Say You Love Me


Tittle : Say You Love Me
Cast : Mark Tuan, Kim Dahyun.
Type : One shoot
Rating : T (Teenager)
Genre : Romance, fluff.

🌼🌼🌼🌼🌼

🌼🌼🌼🌼🌼


Jika diberi kesempatan untuk meminta satu harapan yang akan dikabulkan saat ini juga, maka Dahyun akan meminta agar kalimat 'Aku mencintaimu' diucapkan oleh Mark untuknya.

Mark Tuan, Lelaki yang sudah ia pacari lebih dari 4 tahun.

Mengapa Dahyun meminta hal sesederhana itu?

Mungkin permintaannya terdengar sederhana, namun percayalah, Kata-kata itu tak pernah Dahyun dengar dalam 4 tahun terakhir.

Karena itu lah Dahyun sangat ingin mendengarnya keluar dari mulut Mark. Dahyun bahkan rela melakukan apapun agar ia bisa mendengarnya.

Kenapa Dahyun harus berusaha begitu keras?

Untuk seseorang yang memiliki love language word of afirmation. Dahyun menuntut keras Mark untuk mengatakan kata-kata romantis seperti itu padanya. Namun sayangnya Mark bukan lah tipe lelaki yang menggunakan kalimat untuk mengungkapkan perasaannya, Mark lebih suka menggunakan tindakan.  Namun Dahyun tidak mengerti itu.

Dahyun berada ditingkat terakhir SMA saat mereka pertama kali berkencan, sementara Mark sudah menjadi seorang developer game saat itu di usianya yang ke 22 tahun.

Ada kesenjangan usia diantara mereka. Mark lebih tua 5 tahun dari Dahyun. Lelaki itu jelas lebih dewasa dibandingkan dengan kekasihnya. Baik dalam sikap maupun pemikiran, berbanding terbalik dengan Dahyun yang jelas masih kekanak-kanakan.

Tentunya, Dahyun adalah pihak yang pertama jatuh Cinta dalam hubungan mereka.

Mark tipe lelaki pendiam dan cuek. Namun itu benar-benar tipe Dahyun.

Semakin sulit di luluh kan, maka semakin suka.

Cukup sulit untuk mendapatkan hati Mark, karena jujur saja Dahyun butuh waktu 2 tahun untuk meluluhkan Mark, hingga akhirnya mereka berpacaran sekarang. Yah walaupun Dahyun harus meminta bantuan kakaknya untuk mengambil kesempatan mendekati Mark yang notabene adalah teman kakaknya.

"Sayang~"

Dahyun bergelayut manja pada Mark yang saat ini tengah membaca komik. Ya, mereka saat ini berada di cafe komik untuk berkencan. Namun nampaknya hanya Mark yang menikmati kencan ini. Pasalnya Dahyun sedari tadi bosan, gadis itu hanya membolak-balik halaman komik romantis tanpa minat. Sementara Mark sudah berada di dunianya sendiri.

Dahyun mendengus karena tak ada respon apapun dari Mark. Lelaki itu hanya berdeham pelan.

"Chagiyaaa~" Panggil Dahyun lagi.

Mark menoleh sedikit untuk menatap Dahyun. Memandang gadis itu dengan mata yang seolah berbicara 'Ada apa dengan mu?'

Namun Dahyun tentu saja mengabaikan tatapan itu.

"Apa bahasa inggrisnya aku Cinta kamu? " tanya Dahyun.

Mark mengernyit heran lalu menjawab. "Kamu bisa cari itu di google kan. Kenapa tanya padaku?"

Gagal.

Dahyun mengerucutkan bibirnya dengan kesal.

"Aish! Aku kan tanya! dan kamu harusnya menjawab itu oppa!" ujar Dahyun sembari mencubit lengan berotot milik kekasihnya.

Mark mencoba untuk menutup mulut gadisnya itu karena takut mengganggu orang lain.

"Yaa! Jangan berisik," ujar Mark.

"Tidak ada orang disini," ujar Dahyun.

"Tapi suara mu bisa membawa orang-orang kesini," balas Mark.

"Benarkah? Mau coba?"

Dahyun bersiap-siap untuk berteriak, namun tidak jadi karena Mark lebih dahulu menutup mulutnya.

"Jangan coba-coba eoh," ujar Mark.

Dahyun melepaskan tangan Mark, lalu menggelengkan kepalanya agar Mark tidak bisa lagi menutup mulutnya. Bahkan lelaki itu sampai harus merangkul Dahyun untuk membuat gadis itu diam.

Sementara Dahyun, diam-diam tersenyum tipis karena berhasil mendapatkan perhatian Mark.

"Yaa! Berhenti mengganggu ku Dahyun-ah," keluh Mark.

"Shireo! Aku akan mengganggu oppa seumur hidupku! Aku akan menempel terus pada oppa sampai oppa tua! Lihat saja nanti!" ujar Dahyun dengan mata yang membara.

Mark menatap kekasihnya itu. Diam-diam tersenyum melihat betapa lucunya Dahyun saat ini.

Merasa Mark diam, Dahyun berbalik lalu kembali memeluk lengan Mark. Beruntung mereka berada di pojok ruangan, hingga tak banyak orang yang memperhatikan mereka.

"Lepaskan."

"Tidak! " Dahyun semakin menempel pada Mark. Hingga memeluk lengan lelaki itu bak koala.

