Tahap 2: Ketertarikan
Satu per satu, semua teman Taeyeon mulai berdatangan. Setiap kali mereka datang, mereka tidak dapat menahan diri untuk bertanya-tanya siapakah perempuan cantik yang duduk di sebelah Taeyeon, mengenakan sweater yang sama dengan Taeyeon. Dan setiap kali mereka mengajukan pertanyaan, Tiffany akan berinisiatif untuk memperkenalkan dirinya dengan baik dan menyebut dirinya sebagai teman kencan Taeyeon. Taeyeon terkejut pada awalnya tetapi dia juga bersyukur atas kepribadian Tiffany yang periang, tidak sulit bagi wanita itu untuk beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan teman-teman Taeyeon. Dan diam-diam, setiap kali Tiffany menyebutkan bahwa dia adalah teman kencan Taeyeon, dia bisa merasakan angin sepoi-sepoi di dadanya. Rasanya menyenangkan dan dia menyukainya.
"Jadi, sudah berapa lama kalian saling kenal?" Sooyoung, wanita dengan tubuh paling tinggi yang biasanya memimpin kelompok itu untuk memilih menu, bahkan tidak melirik buku menu karena dia tertarik dengan perempuan yang tiba-tiba muncul dan memperkenalakan diri sebagai teman kencan Taeyeon.
"Bisa dibilang, baru beberapa menit yang lalu." Tiffany menjawab sambil terkekeh.
"Yah, Taenggoo! Kamu nyulik perempuan random di kafe ini?" Soonkyu tersentak kaget setelah mendengar fakta itu.
Taeyeon tertawa mendengar respons temannya. "Ya nggak salah juga sih, beberapa menit yang lalu dia emang perempuan random di kafe ini." Dia menatap Tiffany dan Tiffany mengerti apa yang dia maksud. Itu fakta, beberapa menit yang lalu, mereka hanyalah orang asing yang duduk di meja yang berbeda.
"Unnie, apa Unnie sebegitu penginnya punya pacar?" Seohyun, si maknae, bertanya dengan raut wajah yang khawatir.
"Kamu kan tahu Taeng itu si paling bucin, mungkin emang dia udah pengin banget pacaran lagi, Hyunie." Hyoyeon menjawab mewakili Taeyeon, membuat Taeyeon melotot, membuat orang-orang di meja tertawa.
"Jadi, Taeyeon orangnya bucin?" Tiffany sepertinya penasaran dengan teman kencannya.
"Kamu harus hati-hati, Tiffany." Yoona yang bertugas memilih menu untuk menggantikan Sooyoung, ikut mengobrol. "Taeyeon Unnie paling jago bikin perempuan kena diabetes."
Meja kembali dipenuhi tawa setelah mendengar ucapan Yoona.
"Berapa umurmu, Tiffany?" tanya Sunny.
"Ya ampun, aku benci deh sama pertanyaan itu." Tiffany pura-pura menghela nafas. "Agustus kemarin aku ulang tahun ke tiga puluh empat." Dia tetap menjawab.
"Ah, aku harusnya manggil Unnie dong." Yoona menutup mulutnya, menyadari bahwa dia tidak memanggil unnie kepada Tiffany.
"Aish, aku masih yang paling tua di sini ya?" Taeyeon cemberut setelah mengetahui usia Tiffany.
"Memangnya umur kamu berapa?" Tiffany mengembalikan perhatiannya pada Taeyeon.
"Sama. Aku juga tiga puluh empat tahun. Tapi ulang tahunku di bulan Maret." Taeyeon masih cemberut.
"Nggak apa-apa, Unnie." Tiffany menekankan kata unnie dan memasang senyum menggoda di wajahnya.
Semua perempuan di meja itu menertawakan ucapan Tiffany kecuali Seohyun. "Unnie nggak bercanda waktu bilang Unnie baru ketemu beberapa menit yang lalu?" Sepertinya si bungsu Seohyun lebih tertarik dengan hal itu.
"Aku sama Tiffany tuh dijodohin sama Yuri." Taeyeon menjawab pertanyaan tersebut.
"Beneran??" Hyoyeon mengangkat alisnya, meragukan apa yang baru saja dikatakan Taeyeon.
"Iya," Tiffany menimpali. "Aku datang lebih cepat tadi. Terus Yuri bilang kalau temannya sudah sampai duluan dan aku diminta untuk gabung di meja ini."
