Tahap 5: Komitmen

Mata Taeyeon terpaku pada layar handphonenya. Layar itu menunjukkan group chat yang dia miliki dengan sahabat-sahabatnya. Suara notifikasi terus berdering membuatnya membuka grup itu dan menyadari ada beberapa obrolan baru di layar. Obrolan itu terus bertambah, sepertinya teman-temannya sedang mendiskusikan sesuatu. Dia membaca obrolan yang tampaknya tidak pernah berakhir di grup itu.

Syoung: Teman-teman, mau ngerayain Malam Natal bareng?

Sunny: Kalian nggak akan ngerayain di rumah orang tua kalian?

Syoung: Orang tuaku lagi liburan ke luar negeri. Mereka mau ngerayain Natal di Eropa. Aku dan Kyungho pikir bakalan asik kalau ngerayain bareng kalian

HYO: Ntaps! Aku ikut!

Yoong: Aku ikut, Unnies

Yul: Di mana? Kapan?

HYO: 24 Desember. Kamu nggak tahu Malam Natal tanggal berapa?

Yul: Aku tahu tanggalnya!! Aku mau tahu jam berapa kita kumpul?

Syoung: Jam 7 malam. Ayo sewa vila

Yul: Aku boleh bawa ayang aku?

Syoung: Boleh. Makin banyak orang makin seru

Syoung: Jadi, kamu ikut?

Yul: Aku ikut

Syoung: Sunny? Kamu gimana?

Sunny: Baru habis tanya Henry, kami ikut

Seohyun: Aku juga ikut. Orang tuaku lagi di luar kota. Aku nanti datang sama pacarku

Taeyeon mengejapkan matanya. Setiap tahun, dia menghabiskan malam Natal bersama Yuri karena orang tua mereka tinggal di luar Seoul, sedangkan gadis-gadis lain biasanya menghabiskan malam Natal bersama orang tua mereka. Namun tahun ini, tiba-tiba semua orang tinggal di Seoul dan mereka akan merayakan Natal bersama. Dia tersenyum dan mengetik balasan.

Taeng: Jadi semua orang bawa pasangan?

Syoung: Yup

Yul: Ya

HYO: Iya lah!

Sunny: Iya dong

Seohyun: Ya, Unnie

Yoong: Aku belum tahu. Kalau oppa nggak ada jadwal syuting, nanti aku ajak dia

Syoung: Kamu ikut, Taeng?

Taeng: Oke, aku ikut

Dia kemudian menutup aplikasi dan menelepon Tiffany. Butuh tiga dering hingga Tiffany mengangkat telepon.

"Hai, Tae." Suara serak itu menyapa Taeyeon.

"Hai, kamu sibuk?"

"Nggak, aku lagi mainan excel." Tiffany terkekeh.

Taeyeon terkekeh. "Aku cuma mau nanya, kamu ada acara nggak pas Malam Natal?"

"Hmm, Jess bilang dia mau ngerayain natal sama Yuri. Jadi ya, aku sendirian dan nggak ada acara sih pas Malam Natal."

"Pas banget! Mau gabung sama aku dan teman-temanku nggak? Kami mau ngerayain Malam Natal bareng-bareng. Semua orang bakalan bawa pasangan mereka. Sica juga ikut gabung di sana." Taeyeon dengan bersemangat memberi tahu wanita itu.

"Teman-teman kamu yang waktu itu ketemu pas kita dijodohin?"

"Yup!"

Tiffany bergumam, sebelum menjawab. "Aku ke sana sebagai apa nih? Sebagai calon pacar?"

Taeyeon bisa merasakan pipinya menghangat. "Yaaa, kan memang kamu calon pacar aku, bukan?."

Tiffany tertawa pelan di seberang telepon. "Kamu sadar kan kalau kita bakalan jadi satu-satunya yang bukan pasangan di acara Malam Natal nanti?"

"Iya kok, sadar. Kenapa memangnya?"

"Kamu nggak akan cranky lagi karena Yuri nanti bawa Jess?" Tiffany menggoda dengan menyinggung tentang bagaimana Taeyeon merajuk saat makan malam ketika mereka pertama kali bertemu.

"Yah!" Taeyeon terkekeh. "Aku nggak akan cranky. Aku mau bawa calon pacar aku, jadi aku nggak akan cranky."