Mark menghela nafasnya, kemudian tiba-tiba mengangkat Dahyun, memposisikan gadis itu untuk duduk di atas meja dengan kedua lengannya berada di antara tubuh gadis itu. Mengunci pergerakannya. Mark sedikit menunduk saat menatap wajah Dahyun.

Dahyun tentu saja tidak bisa menyembunyikan ekspresinya, ia kaget dengan perubahan posisi yang tiba-tiba ini, terlebih lagi Dahyun bisa melihat dengan jelas paras tampan milik kekasihnya dari dekat.

"W-wae?!" ucap Dahyun gugup.

Mark tak menjawab, lelaki itu hanya diam sembari menatap Dahyun. Setiap sudut wajah gadis itu ia pandang tanpa terkecuali.

"Hmm apa yang kau coba lakukan hari ini?" tanya Mark penasaran.

"Apa? Memangnya aku melakukan apa?" tanya Dahyun.

Mark membawa kedua tangannya melingkari pinggang Dahyun. "Entah lah..."

Mark Menyipitkan matanya. "Kau pasti melakukan kesalahan kan, sikap mu aneh hari ini. Kali ini kesalahan apa yang kau lakukan?" tanya Mark curiga.

Dahyun menipiskan senyumannya. Apa yang ia harapkan dari kekasihnya ini.

"Memangnya aku tidak boleh bersikap manja pada mu? Oppa sedari tadi mengabaikan aku, kekasih mu itu aku atau komik eoh," ujar Dahyun.

Mark tak menjawab, namun ia tersenyum, matanya pun tak lepas memandang kekasihnya yang tengah mengomel itu.

Dahyun yang melihat itu pun diam. Lalu tak lama sebuah senyuman muncul di paras cantiknya.

"Pasti sekarang Oppa ingin mencium ku kan," ujar Dahyun masih melakukan kontak mata dengan Mark. Ia menaik turunkan alisnya untuk menggoda Mark.

Mark tidak membantahnya. Lelaki itu menipiskan senyumannya.

"Diam lah."

Setelah mengatakan itu, Mark mendekatkan wajahnya lalu tak lama kemudian bibir keduanya pun mulai bertemu. Dahyun tersenyum dalam ciuman manis yang Mark berikan padanya.

Tidak terburu-buru, tidak juga agresif, Mark melumat bibirnya dengan sangat lembut. Dahyun pun tak bisa untuk tidak tersenyum karenanya.

Ya, mungkin kali ini ia gagal, namun Dahyun tidak akan menyerah. Ia akan mendapatkan kata-kata romantis itu suatu saat nanti.

Benar kan?

................................


"Oppa, Apa yang kamu lakukan besok? Ada rencana?" tanya Dahyun.

Setelah satu minggu tak bertemu dikarenakan pekerjaan Mark yang mengharuskan lelaki itu keluar kota, Dahyun dan Mark akhirnya bisa menghabiskan waktu bersama hari ini. Meskipun hanya bersantai di apartemen milik Mark.

"Rencana? Tidak ada, wae?" tanya Mark.

Dahyun menatap Mark yang tengah bermain game di komputernya. Lelaki itu hanya memakai satu Headphone, satunya lagi di biarkan berada di belakang telinganya agar tetap dapat mendengar Dahyun berbicara.

Tapi tetap saja bagi Dahyun lelaki itu tidak memperhatikannya sama sekali. Padahal mereka sudah lama tidak bertemu. Menyebalkan.

"Apa game-nya lebih penting, kenapa tidak menatap ku," gumam Dahyun kesal.

Gadis itu kembali melirik Mark yang masih asik bermain. Dahyun pun memicingkan matanya, kemudian mulai bangkit dari tempatnya duduk, yang awalnya duduk di pinggir tempat tidur, kini mulai beralih ke pangkuan Mark.

"Ya! Apa yang kau lakukan?" ujar Mark tanpa mengalihkan pandangannya dari layar komputer yang menyala itu. Bahkan jari jemarinya masih bergerak dengan profesional mengendalikan keyboard.

Dahyun yang melihat itu pun dengus pelan. Dahyun menaruh kepalanya pada bahu lebar kekasihnya.

"Uri Date-eu kajja!" Ajak Dahyun.

"Arraseo, sekarang turun, aku tidak bisa leluasa bermain," ujar Mark.

"Ishhh! Tidak mau!"

Dahyun menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Mark. Tangannya ia bawa untuk melingkari pinggang lelaki itu, Mark tampaknya mulai sedikit terganggu.

"Date-eu kajja~" rengek Dahyun sekali lagi.

Cup!

Dahyun terdiam ketika kecupan singkat mendarat di kepalanya. "Arraseo," ujar Mark.

Dahyun mengerjapkan matanya. Tunggu bukan kah ini saat yang tepat untuk mengatakan 'I Love You'

Dahyun sedikit memberikan jarak diantara mereka. Otomatis layar komputer pun terhalang oleh tubuhnya. Mark masih bermain dan lelaki itu pun mencuri-curi pandang dari sisi yang tak tertutupi, namun Dahyun sadar dan dengan sengaja menghalanginya.

"Oppa.. "

"Hm?"

Dahyun menangkup pipi Mark agar lelaki itu menatapnya.