"Terus kok kamu bisa kenal sama Yuri?" Alis Sooyoung menyatu saking penasarannya.
"Yuri lagi pdkt sama sahabatku." Tiffany menjelaskan dengan singkat. Ia tidak ingin mengulang apa yang ia katakan kepada Taeyeon sebelumnya.
Semua orang terperangah mendengar informasi dari Tiffany, kecuali Taeyeon yang sudah mengetahuinya sedikit lebih awal.
Sooyoung memperhatikan semua orang di kelompok itu. "Kalian udah pada tahu kalau Yuri lagi pdkt-in anak orang?"
"Aku baru tahu dari Tiffany sebelum kalian datang." Taeyeon mengangkat bahu, menjelaskan alasan mengapa ia tidak ikut terkejut.
"Sekarang aku tahu kenapa Yuri udah nggak nimbrung lagi setiap aku nge-date sama Henry." Sunny terkekeh.
"Apa Yuri Unnie juga meminta kalian berdua untuk memakai sweater couple?" Seohyun mengajukan pertanyaan itu sambil memperhatikan Taeyeon dan Tiffany, tampaknya ia tidak terganggu oleh fakta bahwa unnie lainnya berpacaran dengan seseorang.
"Kalau ini sih, benar-benar kebetulan." Tiffany terkekeh. "Sejujurnya, waktu aku masuk kafe dan ngelihat Taeyeon pakai sweter yang sama, aku kepikiran, lucu banget nggak sih kalau ternyata cewek itu ternyata orang yang Yuri mau jodohin ke aku."
"Aaawww, emesshh aneeeettt." Yoona menyoraki Tiffany, membuat teman-temannya yang lain melotot. "Kenapa sih? Aku benar-benar ngerasa mereka gemes banget kok." Yoona membela diri, mendengus keras.
"Unnie tahu kan kalau suara Unnie itu annoying banget kalo lagi sok imut gitu?" Seohyun berkata terus terang, membuat perempuan-perempuan lain di meja itu menahan tawa mereka.
"Ngomong-ngomong si Yuri gila dimana sih?" Hyoyeon berkata sambil melihat jam di layar handphonenya.
Tiffany membuka kunci handphonenya dan mengetuk beberapa kali sebelum menjawab Hyoyeon. "Jess bilang dia sudah sampai lima menit yang lalu." Dia mengunci handphonenya dan mengangkat bahu. "Mungkin mereka mesum dulu di mobil sebelum masuk ke sini."
Semua orang terdiam setelah mendengar ucapan Tiffany, dan hal tersebut tak luput dari perhatian Tiffany. "Ya ampun, aku terlalu blak-blakan ya?" Ia menutup mulutnya, merasa bersalah karena berbicara blak-blakan di lingkungan pertemanan barunya. Hyoyeon adalah orang pertama yang tertawa, diikuti oleh yang lainnya.
"Aku suka orang yang blak-blakan, Tiffany!" Sooyoung tertawa terbahak-bahak. "Taeng, kamu mending pdkt-in dia deh.." Ia menyeringai pada Taeyeon yang tertawa dan duduk di sebelah Tiffany.
"Yaudah sih, ini kan baru juga first date." jawab Taeyeon sambil menjulurkan lidahnya dengan kekanak-kanakan.
"Hai girls!" Sebuah suara yang familiar bergabung dalam percakapan mereka. Semua kepala menoleh ke orang yang baru saja menyapa mereka, seorang perempuan tinggi berkulit kecokelatan dengan senyum lebar di wajahnya. Di sebelahnya, berdiri seorang perempuan feminin yang tampak pendiam.
"Lipstikmu belepotan." Hyoyeon berkomentar begitu menyadari kehadiran Yuri.
Yuri segera mengeluarkan handphonenya dari celana jinsnya dan membuka kamera depan sementara wanita di sebelahnya tersipu malu setelah mendengar komentar Hyoyeon.
"Yah! Blepotan apaan coba? Orang cantik gini!" Yuri pura-pura melayangkan pukulan pada Hyoyeon, membuat semua orang tertawa. "Ngomong-ngomong, ini Sica." Yuri akhirnya memperkenalkan wanita baru itu dan geng itu menyapa Jessica. "Pacarku," dia mengumumkan dan membuat teman-temannya terdiam. Semua temannya hanya menatapnya dengan rahang ternganga. "Kalian jangan gitu dooong!" Dia merajuk dan akhirnya teman-temannya tertawa terbahak-bahak.