"Oke kalau begitu. Kamu mau aku jemput, Tae?" Tiffany menawarkan.

"Nggak, aku saja yang jemput kamu." Taeyeon tersenyum lebar sekarang karena Tiffany setuju.

"Oke. See you, Tae. Miss you already."

Senyum tidak pernah meninggalkan wajah Taeyeon. "Miss you too, Fany. Sampai ketemu."

***

Taeyeon menepikan BMW-nya di depan lobi apartemen dengan senyum di wajahnya. Senyumnya semakin lebar saat melihat wanita yang dikenalnya berdiri di lobi, melihat ke arah mobilnya. Dia membuka jendela dan menyapa orang itu.

"Hai, cantik."

Tiffany tertawa melihat cara Taeyeon menyapanya dan berjalan menuju mobil. Dia kemudian membuka pintu dan masuk ke dalam mobil, duduk di sebelah wanita yang menyetir. Begitu dia masuk ke dalam mobil, dia tertawa, menyadari pakaian yang dikenakan Taeyeon.

"Yah! Kenapa kamu pakai sweater itu?" komentarnya geli.

Taeyeon mengenakan sweater hijau tua dengan motif rusa-rusa kecil berwarna putih yang membentuk beberapa garis. Sweater yang dikenakannya saat mereka pertama kali bertemu.

"Kamu sendiri kenapa pakai baju itu?" Taeyeon menjulurkan lidahnya ke Tiffany yang mengenakan sweater yang sama, dengan warna merah tua.

Kedua wanita itu tertawa kecil karena kebetulan mereka mengenakan sweter yang sama lagi.

"Ngomong-ngomong," Tiffany berhenti tertawa dan mencondongkan tubuhnya, mengecup bibir Taeyeon dengan lembut. "Miss you." Dia menjauh, dengan senyum malu-malu di wajahnya, dan rona merah samar di pipinya.

Taeyeon pun tidak dalam kondisi yang lebih baik, rona merah terlihat di wajahnya. "Aku juga kangen kamu." Namun senyum itu tidak pernah hilang dari wajahnya. "Mau berangkat sekarang?" Dia bertanya dengan bersemangat, dan mendapat anggukan dari Tiffany sebagai jawaban.

"Semua orang jadi bawa pasangan mereka masing-masing?" Tiffany bertanya sambil bermain dengan head unit mobil, mencoba mencari lagu yang dia suka dari playlist lagu Natal.

"Ya, literally mereka semua akan bawa pasangan mereka." Taeyeon terus mengemudi sambil mencuri pandang ke arah Tiffany. "Aku senang deh kamu mau ikut. Kalau nggak, aku akan jadi satu-satunya yang jomblo di sana. Udah jomblo, belok lagi." Dia mendengus keras, membuat Tiffany tertawa terbahak-bahak.

"Jadi, berarti aku akan ketemu sama aktor yang pacaran sama Yoona?" Tiffany akhirnya memutuskan pilihannya pada lagu yang mau ia dengar dan menyandarkan punggungnya ke kursi.

Taeyeon tersentak kaget mendengar pertanyaan Tiffany. "Jangan bilang kamu mau ninggalin aku demi seorang aktor!"

"Kamu tahu kan aku belok, Tae." Ia tertawa kecil sebelum meraih salah satu tangan Taeyeon yang tidak memegang kemudi. Ia kemudian menautkan jari-jari mereka, membuat Taeyeon tersenyum marasakan kehangatan di tangannya. "Bahkan Chris Evan pun nggak akan bisa bikin aku jadi straight."

"Kalau Chris Hemsworth?"

"Nggak."

"Lee Dongwook?"

"Ah, dia cakep sih. Aku suka sama dia." Tiffany mengangguk setuju.

"Apa kamu bakalan jadi straight kalau ketemu dia?" Taeyeon mengernyitkan alisnya.

"Nggak lah, dia bukan perempuan." Tiffany mengangkat bahu, membuat Taeyeon tertawa lagi.

"Gimana kalau Kim Taeyeon?"

Tiffany menoleh ke arah Taeyeon dan menyeringai menggoda. "Kalau dia minta aku jadi pacarnya, aku sih akan langsung ngajakin dia bikin anak."