"Saranghae. "

Mark menatap Dahyun yang juga tengah menatapnya. Jelas sekali mata gadis itu mengharapkan balasan.

"Nado."

'Game Over'

Suara itu menjadi pertanda bahwa Mark telah kalah dalam permainannya. Begitupun Dahyun yang kalah dalam misinya.

Mark menghela nafasnya. Lelaki itu melepaskan kacamatanya kemudian melingkari pinggang Dahyun dengan kedua lengannya.

"Kali ini apa?" tanya Mark.

"Akhirnya oppa melihat ku," ujar Dahyun.

Mark menarik satu alisnya. Kalau di perhatikan, makin hari Dahyun semakin menempelkan padanya. Tapi bukan itu masalahnya, bukannya Mark tidak menyukainya. Hanya saja ia merasa ada yang aneh dari tingkah Dahyun akhir-akhir ini.

"Wae?" tanya Mark lagi.

"Date kajja, aku ingin pergi menonton bioskop," ujar Dahyun.

"Bukan kah itu rencana untuk besok? Lalu kenapa kamu menganggu ku tadi? " tanya Mark.

Dahyun mendengus pelan. "Itu karena oppa mengabaikan aku."

"Aku tidak mengabaikan mu, aku menjawab saat kamu bertanya tadi," ujar Mark.

"Tapi fokus oppa tidak ada pada ku!" ujar Dahyun tak mau kalah.

"Apa itu penting? Aku kan sudah menjawabnya."

"Mwo? Tentu saja penting! Kita sudah lama tidak bertemu. Apa oppa tidak merindukan ku?" ujar Dahyun.

Mark memijat pelipisnya. Kenapa mereka malah berdebat seperti ini karena masalah sepele?

Mark menghela nafasnya kemudian menjawab. "Tentu saja aku merindukanmu."

Mark kembali menatap Dahyun, namun seketika terdiam ketika melihat gadis itu terlihat akan menangis.

"Dahyun-ah, Waegeurae?"

Di tanya begitu, sontak Dahyun tidak bisa menahan tangisnya.

"Oppa tidak merindukan aku!" Tangis Dahyun makin kencang.

"Aish jangan menangis, jika kamu menangis seperti ini lebih baik kamu pulang," ujar Mark.

Tangis Dahyun berhenti seketika.

Mata mereka bertemu, melihat bagaimana tatapan Mark padanya saat ini hanya membuat hati Dahyun sakit. Terlebih perkataan Mark yang seenaknya tanpa memikirkan perasaannya.

Bukan kah wajar jika ia ingin perhatian Mark saat ini? Mereka sudah lama tidak bertemu, bagaimana bisa Mark masih menanyakan hal yang sudah jelas.

Pada akhirnya Dahyun turun dari pangkuan Mark lalu mengambil tasnya.

"Mau kemana? "

Dahyun menoleh. "Pulang," ujarnya kemudian pergi meninggalkan Mark yang kebingungan.

Terkadang Mark memang keterlaluan.

..............................

"Kenapa dia bersikap menyebalkan seperti itu?! Wahhh! Perkataannya terkadang sangat menyakitkan kalian tahu!"

Dahyun bercerita dengan amarah yang menggebu-gebu. Kedua sahabatnya mendengarkan dalam diam.

Setelah pergi dari apartemen milik kekasihnya, Dahyun menangis sejadi-jadinya lalu menghubungi kedua sahabatnya itu untuk bercerita, dan disinilah Dahyun. Duduk di atas tempat tidurnya dengan Eunseo dan Kyulkyung di sampingnya.

"Yah, kali ini Mark oppa memang keterlaluan," ujar Kyulkyung menyetujui.

"Ahni? bukan kah wajar jika kau menginginkan perhatiannya? Kalian tidak bertemu satu minggu," lanjut Kyulkyung.

"Benar kan!!! Huwaaaa Kyulkyung-ah." Dahyun memeluk Kyulkyung karena merasa mendapatkan dukungan.

"Sepertinya Mark oppa sudah tidak mencintaimu lagi Dahyun-ah," ucap Eunseo.

Dahyun menatap Eunseo dengan sorot mata tajam. "Yaa!"

Melihat ekspresi sahabatnya itu Eunseo tertawa. "Aku hanya bercanda. "

"Kau yakin kalian sudah berkencan selama 4 tahun?" tanya Kyulkyung.

"Auh! Jika aku jadi kau sudah aku putuskan dia Dahyun-ah," lanjutnya yang mendapatkan anggukan setuju dari Eunseo.

Dahyun mengerucutkan bibirnya. "Tapi aku tidak mau putus," cicit Dahyun.

Eunseo menggelengkan kepalanya, menatap prihatin sahabatnya itu. "Aigoo, kau jelas sangat mencintainya."

"Tentu saja."

"Lagipula Mark oppa terlalu tampan, sayang sekali jika harus kehilangan dia bukan," timpal Kyulkyung.

Dahyun mengangguk dengan wajah memelas. "Kau benar sekali chingu."

"Lalu sekarang kau mau bagaimana? Dia bahkan tidak menelpon mu," ucap Eunseo.

"Tidak tahu," ujarnya murung.

Eunseo dan Kyulkyung saling bertukar pandangan.

"Kau yakin Mark oppa masih menyukai mu? Tidak ada gadis lain di hatinya?" tanya Kyulkyung.