"Kami kaget, Unnie." Seohyun terkekeh saat dia berdiri dan memperkenalkan dirinya kepada Jessica. "Aku Seohyun. Senang bertemu denganmu, Sica Unnie?" Dia tampak tidak yakin bagaimana cara menyapa pacar baru Yuri.
"My pleasure, Seohyun." Jessica tersenyum hangat pada Seohyun. Saat dia tersenyum, semua aura malu-malu dan pendiam yang dia miliki sebelumnya menghilang dan digantikan oleh keramahan yang luar biasa. Teman-teman yang lain mengikuti Seohyun untuk bergiliran memperkenalkan diri kepada Jessica termasuk Taeyeon. Setelah semua orang mendapat giliran, Tiffany bergeser lebih dekat ke Taeyeon, memberi Jessica dan Yuri ruang untuk duduk di sebelah mereka.
Yuri duduk dan menyeringai lebar ketika dia melihat Taeyeon dan Tiffany yang mengenakan sweter yang sama. "Taeng, lagi nge-date ya kamu? Aduh, sampai janjian pake couple sweater!" Dia berkomentar dengan iseng.
"Kamu lupa kamu mak comblangnya?" Tiffany memutar matanya dengan jenaka.
"Tapi aku nggak ingat nyuruh kamu pakai couple sweater gitu." Yuri melanjutkan. "Kayanya kalian emang jodoh, ya?"
"Udah, nggak usah sibuk godain aku sama Fany, Yul" Taeyeon menimpali, takut Tiffany akan merasa tidak nyaman dengan godaan itu. "Kayanya anak-anak udah pada kepo banget sama kamu dan Sica-mu." Taeyeon menyeringai pada Yuri sebelum menoleh ke teman-temannya yang lain yang wajahnya dipenuhi rasa ingin tahu. Dan seperti yang Taeyeon katakan, tepat setelah dia menyelesaikan kalimatnya, Yuri langsung dibombardir dengan pertanyaan.
"Fany, ya?" Suara serak Tiffany menelusup ke telinga Taeyeon.
"Hah?" Taeyeon terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba yang dilontarkan wanita di sebelahnya.
"Manis banget sih udah punya nama panggilan buat aku" Tiffany terkekeh dan mengedipkan mata pada Taeyeon.
Wajah Taeyeon memerah, setelah menyadari apa yang Tiffany maksud. "Eh, tapi nggak apa-apa kan?" Ia tersenyum gugup sebagai jawaban, mencoba menutupi rasa malunya. Tiffany hanya menjawab dengan senyuman dan bergabung dengan yang lain untuk bertanya dan menggoda Yuri dan Jessica. Taeyeon tersenyum melihat pemandangan itu, dalam hati ia berpikir, jika Sinterklas itu nyata, mungkin Tiffany adalah hadiah Natal terbaik yang pernah ia terima. Sungguh kejadian yang tak terduga, dipasangkan untuk kencan buta dengan wanita yang sangat menarik seperti Tiffany. Sinterklas pasti sedang berbaik hati pada Natal tahun ini sehingga ia mengirimkan hadiah untuk Taeyeon lebih awal.
***
"See you besok, Tiffy." Jessica memeluk sahabatnya sebelum mengulurkan tangannya ke Taeyeon. "Sekali lagi, nice to meet you, Taeyeon."
"Sama-sama, Sica." Taeyeon menjabat tangan Jessica.
"Tolong jaga sahabatku. Awas aja kalau kamu berani-beraninya bikin dia sakit hati." Jessica berkata sambil tersenyum, tetapi entah bagaimana Taeyeon menggigil mendengar peringatan itu. Dia bisa merasakan bahwa Jessica benar-benar bersungguh-sungguh pada setiap kata yang ia ucapkan. Taeyeon hanya bisa tersenyum sebagai jawaban.
"Yah, Sica. Ini kan baru pertama kali aku ketemu Taeyeon. Jangan langsung bikin dia takut gitu dong." Tiffany terkekeh sambil mendorong sahabatnya, yang akhirnya ikut tertawa.
"Nanti aku yang bakal mukul kepala Taeyeon kalau dia jahat sama Tiffany. Tenang aja, Sica." Yuri menimpali.