Taeyeon tertawa terbahak-bahak setelah menerima jawaban itu. "Kita mau punya berapa banyak anak, Fany?"

"Ya nggak akan bisa lah, kamu kan nggak punya titit, bodoh."

Taeyeon tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Betapapun konyolnya percakapan mereka, dia bisa merasakan kehangatan di dadanya. Dia suka dengan tawa-tawa yang selalu lepas dari mulutnya setiap bersama Tiffany, dia suka dengan waktu yang dia habiskan bersama Tiffany. Sekali lagi, Taeyeon berpikir, mungkin Tiffany benar-benar hadiah Natal untuknya.

* * *

Taeyeon dan Tiffany akhirnya tiba di villa yang disewa Sooyoung. Villa itu sangat besar, bahkan memiliki tempat parkir yang cukup luas. Ada lima mobil yang terparkir di depan villa. Taeyeon mengenali semua mobil-mobil itu. Mobil listrik Hyundai milik Seohyun, Hyundai milik Sooyoung, Mercedes milik pacar Yoona, Genesis milik Hyoyeon, dan KIA milik Yuri. Taeyeon memarkir mobilnya di sebelah mobil Hyoyeon. Ia kemudian menoleh ke arah Tiffany. "Kamu sudah siap?"

Tiffany terkekeh. "Ini bukan pertama kalinya aku ketemu mereka, Tae."

Taeyeon ikut terkekeh, "Iya juga, ya." Ia kemudian membalikkan tubuhnya ke belakang, meraih beberapa botol wine yang dibelinya untuk makan malam.

"Kamu bawa berapa banyak?" Tiffany menyadari kesulitan Taeyeon dalam mengambil botol-botol itu.

"Lima." Ia memegang tiga botol di tangannya. Tiffany mengikuti Taeyeon dan mengambil dua botol sisanya. "Biar aku nggak datang dengan tangan kosong." Ia menyeringai pada Taeyeon, yang membuat Taeyeon tersenyum. Mereka keluar dari mobil, membawa botol-botol wine bersama mereka. Begitu mereka masuk ke dalam vila, semua kepala menoleh ke arah mereka.

"Pasangan baru sudah datang, guys!" Hyoyeon adalah orang pertama yang mengumumkan kedatangan mereka, diikuti oleh serangkaian godaan dari teman-teman lainnya.

"Teman-teman, kita belum jadian." Tiffany menjelaskan.

"Ah, Taeyeon akhirnya bawa seseorang?" Seorang pria jangkung muncul dari dapur, membawa sepiring ayam florentinedi tangannya. Sooyoung mengikutinya dari belakang.

"Hai Fany!" Wanita jangkung itu menyapa dengan riang. "Taeng berhasil nyulik kamu, ya?"

"Yah! Aku nggak nyulik dia ya!!" protes Taeyeon sambil meletakkan botol-botol wine yang ia bawa di atas meja, sebelum mengambil sisanya dari tangan Tiffany dan meletakkannya di atas meja juga.

"Kamu harus ngenalin Fany ke semua orang, Taeng." Sooyoung berkomentar sambil melihat sekeliling, menyadari semua orang sudah berada di ruang tamu.

"Oke," Taeyeon menyeringai gugup. Ia tidak ingat kapan terakhir kali ia membawa seseorang bersamanya, terutama pada acara-acara khusus seperti Malam Natal. "Ini Tiffany, dia calon pacarku — itupun kalau dia nggak akan nolak aku."

Semua orang tertawa mendengar cara Taeyeon memperkenalkan Tiffany, termasuk Tiffany yang langsung memperkenalkan dirinya. "Aku Tiffany, calon pacar Taeyeon — itu juga kalau dia berani nembak aku."

Tawa orang-orang semakin keras setelah Tiffany memperkenalkan dirinya.

"Aku Kyungho. Tunangan Sooyoung." Pria jangkung yang membawa ayam florentine memperkenalkan dirinya.

"Aku Minjun, pacar Hyo." Pria pirang yang duduk di sebelah Hyoyeon menyebutkan namanya.

"Ini Henry." Sunny mencolek pipi pria tampan di sebelahnya.

"Pacar Sunny." Pria itu melanjutkan.