Dahyun membelalakan matanya. "Omong kosong macam apa itu!!"

"Wae? Itu bisa saja terjadi. Pernah kah dia mengatakan Cinta pada mu? Tidak pernah kan," ucap Eunseo.

Dahyun mencibir kedua sahabatnya yang menampar dirinya dengan kenyataan.

"Huwaaaaaaaaaaa! Kenapa sulit sekali untuknya mengatakan itu! Aku. Cinta. Kamu! Apa susahnya mengatakan itu?! Mark Tuan sialan!"

Dahyun mengamuk dengan emosi yang mengebu-gebu.

"Tapi kalau dipikirkan lagi, karakter seperti itu memang cocok sekali untuk Mark oppa kan," ucap Eunseo

"Lalu aku harus bagaimana?" tanya Dahyun putus asa.

"Apa lagi, tentu saja kau harus melakukan segala cara untuk membuatnya mengatakan itu. Sama seperti saat kau mengejarnya dulu," ujar Eunseo.

"Sepertinya sulit, tapi kau pernah meluluhkan hatinya. Yah Mark oppa memang sulit untuk ditebak. Tapi aku yakin dia juga mencintaimu Dahyun-ah," timpal Kyulkyung.

"Aku sudah berusaha untuk mendapatkan perhatiannya, tapi itu tidak berhasil. Aku harus bagaimana lagi? " tanya Dahyun putus asa.

Eunseo tersenyum kemudian mengeluarkan ponselnya, mengetikkan sesuatu, lalu menunjukkan layar ponselnya pada Dahyun.

"3 cara agar kekasih mu menjadi lebih ekspresif pada mu." Dahyun membaca tulisan artikel itu.

Eunseo tersenyum lebar kemudian mulai berucap dengan lantang. "Yang pertama! Beri dia perhatian lebih."

"Aku sudah sering melakukannya," ucap Dahyun.

"Lalu? "

"Tidak ada yang terjadi, dia tetap tidak mengatakan apapun. Terkadang aku tidak habis pikir padanya," keluh Dahyun.

"Hohoho kalau begitu langkah ke dua!" ucap Eunseo.

"Bersikap manja padanya."

"Itu yang aku lakukan setiap harinya, tidak berhasil," sahut Dahyun.

"Benarkah? Wahh Mark oppa sangat tidak terduga ternyata," ucap Kyulkyung.

"Dia keren, tapi bagaimana bisa dia tidak luluh?!" ucap Eunseo tak percaya.

Dahyun hanya mengedikkan bahunya.

Eunseo berdecak pelan, kemudian kembali melihat layar ponselnya. Lalu senyuman aneh pun keluar.

"Ya! Kau menyeramkan Eunseo, berhentilah tersenyum seperti itu," ucap Kyulkyung.

"Ck sebaiknya kalian diam dan dengarkan cara ketiga! "

"Apa?" tanya Dahyun penasaran.

"Ini cara terakhir jadi dengarkan baik-baik," ucap Eunseo.

Dahyun menganggukkan kepalanya dengan antusias.

"Quickie. Ini pasti ampuh karena setiap lelaki pasti membutuhkannya untuk meningkatkan hormon dopamine mereka, saat perasaan senang muncul, maka mereka akan lebih jujur, lalu BOOM!"

Eunseo sampai berdiri kemudian menatap kedua sahabatnya.

"Dahyun-ah saranghae," lanjut Eunseo tersenyum nakal. Sementara Kyulkyung bertepuk tangan.

"Bagaimana? " tanya Eunseo pada Dahyun yang hanya diam.

"Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan," ucap Dahyun.

"Quickie! neo mollayo?! " tanya Eunseo tak habis pikir dengan kepolosan sahabatnya.

Dahyun mengangguk pelan sebagai jawaban. Eunbi menghela nafasnya sementara Kyulkyung tertawa terbahak-bahak dengan situasi mereka saat ini.

"Kalian berpacaran selama 4 tahun dan tidak pernah melakukannya?!" tanya Eunseo heboh.

"Apa? Kenapa? Memangnya apa itu?!" tanya Dahyun penasaran.

Eunseo mengisyaratkan Dahyun untuk mendekat padanya. Dahyun pun mendekat lalu Eunseo mulai berbisik. "Seks kilat, Quickie itu seks kilat bodoh."

Dahyun mengerjapkan matanya. Apa yang baru saja ia dengar ini?!

"Kau gila?! Mana mungkin! " ujar Dahyun yang sedikit menjauh dari Eunseo.

"Kau tidak pernah melakukannya dengan Mark oppa?" tanya Eunseo masih tak percaya.

"Tentu saja! Aku bahkan tidak tahu bagaimana cara melakukannya!" ucap Dahyun agak panik.

"Wahh parah sekali," ucap Eunseo dengan nada prihatin.

"Mark oppa kuat juga ya bisa menahan diri, padahal kau suka sekali menempel padanya," ucap Kyulkyung terkekeh pelan.

"Kami memang terkadang berciuman, tapi hanya sebatas itu," ucap Dahyun. Agak malu mengatakannya.

"Benarkah? Aigoo jelas dia bahkan tidak tertarik pada tubuh mu Dahyun-ah," timpal Eunseo.