Taeyeon memutar matanya melihat cara sahabatnya mencoba terlihat jagoan, yang membuat Yuri memukul kepalanya.
"Yaudah, aku sama Yul duluan, ya." Jessica berpamitan pada Taeyeon dan Tiffany sebelum menggandeng tangan Yuri dan meninggalkan kafe sambil bergandengan tangan. Teman-teman yang lainnya juga sudah pulang, meninggalkan dua perempuan yang tersisa di kafe.
"Jadi..." Suara Taeyeon melembut saat ia menoleh ke arah Tiffany yang berdiri di sebelahnya. "Kita bisa lanjut nge-date?" Ia tersenyum gugup, dalam hati berharap Tiffany akan menyetujui ide itu.
Tiffany tersenyum tipis, memamerkan sepasang mata indahnya. "Aku senang deh kamu nawarin begitu." Jawabnya bersemangat.
Senyum gugup Taeyeon berubah menjadi senyuman lebar, merasa lega karena Tiffany tampaknya menyukai ide itu. Selama berjam-jam mereka menghabiskan waktu bersama teman-teman Taeyeon, Taeyeon mengetahui betapa hebatnya Tiffany dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Ia tidak tampak canggung, ia mengikuti arus. Ia bahkan tidak berusaha menyembunyikan fakta bahwa mereka dijebak dalam kencan buta oleh Yuri, sampai-sampai membuat Taeyeon mengira Tiffany memang senang dengan perjodohan itu.
"Ada yang pengin kamu lakuin?" Taeyeon mengambil tas selempangnya dan memasukkan ponselnya ke dalamnya.
Tiffany menatap Taeyeon. "Aku pengin kenal kamu lebih jauh." Jawabnya polos. Namun, itu sudah cukup untuk membuat Taeyeon tersipu.
"Kita jalan-jalan aja, ya?" Jawab Taeyeon sambil memimpin jalan keluar dari kafe. Angin dingin menerpa wajah mereka begitu mereka melangkah keluar dari kafe. Taeyeon langsung menggosok-gosokkan kedua tangannya, mencoba mencari kehangatan.
"Kamu yakin mau jalan-jalan?" Tiffany tertawa pelan.
"Kamu nggak kedinginan?" Taeyeon terus menggosok-gosokkan kedua tangannya.
"Aku baik-baik aja." Jawab Tiffany sambil melangkah maju dan berjalan di sepanjang jalan, sementara Taeyeon berusaha menyamakan langkah mereka.
"Ngomong-ngomong," Taeyeon menyela begitu dia berhasil menyamai langkah Tiffany. "Cara kita kenalan tadi nggak banget ya?"
Tiffany terkekeh mendengarnya. "Iya nih, gara-gara Yuri." Dia mengangguk setuju. "Aku sebenarnya lega banget pas kamu bilang kalau kamu Taeyeon. Kan malu kalau sampai salah orang." Tiffany menggelengkan kepalanya geli. Mungkin otaknya sedang memutar adegan yang mereka lakukan beberapa jam yang lalu.
"Jadi, annyeonghaseyo." Taeyeon melompat ke depan dan menghalangi jalan Tiffany, membuat Tiffany tertawa. "Kim Taeyeon imnida, manaso bangawoyo." Dia membungkuk sedikit pada Tiffany, membuat Tiffany tertawa lebih keras.
"Wah, halo Taeyeon." Tiffany menjawab dengan riang. "Joneun Tiffany Young imnida. Bangapseumnida" Dia ikut membungkuk. Dan kedua perempuan itu tertawa dengan apa yang baru saja mereka lakukan.
Taeyeon minggir dan memosisikan dirinya di samping Tiffany sambil berjalan di trotoar. "Tiffany Young." Taeyeon menggumamkan nama Tiffany. "Kayanya kamu satu-satunya marga Young yang aku kenal."
"Margaku sebenarnya Hwang."
"Hah?" Taeyeon menoleh ke arah Tiffany dan menatapnya dengan bingung. "Tapi kamu bilang nama kamu Tiffany Young."
Tiffany tersenyum melihat kebingungan Taeyeon. "Jadi kamu udah siap nih untuk kenal aku lebih jauh?" Ia menggoda gadis yang lebih tua itu, membuat pipi Taeyeon merona merah muda.
