17 - Seperti Puing-puing yang Berserak

Kesempatan kecil itu gagal mereka manfaatkan, karena Sposefik sudah menyadari keberadaan mereka. Makhluk itu langsung menjulurkan mulut guritanya, seketika petir yang keluar dari belalai menyambar gelembung yang melindungi Nat dan kawan-kawan. Amber telah dengan sigap menciptakan gelembung itu.

"Kita harus berpencar dulu," ujar Van. Mereka semua sedang memasang kuda-kuda di udara.

Sposefik melemparkan bola api dengan lesatan secepat sniper dan Van dengan cepat meledakkan diri menjadi debu saat bola api sejengkal lagi mengenai dirinya. Bola api itu tembus ke langit gelembung dan membuat kobaran merah menyala di seluruh sisi.

"PANAAAS!" jerit Ali yang juga merasakan radiasinya.

Nat mengatur napas, lalu ia mengayun tangan ke atas hingga. Gelombang air dari sungai terdekat menyembur ke atas. Gelembung pelindung kembali jernih.

Sang Monster baru memulai aksi kecil. Kini kaki burung ontanya memasang kuda-kuda, lalu meloncat ke arah Amber dan dengan seketika mencakar cepat. Ali melesatkan api dan Van dengan berondongan bola tanahnya saat monster bergerak, tetapi tidak mengenai sasaran karena laju sang monster melebihi cahaya. Amber terlempar ke dinding gelembung raksasa tanpa terluka sedikit pun, karena ia telah menciptakan gelembung baru untuk melindungi diri. Monster itu mendengkus kesal, dua pasang tangan harimau dan elang gagal melukai musuhnya.

"Jangan lengah, Amber! Serangannya sangat cepat!" Nat berbicara terburu-buru sambil kembali bersiap-siap dengan kejutan berikutnya.

Amber mengangguk, tangannya tak pernah berhenti berkacak. Dia menciptakan berlapis-lapis gelombang, mengingat demage dari dua serangan pertama di luar perkiraan-terlampau kuat.

Sposefik tidak terlihat seperti raksasa, gerakannya begitu lincah. Meski tingginya 50 meter dan gesturnya gempal, ia mampu berlari begitu cepat. Setelah kegagalan sebelumnya, secara tak terduga ia melesat dan berhasil mencakar kelima anak muda satu per satu sebelum sempat mereka menyadarinya.

Mereka terlempar seperti puing-puing yang berserak, menghantam dinding gelembung lalu terjatuh ke tanah. Amber mengalami batuk darah pertamanya.

"Amber!" seru Nat saat melihat darah yang keluar dari mulut si gadis gagap.

Amber mengangkat sebelah tangannya, satu lagi menopang tubuh di tanah. "Aku baik-baik saja."

Sementara itu tiga pendekar laki-laki kembali menghadang Sposefik dengan kekuatanya.

Nat memegang lengan Amber, segera menyalurkan tenaga untuknya, karena dia memegang peran kunci dalam menghadapi Sposefik.

***

Pertarungan hidup mati antara lima siswa EPHS itu dan Sposefik kian sengit. Semua energi positif mereka kerahkan, bersatu untuk menghalau dan menghindar dari serangan-serangan sang monster, kadang berubah menjadi elemen masing-masing. Tidak ada serangan mereka yang berarti bagi monster, merekalah yang pontang panting menghindar dan memblokir serangan multi elemen monster itu.

Petaka terjadi. Serangan monster yang terakhir dielak malah menghancurkan ruang penghalang ciptaan Amber dan merusak alam di sekelilingnya. Amber langsung membuat gelembung baru.

Empat lainnya kembali menghadang Sposefik agar tak sempat memporak-porandakan alam sekitar, walaupun ini di dimensi enam. Tidak hanya melawan monster, mereka juga harus melindungi Amber, karena dia adalah kunci untuk kembali ke masa sekarang. Gadis itu juga memiliki fisik paling lemah.

Monster itu tidak kompromi sama sekali. Kekuatannya tidak pernah berkurang. Terus mengepung dengan segala kehebatannya sampai para lawan memuntahkan darah berkali-kali. Nyawa mereka di ujung tanduk.