"Ya! Memangnya itu perlu! "

"Tentu saja! Bukan kah itu salah satu simbol jika kalian saling mencintai? Jika dia saja tidak tertarik pada tubuh mu bagaimana dia bisa mencintai mu? Wajar saja dia tidak pernah mengungkapkan perasaannya," ujar Eunseo.

Dahyun tiba-tiba terdiam. Bukan kah gawat jika apa yang Eunseo katakan itu benar?

"Lalu aku harus bagaimana? " tanya Dahyun memelas.

Eunseo menepuk-nepuk kedua bahu dahyun. Menatap sahabatnya itu kemudian berucap. "Kau harus mencobanya. Mungkin ini adalah kesempatan terakhirmu."

"Aku tidak pernah melakukannya lalu bagaimana aku bisa tahu caranya?! " ujar Dahyun mulai emosi.

"Kau tidak perlu belajar, ikuti saja naluri mu."

Dahyun melihat Kyulkyung untuk meminta pendapatnya. Dan gadis cantik itu hanya mengangguk setuju dengan ide gila Eunseo.

Entahlah, Dahyun merasa ini bukan lah ide yang Bagus. Karena Dahyun tahu, Mark bukan lelaki yang seperti itu.

Tapi! Jika memang Mark bahkan tidak tertarik pada tubuhnya, maka percuma saja mencoba untuk membuat lelaki itu mengatakan Cinta padanya.

Ahh Dahyun tidak tahu lagi.

..................................

'Ikuti saja naluri mu'

Yah itu memang mudah untuk dikatakan. Nyatanya Dahyun bahkan tak berani untuk membayangkannya.

"Dahyun-ah? "

Dahyun menoleh ketika Mark memanggilnya.

"Kenapa melamun?" tanya Mark.

Lihat lah betapa santainya Mark dengannya. Mereka hanya berdua saja di kamar lelaki itu, ah jangan lupakan ahri-anjing peliharaan mereka yang juga ikut menemani.

Tapi bukan itu masalahnya.

Dahyun baru menyadari hal ini. Mereka sering kali berada dalam ruangan yang private, hanya berdua, namun tidak terjadi apapun.

Mereka memang terkadang tidur bersama. Namun sekali lagi, TIDAK TERJADI APAPUN!

Bukan kah apa yang Eunseo katanya ada benarnya.

Mark tidak tertarik padanya.

Dahyun menggelengkan kepalanya. Tidak mau memikirkan hal itu. Terlalu menakutkan bahkan hanya dengan membayangkannya.

"Hey, ada apa dengan mu?" tanya Mark mulai terdengar khawatir karena Dahyun tidak menjawab.

Lelaki itu menaruh Ahri ke lantai, membiarkan anjing kecil itu pergi keluar kamar. Lalu menarik Dahyun untuk duduk mendekat.

"Wae? " tanya Mark lagi.

Dahyun tidak menjawab, gadis itu tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya lalu meraup bibir Mark. Mencium lelaki itu dengan cukup agresif. Mark awalnya kaget dengan serangan tak terduga ini, namun ia juga tidak menolaknya.

Perlahan Mark menutup matanya lalu sesekali membalas ciuman Dahyun. Membiarkan gadis itu yang mendominasi. Mungkin Dahyun saat ini sangat merindukannya. Yah, lagi pula Mark juga merindukan gadisnya ini.

'Ikuti naluri mu Dahyun'

Dahyun mendapatkan respon dari Mark pun mulai memperdalam ciumannya, Dahyun mengigit bibir Mark lalu mulai bermain dengan lidahnya saat lelaki itu membuka mulutnya. Ia Mengalungkan lengannya di leher Mark, masih dengan bibir yang saling melumat satu sama lain. Dahyun memposisikan dirinya duduk di atas pangkuan Mark.

Ciumannya pun mulai turun menuju leher milik lelaki itu.

Mark menggeram pelan saat Dahyun menyerang lehernya dengan cara yang seduktif. Sinyal bahaya pun muncul. Jika terus seperti ini, Mark yang akan kehilangan kendali.

Lelaki itu pun mencoba untuk mendorong tubuh Dahyun, namun gadis itu tampaknya mengerahkan seluruh tenaganya untuk mempertahankan posisi mereka.

"Arghhh!!! "

Dahyun memberikan jarak, tangannya berada di dada Mark yang kini menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Mark memegangi lehernya yang memiliki banyak bekas gigitan dari gadisnya itu. "Ada apa dengan mu? " tanya Mark.

"Menunjukkan perasaan cintaku padamu," ujar Dahyun.

"Astaga, itu berbahaya kamu tahu," ucap Mark masih mengelus lehernya yang berdenyut.

"Wae? Semua pasangan yang saling mencintai melakukannya. Oppa juga harus melakukannya pada ku," ucap Dahyun yang membuat Mark mengalihkan pandangannya.

"Jaga bicara mu Kim Dahyun," ucapnya sembari menggeser tubuh Dahyun agar turun dari pangkuannya.

Gadis itu tak menolak dan terus memperhatikan Mark. Kenapa respon Mark seperti itu?

"Lakukan juga pada ku! " ucap Dahyun ketika ia melihat Mark yang agak menjauhkan diri darinya.

"Kita harus tidur sekarang nona," ucap Mark.

"Shireo, aku disini dan kenapa oppa harus pergi tidur," ucap Dahyun.