"Bukannya memang itu tujuan kita nge-date? Biar bisa saling mengenal?" Taeyeon berdeham.
"Apa itu tandanya kamu sudah mulai tertarik sama aku?" Tiffany menggoyangkan alisnya ke arah Taeyeon.
Taeyeon terkekeh menanggapinya. "Aku pikir, karena kamu setuju kita nge-date, itu berarti kita berdua saling tertarik." Ia tersenyum pada Tiffany, mengabaikan rasa panas yang dirasakannya di pipinya. Dia tahu wajahnya pasti memerah. Yang justru mengejutkannya, ia juga melihat rona merah muda mewarnai pipi Tiffany.
"Aku memang tertarik sama kamu, kok." Tiffany mengalihkan pandangannya dari Taeyeon, seolah ia mencoba menyembunyikan rona merah di pipinya.
"Kita sama dong kalau gitu." Taeyeon menyimpulkan. "Fany," ia memanggil perempuan yang lebih muda itu dan Tiffany menoleh. Taeyeon tersenyum dan mengulurkan tangannya ke arah Tiffany. "Mau gandengan tangan?"
Tiffany tidak mengatakan apa-apa, tetapi ia tersenyum dan menggenggam tangan Taeyeon. "Aku benar-benar mau kenal kamu, Taeyeon." Tiffany berkata dengan yakin. "Aku punya feeling kalau aku bakalan suka sama kamu." Dia menoleh ke arah Taeyeon dan tersenyum. "Aku kedengeran agresif nggak sekarang?"
Taeyeon terkekeh. "Nggak kok, kedengarannya seperti musik di telingaku." Ujarnya, sambil menerima pukulan pelan di lengannya. "Kenapa kau punya feeling seperti itu? Kita kan baru aja kenal beberapa jam yang lalu."
"Aku juga nggak ngerti." Tiffany menatap langit gelap di atas mereka. "Kita baru ketemu hari ini, tapi aku ngerasa nyaman bareng sama kamu." Ia mengayunkan tangan mereka yang saling bertautan. "Aku ngerasa nggak perlu pura-pura jadi orang lain." Ia menatap Taeyeon dan tersenyum lebar.
Taeyeon tersenyum melihat Tiffany yang tersenyum lebar. Ia merasa benar-benar perlu berterima kasih kepada Yuri karena telah menjodohkannya dengan Tiffany. Sejauh ini, waktu yang ia habiskan bersama Tiffany terasa menyenangkan. Ia tidak merasa Tiffany berpura-pura, ia juga merasa nyaman menjadi dirinya sendiri di dekat Tiffany. Tentu saja ada saat-saat ketika ia terpesona oleh daya tarik Tiffany, tetapi kenyamanan yang ia rasakan di dekat perempuan yang baru dikenalnya itu membuatnya mampu menjadi dirinya sendiri.
"Biar kita jelas di awal, ada yang mau aku tanyain ke kamu." kata Taeyeon.
"Tanya aja, Tae." jawab Tiffany.
"Aku nggak tahu Yuri ngasih tau mau atau nggak, tapi kalau aku setuju untuk nge-date, itu artinya aku benar-benar mau serius cari pacar." Dia tersenyum malu-malu. "Jadi, kalau kamu belum siap untuk pacaran serius, tolong kasih tau aku secepatnya."
"Bagus lah!" seru Tiffany, membuat Taeyeon terkejut dengan seruan tiba-tiba itu. "Aku juga bosan sama casual date dan orang-orang yang nyari hubungan tanpa status doang." Ia mendengus sebelum sekali lagi tersenyum lebar pada Taeyeon. "Kamu nggak tahu kan udah berapa lama aku nunggu orang yang mau diajak pacaran serius?"
Taeyeon tertawa mendengar jawaban yang tak terduga itu. "Jadi, kurang lebih sama, ya."
Tiffany mengangguk sebagai jawaban. "Sekarang aku udah boleh untuk kenal kamu lebih jauh?"
"Jadi apa yang kamu mau tahu tentang aku, Fany?" ujar Taeyeon bersemangat. Mereka mulai saling bertukar pertanyaan, dan senyum di wajah Taeyeon tak pernah pudar. Meskipun sebelumnya ia tak pernah percaya pada Sinterklas, kali ini ia memohon dalam hati kepada Sinterklas, supaya perempuan di sampingnya ini benar-benar merupakan hadiah Natal untuknya.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top