"Aku Kyuhyun." Pria tampan yang mengenakan rompi kotak-kotak itu menyusul. "Aku jomblo."

"Kamu nyebelin, Oppa." Seohyun mencubit lengan pria itu, membuat pria itu tertawa. "Dia pacarku."

"Jessica, giliranmu." Kyungho menyadari bahwa Jessica belum memperkenalkan dirinya.

"Aku sahabat Tiffany." Dia menjawab sambil tersenyum, membuat Kyungho dan pria lainnya di ruangan itu berkata "oh" tanpa suara.

"Mana pacarmu, Yoong?" Taeyeon menyadari seorang pria ternyata belum ada di ruangan ini.

"Dia lagi di kamar mandi." Yoona menjawab dan seolah diberi aba-aba, pintu kamar mandi terbuka dan seorang pria tinggi yang rupawan melangkah keluar. Tiffany terkesiap melihat pria itu.

"Oppa, giliran kamu untuk kenalan sama Fany." Yoona berkata begitu pria itu keluar dari kamar mandi.

"Ah, giliranku?" Pria itu tersenyum penuh percaya diri saat dia berjalan ke arah Tiffany dan menawarkan tangannya untuk berjabat tangan.

Tiffany menjabat tangan pria itu. "H-hai, aku Tiffany. Tiffany Young." Dia tergagap.

"Aku Lee Dongwook. Senang bertemu denganmu, Tiffany."

"S-senang bertemu denganmu juga." Dia terus tergagap, sementara pria-pria lain di ruangan itu mengerang.

"Dongwook selalu mencuri perhatian." Kyungho mencibir.

"Kenapa? Kamu mau ngegodain Tiffany?" Sooyoung melotot ke tunangannya, yang membuatnya meringis kalah.

"Jangan salahin aku. Aku kan memang aktor terkenal." Dongwook menjawab dengan wajah sombong yang jenaka, membuat orang-orang di ruangan itu mengerang serempak, termasuk pacarnya sendiri. "Bercanda, bercanda." Dia terkekeh sebelum duduk di sebelah pacarnya.

"Oke, makanan sudah di sini. Wine juga sudah di sini. Dan semua orang sudah di sini. Ayo kita mulai makan malamnya." Sooyoung mengumumkan dan semua orang mulai duduk di meja makan.

Tiffany berinisiatif menuangkan wine ke gelas untuk semua orang, dan Taeyeon membantunya melakukannya. Begitu gelas semua orang terisi wine, Sooyoung mengangkat gelasnya dan tersenyum lebar. "Selamat Natal, orang-orang kesayanganku!"

"Selamat Natal!" Semua orang mengangkat gelas mereka dan bersorak kegirangan.

Taeyeon tersenyum lebar melihat pemandangan di depan matanya. Natal kali ini memang istimewa. Ia senang masih bisa ditemani sahabatnya. Ia senang bisa merayakan Natal bersama mereka. Ia menoleh ke wanita di sebelahnya, yang ternyata juga sedang menatapnya. Dan hatinya pun terasa lebih hangat. Ia senang, tahun ini Sinterklas memberinya hadiah Natal yang sangat cantik.

***

Taeyeon melangkah masuk ke kamar tidur, sudah mengenakan kaus longgar dan celana trarining yang nyaman. Dia tersenyum pada wanita yang sedang duduk di tempat tidur, mengenakan setelan piyama merah mudanya. "Semoga kamu nggak keberatan sama sama pembagian kamarnya. Aku nggak tahu kalau pembagian kamarnya berdasarkan pasangan masing-masing." Dia berkata sambil berjalan menuju tempat tidur.

"Kamu harusnya bersyukur aku ikut. Kalau nggak, kamu pasti tidur sendirian sementara yang lain tidur pelukan sama pasangannya masing-masing." Tiffany menjulurkan lidahnya.

"Itu maksudnya kamu ngasih kode kalau kita nanti tidurnya pelukan, nih?" Taeyeon menyeringai menggoda sambil menyelipkan dirinya di bawah selimut.

Tiffany memutar bola matanya. "Sorry, Aku nggak mau tidur pelukan sama orang yang belum jadi pacar aku."

