4 - Luar Angkasa

Oya, di sini harap fokus lebih ya, biar dapet feel-nya. Kalo perlu dengarkan musik yang sesuai (contohnya: Saturn by Sleeping At Least).


🔥🔥🔥


Ketenangan yang ditunjukkan Miss Je seperti menular dengan cepat kepada Nat. Ia tidak merasa perlu mencemaskan apa pun lagi, langsung meniru gaya diagonal yang dipertontonkan Miss Je di depannya.

Lima,

Empat,

Tiga,

Dua,

Percikan api persis seperti gesekan dua logam dengan permukaan bergerigi yang berputar searah, memberi semburan besar. Nat merasakan tubuhnya bagai berada dalam sauna, sambil menyaksikan Miss Je seperti benda langit yang akan meledak, api mengembang bulat besar bak ledakan bom. Ia sendiri juga mengalami hal serupa. Tetapi hanya tampilan saja, esensi mereka tetap utuh, tidak berubah meski seujung jari.

Ia telah mengekor Miss Je melampaui lapisan atmosfer terluar tanpa bergidik sama sekali. Gadis muda ini juga bersorak-dalam hati-karena telah berhasil menembus pelindung bumi itu, disambut pemandangan gelap ruang angkasa berhiaskan bintang gemintang.

Nat tidak bisa mengungkapkan rasa takjubnya dengan kata-kata. Berbagai keajaiban alam semesta yang pernah dilihatnya dari gambar-gambar digital, kini ia saksikan langsung dengan mata kepala.

"Kau pasti seorang gadis yang berpikiran terbuka."

"Eh?" Nat tidak menyadari, sejak tadi Miss Je tersenyum melihatnya yang sedang asik planga-plongo. "Maaf, Miss, aku tidak memperhatikanmu," ucapnya tersipu.

Miss Je begitu santai dengan tubuhnya yang mengapung di ruang hampa tanpa gravitasi. "Tidak apa. Nikmatilah apa yang kau lihat." Ia membuka lengannya sambil sedikit memutar badan.

Nat termangu sesaat tanpa menghilangkan binar di matanya. "Benar-benar lebih menakjubkan dari gambar tangkapan NASA."

Miss Je mengedikkan bahu. "Tentu saja. Pasti kau sudah membaca banyak tentang astronomi, bukan? Silahkan buktikan semua yang pernah kau baca."

"Tidak apa-apa, Miss? Apa tidak membuang banyak waktumu?" Nat sedikit tidak enak jika terlalu banyak maunya.

Miss Je menggeleng. "Tidak. Memang ini tujuanku. Membawamu pada jawaban-jawaban pertanyaanmu."

"Sungguh?" Nat menatap Miss Je dengan alis terangkat. Miss Je hanya memberi senyum dan anggukan mantap.

Nat mulai membiarkan matanya menjelajahi segala sisi. Ia tidak berhenti menggeleng, tidak pernah menduga akan sampai ke sini. Dalam hatinya, tak pernah terhenti melafal pujian kepada Sang Pencipta.

"Apa yang kau tahu tentang ruang angkasa ini?"

Nat sedang merentangkan tangan sambil memejam. Tubuhnya menggelinding, rambut panjangnya terurai tak jelas. "Mungkin banyak, Miss."

"Salah satunya?"

"Temperatur di sini seharusnya tidak stabil. Menurut yang kubaca, kalau tidak terlalu panas, pasti akan sangat dingin. Menurut NASA, di orbit bumi, suhunya bisa mencapai minus 121 derajat Celcius. Namun, di bagian yang terkena cahaya matahari, suhunya bisa mencapai 121 derajat Celcius. Tapi sayang," Nat menghela napas, "aku tidak bisa merasakannya."

Miss Je memiringkan wajah dengan tatapan menggoda. "Kau ingin merasakannya?"

Alis kiri Nat sontak terangkat. "Memangnya bisa?"

Tanpa baba-basi, Miss Je mengedikkan bahu, dan Nat langsung merasakan napasnya memberat. Aliran darahnya seolah mulai ringan. Namun, Nat tidak menyadari jika reaksi itu kemudian membuat tubuhnya membengkak. Ia segera melotot ke Miss Je yang sedang terkikik.

Nat tersengal setelah Miss Je melepaskannya dari manipulasi itu. Ia lantas menggeleng-gelengkan kepala, bukan tak percaya, tetapi dia benar-benar takjub dengan suasana angkasa.

"Apa yang kau rasakan, Nona Muda?" Miss Je sedang berusaha menghentikan tawanya. "Teori apa yang kau tahu tentang reaksi tubuhmu tadi."

Gadis belia itu masih berusaha mengatur kembali napasnya. "Aku belum bisa mengkritik sains. Kau membuatku rindu bermanja-manja dengan buku astronomi favoritku." Bola matanya berbinar.