"Kita harus segera menemukan kelemahannya," ucap Nat yang sudah menangkup di tanah hutan-masa ini belum selebat 2023. Hanya lesatan api-wujud Ali-yang masih sibuk menyita perhatian Sposefik dengan berputar-putar mengelilinginya. Atas komando Van, ia tidak menyerang lagi, cukup menghindari serangannya saja. Kekuatan harus digunakan sehemat mungkin, lantaran mereka juga perlu menyuplai untuk Amber. Gadis gagap itu semakin lemah.

Andres dan Van masih tergeletak di tempat berbeda. Darah mengalir dari sudut bibir keduanya. Tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Nyawa mereka diujung tanduk. Pohon-pohon hangus dan tumbang di sekitar. Kubangan ada di mana-mana.

"Amber!" Nat tiba-tiba berseru kepada Amber yang langsung menoleh. "Kau harus kembali ke masa kit-" Ia menjeda bicaranya. Memegang kepala karena memikirkan sesuatu. "Jangan ke masa kita. Cukup di antara masa ini dan masa kita saja. Kembalikan energimu di sana."

"T-tapi, kalian bagai-mana?"

Nat menggeleng. "Percayalah dengan perkataanku! Lakukan apa yang semestinya kaulakukan!" Ia lalu mengangguk, meyakinkan Amber.

Si gagap pun menjulur tangan ke langit, menambah kekuatan gelembung pengurung sebelum meninggalkan dimensi dan masa ini.

***

"Sepertinya, Anda harus dirawat beberapa hari." Seorang dokter laki-laki sedang menyentuh dada Amber dengan alat berkeping, memeriksa jantung.

Amber terperangah, seolah berkata "Apa?!"

"Kondisi jantung Anda sangat lemah. Anda bisa tumbang jika memaksa untuk pulang. Lebih fatal lagi ... Anda berpotensi gagal jantung." Dokter berkata serius. Amber menelan salivanya. Beberapa saat hening sebelum dokter pergi dari ruang itu.

Amber merasa tidak bisa biarkan dirinya berlama-lama di sana, mengingat teman-temannya sedang menghadapi monster di masa lalu. Ia segera kabur dari rumah sakit dan kembali ke masa lalu, sebelumnya ia tidak lupa menghapus ingatan sang dokter tentang keadaannya hingga dokter itu mengalami sedikit epilepsi.

Tapi tunggu dulu. Amber sempat bertemu dengan dirinya sendiri dan teman-temannya di masa itu saat ia kembali ke hutan sekolah. Ia harus menyelinap agar tidak ada yang curiga dan membuat heboh. Berusaha menjaga kestabilan diri sebisa mungkin agar tidak kembali mengalami epilepsy atau sakit kepala yang bisa berujung koma.

Sementara Ali, Andres, Nat dan Van pontang-panting melawan monster purba di masa lalu itu. Petir, api, bisa ular king kobra; kalajengking; sebagainya, Sposefik memiliki segala racun mematikan untuk melumpuhkan lawannya. Keempat anak muda terkena berkali-kali, meski selalu mengelak secepat mungkin, kadang berubah wujud.

Semburan pecahan es yang begitu dingin pada akhirnya menjatuhkan Ali. Ia memuntahkan darah untuk yang kesekian kali. Jika saja mereka tak diberi kekuatan super dari buku itu, sudah pasti mereka mati sejak tadi.

"He! Banci!" Andres sengaja memanggil dengan sebutan kasar supaya Ali terpancing dan berusaha bangkit. Tetapi, ia tidak tahu jika temannya itu ... nyawanya sudah di ujung tanduk. Limit kehidupan telah tiba pada sisa-sisa terakhir.

"Ali!" Van-yang biasanya kaku-pun spontan ikut berteriak. Lalu mengikuti Nat meluncur menuju Ali yang sedang tergeletak di tanah. Hanya tersisa Andres yang melesat ke sana kemari bagai peluru, demi membuat Sposefik sibuk meladeninya dan tidak sempat merusak alam atau menyerang temannya.

"Ali!" Nat langsung menguncang bahu Ali yang sudah tak bergerak lagi. Lengannya terbuka. Kakinya sedikit mengakang. Van roboh menelentang di samping Ali. Bajunya koyak di mana-mana.

Ali benar-benar tidak bergerak lagi.

"ALIII!!!" pekik Nat tidak percaya.

famts_writer

vee_corvield

Beelzebell_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top