalian kau harus masukan ke celengan kelinci mu, eoh?"
Yeon Jae membungkuk setengah dan menyimpan kedua tanganya di dahi. "Siap tuan," Yeon Jae tersenyum manis dan berlari kearah kamar kakaknya. Ia mengetuk pintu karena saat ia buka pintu terkunci dari dalam.
"Noona ... Antar Jae ke mini market!!" tidak ada balasan dari dalam.
"Noona ... Antar Jae pergi keluar,"
"Pergi sendiri jangan manja!" ucap Yeon Joo ketus.
Ia tahu kakaknya sedang masa abnormal jika sudah seperti ini, ia pun mengambil kertas dan juga pensil lalu menulis dengan tulisan tak begitu jelas namun masih bisa terbaca oleh kakaknya yang seorang ...
Noona ayo keluar Jae sudah meminta izin untuk membawa noona keluar. Jae terlalu baik bukan? Ayo cepat, sebelum papa berubah pikiran.
Pintu terbuka dengan begitu lebar Yeon Joo tersenyum kecil. "Manja, keluar juga minta dianter,"
Yeon Jae tersenyum melihat kakaknya yang berpura-pura kesal. Jae berlari mendekati kakaknya dan berpamitan pada sang papa yang sedang bertelepon entah dengan siapa.
Selama perjalan Yeon Jae tersenyum melihat kakaknya yang kembali tersenyum. "Jae-ah gomawo,"
Yeon Jae memuluk sang kakak. "Jae ingin melihat senyum noona, maafkan papa yang seperti itu pada noona,"
Yeon Joo menggeleng. "Noona sudah memaafkan papa tapi papa yang tidak ingin berbicara dengan noona, dan noona kesal jika papa sudah membeda-bedakan kita."
Jae mengangguk. "Ayo kak kita pergi ketaman disana ada Seok Hee,"
"Kenapa kau tahu?" Yeon Jae menunjukan cengiranya.
"Tadi aku bersepeda kemari," jawabnya polos.
"Baiklah kita jangan terlalu lama nanti papa kembali marah dan kau akan terkena marahan papa," Yeon Jae mengangguk.
"Hai sepupu!!!" teriak Yeon Jae kepada Seok Hee yang nyatanya lebih tua dari pada Yeon Jae.
"Kenapa noona tidak pernah terlihat disekolah?" tanyanya dengan sedih. Seok Hee sekarang sudah kelas 4 sd.
"Sengaja, supaya kau tidak menempel padaku setiap saat," ucap Seok Hee dengan senyum khas Jung Hoseok.
"Aku tidak seperti itu noona," Yeon Jae kesal dengan melakukan aegyonya.
"Ini nih yang membuat noona susah untuk menjauh," balas Yeon Joo dengan senyumannya.
"Karena Jae lucu kan ... Kan ... Kan ..." ia memiringkan kepalanya kekanan dan kekiri dengan jari telunjuk berada di kedua pipinya dan jangan pernah lupakan senyuman yang begitu manis saat gigi kecilnya terlihat.
"Hee-ya, kami pulang ya. Papa akan marah nanti kalau kami terlalu lama disini," pamit Yeon Joo.
"Pasti kalian membuat kesalahan lagi," tebak Seok Hee. "Kenapa tidak menginap dirumahku lagi seperti dulu,"
Yeon menggeleng bersama. "Noona yang membuat kesalahan ke papa, dan noona tidak ingin menginap hanya ingin diam dikamar saja." Yeon Joo melirik adiknya tajam.
"Kami pamit noona, byee see you tomorrow." Seok Hee membalas lambaian tangan Yeon Jae, siapa pun akan gemas dengan putera bungsu keluarga Min itu. Ketika sang kakak membangun image cool sang adik memasang image cute.
Sesampainya mereka dirumah dengan satu plastik yang dijinjing oleh Yeon Joo lalu ia menyimpannya di meja makan.
"Kemana kalian?" tanya Yoongi yang sedang berdiri didepan pintu kamarnya.
"Mini market," jawab Yeon Joo.
"Iya tahu, kenapa kalian lama?"
"Jae bertemu Seok Hee noona ditaman jadi Jae bermain dengan noona disana," sela Yeon Jae yang tahu papa nya akan kembali marah.
"Yeon Jae cepat masuk kamar!" ia menurut dan dengan sedih menatap kakaknya.
"Sebenarnya apa mau papa?! Kenapa papa seperti ini!! Kenapa papa mendiamkan Yeon Joo seperti ini, kenapa pa,KENAPA!!"
Yoongi terdiam, "Papa pernah bilang papa tidak ingin menjadi seperti kakek yang melarang anaknya untuk melakukan hal yang disukainya. TAPI PAPA MELAKUKANNYA! YEON JOO BENCI PAPA!!" ia berlari kekamarnya dan kembali menangis.
Ia melihat ponselnya sudah berada dikamarnya ia tahu jika sang papa sudah mulai melunak tapi melihat sikap nya tadi membuat Yeon Joo kembali kesal. Yoongi terdiam saat menyadari jika dirinya benar-benar sudah melakukan kesalahan. Ia merasa malu mengetahui fakta itu, ia sudah menjadi ayah yang buruk untuk anaknya.
"Maafkan papa sayang," gumamnya.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top