"Tentu saja, Sayang. Kalau kau mau, aku akan memberimu semua buku yang kau mau. Kau butuh berapa? Ratusan? Ribuan? Jutaan? Miliaran? Triliunan? Atau lebih banyak dari itu?" Miss Je mengangkat lengannya. "Kau akan mendapatkannya."

Nat mengapung dengan posisi jungkir balik jika dilihat dari posisi Miss Je. "Benarkah? Kau tidak bercanda? Tapi ... aku akan mendapatkannya dari mana?"

Binar mata Nat yang semakin cemerlang, membuat Miss Je tersenyum gemas. "Kalau peristiwa sejak tadi siang sampai sekarang saja bisa terjadi padamu, apa susahnya kalau hanya untuk mendapatkan buku-buku. Apa lagi, buku adalah hal nyata."

Semua perkataan Miss Je, sebenarnya sangat mendesak rasa penasaran Nat untuk bertanya-tanya. Namun, Nat lebih memilih untuk tidak langsung menumpahkannya. Ia tidak mau kehilangan momen-momen menakjubkan yang akan diperlihatkan oleh Miss Je. Biarlah Miss Je yang perlahan membuka tabirnya.

Miss Je menelisik tatapan Nat kepadanya. "Kau gadis yang sangat cerdik, Sayang. Baiklah, aku akan menunjukkan semua yang kau inginkan." He! Apakah Miss Je bisa membaca pikiran Nat? Ya, betul. Namun, bukan membaca layaknya cara Tuhan mengetahui, melainkan membaca secara psikologis, Miss Je memperkirakan kemungkinan paling besar dari gerak-gerik Nat dan sebab akibat yang dilalui gadis itu hari ini.

"Pegang tanganku." Miss Je menyodorkan tangannya dan Nat menggenggamnya. "Pejamkan matamu."

Nat menuruti. Dalam matanya yang terpejam, ia malah tidak kehilangan penglihatannya. Ia melihat segala sesuatunya menjadi berbeda. Bukan lagi kegelapan, tetapi ruang tempatnya berdiri menjadi terhiasi panorama warna-warni, lengkap dengan gugusan bercahaya. Ada juga lingkaran dengan beragam warna. Cahaya meluncur di segala sisi seperti bintang berekor yang berseliweran. Pandangan matanya-bahkan-sedang menjangkau ke jutaan tahun lalu, dimana cahaya yang ia lihat mulai berjalan menuju matanya, ia merasa pandangannya melesat jauh tanpa batas.

"Ayo kita kembali." Miss Je mengambil kuda-kudanya, lalu melesat. Nat tidak membantah, karena turun ke bumi bukan berarti keseruan akan berakhir. Bisa saja Miss Je akan menunjukkan kejutan baru lagi.

Nat membelalak sempurna saat tabir misteri lainnya kembali terbuka. Rasa takjub bercampur ngeri saat ia melihat wujud-wujud aneh sedang beraktivitas layaknya manusia, mereka makan, minum, beranak-pinak, menggunakan teknologi yang lebih canggih dari yang digunakan manusia. Tidak salah lagi, ini kerajaan jin.

Miss Je tetap berada di dekatnya. Saat ini mereka sudah mengapung di atas hutan belakang EPHS (Elite Private High School). Ia melepas tangan Nat yang masih ternganga.

Ada apa gerangan Miss Je mengajakku ke sini? Apa tempat ini juga berhubungan dengan semua kejadian fantasi yang baru saja terjadi?

"Bagaimana perasaanmu?" Miss Je tersenyum, itu hanya pertanyaan basa-basi. Ia tahu Nat masih belum bisa memercayai kejadian ini dengan sempurna, alias masih merasa anomali. "Aku tahu kau gadis yang kuat. Harusnya kau sudah pingsan dari tadi. Mungkin kau benar-benar memahami dengan baik semua informasi yang kau dapatkan dari bacaanmu. Maka dari itu, kau tidak terlalu heran dengan banyak hal aneh. Mentalmu di atas rata-rata mental orang jenius di dunia ini."

Nat tertegun untuk yang kesekian kalinya, bagaimana bisa semua pernyataan Miss Je selalu benar? Dan, apakah kalimat itu lah jawabannya? "Jadi, semua yang menimpaku sejak tadi siang, hanya untuk membuktikan bahwa aku adalah gadis yang kuat?" Nat bertanya sambil menadahkan tangannya.

"Tepat sekali." Miss Je tetap santai dengan bersedekap.

"Tetapi buat apa?" Nat menatap Miss Je dengan penuh tanya, lalu memiringkan kepalanya. "Dan kau, siapa kau sebenarnya?" Ini bukan interogasi, bagaimana mungkin Nat berani menginterogasi makhluk misterius seperti Miss Je, walaupun dia berpembawaan lembut dan ramah. Nat hanya tak tahan ingin menumpahkan rasa penasarannya yang bertambah saat lengang seperti ini.