Taeyeon terkekeh mendengarnya. "Semoga kamu nggak marah ya dari tadi anak-anak sama pasangan mereka terus-terusan ngegodain kamu sama aku."

"Aku nggak marah, kok. Tapi, kamu harusnya kasih tahu aku kalau pacarnya Yoona itu Lee Dongwook!" Tiffany mendengus. "Aku pasti kelihatan seperti fangirl konyol. Setiap kali dia ngajak aku ngobrol, aku langsung jadi gagap! Malu-maluin banget." Tiffany cemberut.

"Aku sudah kasih petunjuk waktu kita di dalam mobil, lho."

"Kapan?" Tiffany mengangkat alisnya.

"Pas kamu bilang Chris Evan nggak akan bikin kamu jadi straight."

"Kamu kan cuma nyebut nama dia. Kamu nggak kasih tahu aku kalau dia pacar Yoona."

"Aku cuma mau mastiin kalau kamu nggak akan tiba-tiba jadi straight setelah ketemu sama dia." Taeyeon tertawa, mendapat tepukan di bahunya. "Jadi, masih belok?" Dia meyakinkan.

"Belok banget. Apalagi kalau sama kamu." Tiffany terkekeh saat dia mencondongkan tubuh untuk mencium pipi Taeyeon. "Aku juga suka cara kamu ngenalin aku ke mereka."

Taeyeon mengerang mendengarnya. "Jangan diingetin. Malu-maluin banget itu."

"Ini Tiffany, dia calon pacarku — itupun kalau dia nggak akan nolak aku." Tiffany menirukan cara Taeyeon memperkenalkannya kepada pasangan teman-temannya.

"Diam ih kamu." Taeyeon menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, tetapi hal itu semakin membuat Tiffany tertawa terbahak-bahak.

"Jadi, kapan?" tanya Tiffany.

Taeyeon membuka penutup wajahnya. "Kapan?"

"Kapan nembak aku?"

Taeyeon tersipu ketika akhirnya mengerti pertanyaannya. "Menurut kamu gimana? Enaknya kapan aku nembak kamu?"

"Natal tahun depan?"

Taeyeon cemberut mendengar jawaban Tiffany. "Serius? Aku pikir kamu itu hadiah yang udah di siapin Sinterklas untuk Natal tahun ini padahal."

Tiffany tersenyum mendengar pernyataan Taeyeon. "Kalau gitu, kamu jadiin aku hadiah Natal kamu dong."

Mata Taeyeon langsung berbinar mendengar apa yang dikatakan Tiffany. "Apa kamu mau jadi hadiah Natal aku tahun ini, Fany?"

"Nggak." Jawab Tiffany.

Taeyeon mengerutkan kening dengan sedih.

"Aku nggak mau jadi hadah Natal kamu tahun ini aja. Aku mau jadi hadiah Natal kamu tahun ini, tahun depan, tahun-tahun berikutnya, dan seterusnya." Tiffany melanjutkan dengan senyum dan rona merah di wajahnya.

Taeyeon menyeringai lebar. "Apa itu artinya aku kamu nerima aku?"

"Nerima apa ya?" Tiffany tersenyum menggoda.

"Nerima aku jadi pacar kamu?" Taeyeon tersenyum, mengabaikan pipinya yang menghangat.

"Nanyanya yang bener dong."

"Fany-ah, kamu mau jadi pacarku?"

"Iya, mau."

Kedua wanita itu saling menatap dengan senyum lebar di wajah mereka. Rona merah menghiasi pipi mereka, dan hati mereka diselimuti kehangatan. Taeyeon adalah orang pertama yang mencondongkan tubuhnya, melumat bibir Tiffany dengan bibirnya. Kali ini, bukan kecupan biasa. Kali ini, dia meluangkan waktu untuk merasakan kelembutan bibir Tiffany di bibirnya, merasakannya kehangatan tubuh mereka yang berdekatan. Jantungnya berdetak kencang, dia bisa mendengarnya di telinganya sendiri. Ketika Tiffany membalas ciuman itu, dia tubuhnya meremang merasakannya, tetapi kehangatan di hatinya tidak pernah pudar. Diam-diam, di sela-sela ciuman, Taeyeon berterima kasih kepada Sinterklas karena telah memberinya hadiah Natal terbaik yang pernah diterimanya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top