Mark berdecak pelan. "Ya! Jangan katakan itu lagi eoh," ucapnya.

Dahyun mengerucutkan bibirnya. "Kalau begitu cium aku satu kali."

Mark menatap Dahyun. Lalu beringsut mendekat. "Baik lah."

Dahyun tersenyum. Gadis itu menutup matanya, tampak seperti gadis kecil yang menunggu permennya. Berbeda sekali dengan pemandangan beberapa saat lalu yang Mark lihat.

Mark pun tersenyum. Lalu mulai mendaratkan kecupan kecil pada bibir Dahyun. Kemudian beralih pada keningnya, menciumnya lama seolah menyalurkan perasaan cintanya disana.

Dahyun? Gadis itu perlahan membuka matanya. Bukan ini yang Dahyun harapkan. Namun mengapa hatinya berdebar lebih hebat karena hal ini?!

Mark menutupnya dengan kecupan di kedua pipi Dahyun. Lelaki itu kemudian mengecup bibir Dahyun sekali lagi. "Selamat malam," ucapnya.

Dahyun terdiam. Mereka saling menatap satu sama lain.

"Oppa.. Aku mencintaimu," ucap Dahyun tiba-tiba.

Mark yang mendengar itu pun hanya tersenyum kecil, mengusap lembut kepala Dahyun kemudian kembali berbaring.

"Syukur lah, ku pikir sikap aneh mu tadi karena kau marah lagi pada ku," ucap Mark.

"Wae?"

Lelaki itu menatap langit-langit kamar lalu menjawab. "Kita baru berbaikan ingat, aku tidak ingin bertengkar lagi dan berakhir dengan Jaebum yang mengomeli ku."

"Aishh! Aku pikir oppa benar-benar menyesalinya," ucap Dahyun.

Mark melirik Dahyun. "Tentu saja aku menyesali sikap ku, lagi pula aku juga mengkhawatirkan mu," ucap Mark.

"oppa mengkhawatirkan aku? "

"Tentu saja," jawab Mark tanpa ragu.

Meskipun itu jawaban yang menghangatkan hatinya. Namun bukan itu yang Dahyun inginkan dari pembicaraan mereka saat ini.

"Saranghae. "

Mark sedikit mengangkat kepalanya untuk menatap Dahyun. Mencoba memproses situasi yang sedang terjadi saat ini.

"Aku bilang. Saranghae oppa," ucap Dahyun.

"Nado."


Dahyun mengepalkan tangannya. Tetap tidak berhasil ternyata.

"Saranghae! Saranghandanika! Saranghaeyo!" ucap Dahyun masih tak menyerah.

Mark menatap Dahyun lagi. "Arraseo. Kemari lah, kau tidak mengantuk?" tanya Mark

"Oppa neun?!"

"Aku kenapa?" tanya Mark yang kini mengubah posisinya kembali duduk.

"Kenapa oppa tidak pernah membalasnya? "

"Membalas apa? " tanya Mark tak mengerti.

"Apa oppa mencintai ku? " Dahyun balik bertanya.

Mark mengerutkan keningnya. "Kenapa kamu terus menanyakan hal itu?"

"Jawab saja, Oppa mencintai ku tidak?" tuntut Dahyun.

"Tentu saja," jawab Mark.

"Tapi kenapa oppa tidak pernah mengatakannya? Aku ingin mendengarnya," ucap Dahyun menatap tepat ke dalam manik mata Mark.

Mark menghela nafasnya. Lalu menjawab. "Aku tidak suka membicarakan tentang perasaan ku."

"Bahkan pada kekasih mu sendiri? "

"Justru hal itu lebih masuk akal. "

"Aku tidak mengerti."

"Tidak perlu mengerti, banyak yang seperti ku, kebanyakan lelaki tidak suka membicarakan tentang perasaan mereka," ujar Mark.

Dahyun mendengus. Ingin membantah tapi ia ragu karena dirinya pun tak tahu apakah semua lelaki memiliki pemikiran yang sama dengan mark?

Mark memperhatikan Dahyun dalam diam. Ada pertanyaan yang selalu ingin Mark tanyakan pada gadis itu.

"Kenapa kau sangat ingin mendengarnya?" tanya Mark.

"Karena Aku harus mengetahuinya, bagaimana perasaanmu pada ku," ucap Dahyun.

Mark menatap Dahyun, ada sedikit kekecewaan di matanya.

"Kau masih mempertanyakan perasaanku? Kita sudah berkencan lebih dari 4 tahun Dahyun," ujar Mark.

"Geureonika. Karena hubungan kita sudah lama, lalu kenapa oppa tidak pernah mengatakan kalau oppa mencintai ku? " ucap Dahyun sengit.

"Apa itu penting? Bukan kah waktu yang kita habiskan bersama lebih penting? Kenapa aku harus mengatakannya disaat aku bisa menunjukkannya pada mu?"

"Mwo? Tentu saja itu penting! Aku butuh validasi, aku ingin mendengarnya agar aku tahu bahwa disini bukan hanya aku yang jatuh Cinta pada mu!" balas Dahyun.

Mark terdiam, lalu tertawa miris, tidak habis pikir dengan pemikiran Dahyun yang jelas berbeda dengannya.

"Geurae? Itu yang kau pikirkan tentang ku?" tanya Mark sarkas.