Miss Je malah terbahak menanggapi sikap Nat. "Baiklah. Semua pertanyaanmu akan terjawab. Sekarang," ia meraih telapak tangan Nat dan menggenggamnya, "pejamkan matamu."

Nat langsung memejam hingga segala sesuatunya menjadi gelap kembali.

"Sekarang buka matamu."

Nat membuka mata perlahan, semua yang terlihat menjadi normal kembali. Ia mendapati Miss Je tersenyum. "Tidak ada apa-apa lagi, Miss?"

"Kau baru melihat ke kaki langit. Kau belum melihat ke bawah kakimu," jawab Miss Je santai sambil mengangkat dagunya.

Tidak ada air tidak ada hujan, Nat tidak tahu kenapa tiba-tiba bulu kuduknya berdiri. Ketika ia melihat ke bawah, tubuhnya spontan saja terpelanting ke belakang. Ia benar-benar terkejut oleh kehadiran makhluk raksasa mengerikan ini. Penampilannya benar-benar asing, berupa perpaduan organ binatang terbuas dibumi. Siluetnya berupa manusia. Namun, pelipis sampai mata berupa elang, bermulut gurita raksasa, bergigi pemotong paus pembunuh, bertangan empat (dua harimau dan dua tangan elang), dan berkaki ostrich (burung onta). Makhluk itu layak disebut monster. Keadaannya sedang tertidur di tengah hutan ini. Apa ini makhluk misterius yang sering dibicarakan orang-orang?

"Kau tidak usah takut, Nat. Harusnya makhluk ini lah yang takut padamu."

"Ha?" Kali ini Nat tidak mengerti.

"Karena kau salah satu yang bisa menghentikannya."

Alis Nat sontak menaut dengan kepalanya yang dimiringkan. "Bisa kau jelaskan, Miss?"

Miss Je mengangguk. "Tapi nanti, ya. Kau akan melihatnya langsung. Sekarang, kau harus pulang untuk beristirahat." Miss Je kembali menjulurkan tangannya kepada Nat yang masih terduduk di udara. Nat menyambutnya, lalu gadis itu bangkit berdiri. Miss Je lantas membawanya melesat lagi.

Nat sebenarnya ingin memberontak karena jawaban atas pertanyaannya lagi-lagi ditunda, tetapi ia hanya meneguk ludah dan menuruti instruksi Miss Je begitu saja.

Sambil terbang dengan kecepatan lambat, Nat dapat melihat hari yang perlahan memudar, cahaya terang menjadi teduh. Transisi waktu dari siang menuju sore terjadi bersamaan dengan laju mereka menuju gedung asrama.

Miss Je belum melepaskan genggamannya. "Sekarang pejamkan matamu."

Ketika Nat memejamkan matanya, segala sesuatunya menjadi gelap kembali.

Miss Je lagi-lagi tersenyum melihat Nat, gadis yang sangat cerdas, tapi sangat mudah dipengaruhi-dalam artian berpikir positif, bukan bodoh. Mereka sudah tiba di atap asrama. Lubang sobekan tidak ada, mereka masih berada di masa lalu dengan waktu jam empat sore.

Miss Je mencipratkan tangannya ke langit. Seketika, langit menjadi lebih cepat memudar. Senja mulai muncul, lalu bertambah merah, menghitam, lantas menggelap sempurna, dilengkapi kilatan cahaya petir. Suara gemuruh menggelegar di angkasa. Hujan turun mengguyur Kota Saskatoon setelahnya. Atap gedung asrama tersobek perlahan sampai tersisa persis seperti sebelum Nat meninggalkan Mag yang masih merintih di sisi ranjang tidurnya.

Miss Je membawa Nat yang masih memejam menuju ranjangnya. "Buka matamu."

Nat lantas membuka mata. Ia merasa lega bisa melihat sahabat tercintanya kembali meski harus bersedih karena Mag sedang menangis. Ia membalas lambaian Miss Je yang melambai sambil mengudara menembus lubang sobekan di atap. Lalu sobekan itu perlahan mengecil sampai hilang. Nat merebahkan diri ke dalam raganya. Ia langsung terlelap setelah itu. Kelelahan membuatnya tak sadarkan diri sampai besok pagi.

🔥🔥🔥

Alhamdulillah bisa update lagi. Ada yang nungguin, kah? Ada?! Uh, maaciiw, whehe.

Oya, aku selalu terbuka untuk kritikan. Jangan pernah sungkan untuk memberikan komentar.

Eh, jangan lupa juga ngasih voment ya, share juga ke teman dan saudara, biar makin banyak penikmat fantasi, juga biar mereka betah #dirumahaja. Hehe

See you 👋👋👋

Setor buat kost famts_writer

Mamih vee_corvield

Ummih Beelzebell_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top