Dahyun kali ini terdiam. Dahyun dapat melihat kilatan amarah dari mata milik Mark yang tengah menatapnya.

Dahyun takut perdebatan mereka ini menjadi akhir dari segalanya. Namun Dahyun tidak bisa mundur begitu saja. Ia sudah terlanjur menginjak ranjau.

"Ya. Karena aku tidak pernah merasa di cintai oleh mu," ujar Dahyun.

Mark membelalakan matanya lalu memegangi kedua bahu Dahyun dengan erat. "Katakan itu sekali lagi," ucap Mark dengan sorot mata tajamnya.

Dahyun mengigit bibirnya. Matanya sudah berkaca-kaca. Ia tidak bisa menghadapi Mark. Tapi Dahyun harus menyelesaikan ini.

"Aku tidak pernah merasa oppa mencintai ku. Sejak awal, bahkan sejak awal hanya aku yang mengejar oppa! Dan sampai saat ini pun hanya aku!" lanjut Dahyun.

"Jika aku tidak mencintaimu, untuk apa aku bertahan di hubungan ini sampai sekarang!" ucap Mark yang kini tak bisa lagi menahan nada suaranya untuk stabil.

Amarahnya memuncak seiring dengan perkataan Dahyun yang menurutnya hanya lah omong kosong.

Tidak mencintainya? Yang benar saja.

Apa semua perhatian dan tindakan yang ia berikan selama ini bukan bentuk kasih sayangnya?

"Lalu kenapa oppa tidak mengatakannya.. " lirih Dahyun.

"Hahhh." Mark menghela nafas berat lalu mengacak surainya frustasi. Perdebatan ini tidak akan pernah selesai jika mereka masih seperti ini.

"Baiklah. Dengar. " Mark menangkup wajah Dahyun. Menatapnya dalam lalu berucap. "Aku mencintaimu."

Plak!

Dahyun menampar pipi Mark.

Air mata Dahyun keluar begitu saja. Rasanya lebih menyakitkan karena yang Mark lakukan hanya mencoba untuk menghindari perdebatan mereka.

"Aku membencimu," ucap Dahyun penuh penekanan.

Mark terdiam. Rasanya seperti ada benda tajam yang menusuk dadanya saat mendengar Dahyun mengatakan itu.

Gadis itu berdiri, berniat untuk pergi, namun Mark dengan cepat menahannya.

Dahyun pikir Mark akan memarahinya, tapi yang terjadi justru di luar ekspektasinya.

"Aku minta maaf, kita bisa bicarakan ini baik-baik, mari tenangkan pikiran terlebih dahulu," ucap Mark menatap Dahyun penuh harap.

Dahyun mengigit bibirnya, ia merasa bimbang, Mark lagi-lagi dengan mudah membuat hatinya luluh. Sisi dewasa Mark yang seperti ini lah yang terkadang membuat Dahyun merasa bahwa sifat mereka terlalu berbeda.

Melihat diamnya Dahyun, Mark pun perlahan menarik gadis itu mendekat padanya lalu memeluknya.

................................

"Baiklah, mari kita selesaikan ini dengan kepala dingin," ucap Mark.

Dahyun duduk diam di atas tempat tidur, sementara Mark duduk di bawah, bersandar dengan nyaman di sisi tempat tidur tepat di hadapannya.

"Bisa di mulai? " tanya Mark.

Dahyun mengangguk pelan, sesekali menghapus ingusnya yang keluar karena menangis tadi. Ya Dahyun menangis ketika Mark menahan dan memeluknya tadi.

"Janji tidak akan ada perdebatan lagi," ucap Mark lagi.

Dahyun kembali menganggukkan kepalanya.

"Kalau begitu, sekarang katakan pada ku apa yang mengganggu mu," ucap Mark yang menatap Dahyun.

Tatapan matanya lembut sehingga membuat Dahyun pun merasa nyaman untuk bercerita.

"Oppa tidak pernah mengatakan 'Aku Cinta Kamu' pada ku, " ucap Dahyun.

Mark sedikit melongo dengan alasan itu yang tidak pernah sedikit pun perlintas dalam pikirannya. Mereka bertengkar hebat tadi hanya karena hal itu. Baiklah, mungkin ada baiknya untuk melihat dari sisi Dahyun.

"Aku tidak tahu apa yang kamu pikirkan. Tapi bagi ku, aku tidak harus mengatakannya kan," ucap Mark dengan nada yang lembut.

"Tapi aku ingin mendengarnya, tulus dari hati mu. Tidak harus di setiap momen yang ada, aku hanya ingin oppa lebih ekspresif dalam menyampaikan perasaan oppa pada ku," jelas Dahyun.

Mark diam dan mendengarkan Dahyun dengan seksama. Matanya tak lepas dari gadis itu.

"Oppa terlalu sibuk akhir-akhir ini, aku kesepian dan ingin perhatian oppa, yah mungkin aku sedikit egois, tapi aku melakukan itu karena aku mencintai oppa. Oppa memang selalu terkesan cuek dan dingin, aku selama ini tidak masalah dengan itu, tapi lama kelamaan hal itu membuat aku berpikir, apakah oppa bahkan mencintai ku? Kenapa rasanya hanya aku yang mencintai oppa," lanjut Dahyun dengan mata yang berkaca-kaca.

Setelah berbicara, Dahyun melirik Mark karena lelaki itu tak bersuara. Dahyun takut kejujurannya ini justru membuat Mark merasa risih.

Namun hal yang tidak terduga terjadi.

Mark tersenyum. Entah apa maksud dari senyuman itu.

"Kenapa oppa tersenyum?"

"Tidak ada, aku hanya lega setelah mendengar semuanya," ucap Mark.

Mark menyentuh sudut mata Dahyun yang berair dan menghapusnya.

"Jadi.. sikap mu yang aneh belakangan ini karena hal itu? Termasuk ketika kamu mencium ku dengan agresif seperti tadi?" tanya Mark kemudian.

Wajah Dahyun sontak memerah. "I-itu karena saran dari Eunseo, aku harus membuat oppa merasa senang, lalu dengan itu oppa akan lebih jujur padaku," cicit Dahyun.

"Dengan melakukan seks?" tanya Mark diakhiri dengan tawa pelan.

Boom! Wajah Dahyun seketika memerah.

"K-kita tidak pernah melakukannya. Jadi aku pikir oppa tidak tertarik pada tubuhku. Jika benar seperti itu, maka oppa tidak mencintai ku kan," ucap Dahyun cepat.

"Asal kamu tahu, Aku tertarik pada semua yang kamu punya," ucap Mark yang tak melepaskan kontak matanya dengan Dahyun.

"Lalu kenapa oppa tidak unboxing saja aku agar aku tidak salah paham seperti ini," ucap Dahyun tanpa pikir panjang.

Mark menggenggam tangan Dahyun, lelaki itu tersenyum kecil lalu menjawab. "Karena aku tidak ingin merusak mu. Tidak ada seks sampai kita menikah."

Dahyun tertegun mendengarnya. Lihat lah betapa dewasanya Mark saat ini.

"Dengar. Jika semua ini karena aku yang tidak pernah mengatakan Cinta padamu, aku minta maaf. Sejak awal kamu tahu bagaimana sifat ku, aku bukan tipe orang yang bisa mengungkapkan apa yang aku rasakan lewat kata-kata, namun aku melakukannya dengan tindakan. Jika kamu menyadarinya, maka kamu akan tahu betapa aku mencintaimu," jelas Mark.

Mark mengusap lembut tangan Dahyun, kemudian kembali menatap gadis itu.

"Jujur saja Aku merasa kecewa karena kamu tidak menyadarinya. Tapi aku tidak akan menyalahkan mu, karena mungkin pikiran mu ada di satu titik permasalahan, jadi semuanya terlupakan oleh mu untuk sejenak. Karena selama ini, aku yakin kamu sadar dengan semua tindakan yang aku lakukan untuk mengungkapkan perasaan ku pada mu," lanjut Mark.

Dahyun membeku di tempat.

Ahh Mark benar. Ya, semua yang lelaki itu katakan itu benar. Dahyun terlalu berpusat pada satu titik hingga ia melupakan semuanya.

Bagaimana cara Mark memperlakukannya, Menciumnya, berbicara padanya, hingga perhatiannya. Semuanya tersalurkan. Mengapa Dahyun tidak menyadarinya?

"Maafkan aku oppa," ucap Dahyun.

Ahh rasanya Dahyun ingin menenggelamkan dirinya. Pada kenyataannya memang ia terlalu berpikiran sempit dan terlalu kekanak-kanakan.

"Aku juga minta maaf karena tidak memperhatikan mu hingga kamu menjadi salah paham seperti ini. Dan jika kau merasa kurang di cintai karena itu, maka ingatkan aku," ucap Mark.

Dahyun menganggukkan kepalanya. Mark tersenyum kemudian mengecup Puncak kepala Dahyun.

"Ah, harusnya aku tidak memberikannya sekarang. Tapi berhubung situasi saat ini mendukung. Dan aku tidak ingin ada kesalahpahaman lagi..."

Mark bangkit dari duduknya. Berjalan menuju meja tempatnya bermain game. Lalu tak lama kembali lagi pada Dahyun. Duduk di hadapan gadis itu.

"Berikan tangan mu, " pinta Mark.

Dahyun masih bingung, tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu. Namun Dahyun tetap memberikan kedua tangannya.

"Aku hanya butuh yang satu ini," ucapnya memegang tangan kiri Dahyun.

Sesaat kemudian, Dahyun menutup mulutnya tak percaya ketika melihat Mark memakaikan cicin pada jari manisnya.

"Oppa... Ini.. "

"Menikah lah dengan ku Dahyun-ah."

Mark tersenyum lalu melanjutkan. "Aku mencintai mu, untuk waktu yang lama dan akan terus mencintai mu. "

Dahyun menangis dalam diam. Mark terkekeh pelan lalu menghapus air matanya. "Lalu apa jawaban mu?" tanya Mark.

"Tentu saja aku mau!!" ucap Dahyun yang kemudian memeluk Mark dengan erat.

"Oppa Saranghae. "

"Aku juga mencintai mu sayang."


- END -


.........................

Wkakakakkakakaka ini kapal lama banget woyyyy

Btw Gimana untuk one shoot series kali ini? Suka nggak?

Next project Dahyun sama siapa lagi yaa? Boleh di komen, siapa tahu ke pilih hihihi

Kalo gitu bay bay, sampai ketemu lagi di series selanjutnya! ♡

Klik

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top