Part. 8 | 40DWW 🪄
Setelah kejadian itu Neza menginap dan tinggal bersama Arda. Selama itu ia hanya pergi berbelanja, balap motor bersama dan club malam. Dalam dua hari gadis penyihir itu memikirkan tugas yang diberikan dari Wyla—Ibunya. Mungkin ini akan menjadi tugas terakhirnya untuk menyelamatkan Ayahnya dan sebelum kembali ke dunianya yang seharusnya. Neza harap ini menjadi pilihan yang benar.
Sebuah motor sport berwarna hitam, membelah beberapa siswa siswi yang tengah berjalan menuju kelas. Dengan jaket kulit hitam, Neza melajukan motornya ke area parkiran motor. Seragam putih abu-abu dengan dasi panjang, Neza sedikit mengubah seragam itu agar pas dengan tubuhnya.
Seluruh pasang mata yang melewati area parkiran motor, hanya menuju pada gadis dengan rambut ombre abu-abu itu. Bahkan karena terlalu fokus dengannya ada yang sampai terjatuh.
Neza melihat sekeliling sekolah itu. “Ck, kaya nggak pernah liat orang cantik. Mana lagi tuh manusia?”
Dengan memakai ransel warna hitam berukuran kecil. Neza mulai melangkahkan kakinya memasuki koridor. Sejujurnya ia tidak tahu harus ke mana, Neza hanya tahu ia harus mencari laki-laki bernama Jericho itu.
Tidak ingin menunggu lama dan sedikit tidak nyaman karena menjadi pusat perhatian. Neza menuju ke kantin yang berada di lantai dasar. Saat baru saja ia sampai tiba-tiba seseorang terjatuh tepat di hadapannya, wajahnya sudah babak belur dan luka di ujung bibirnya.
“Bangsat! Cupu sialan, maksud lo apa?!” teriak siswa laki-laki pada seorang yang terjatuh tadi. “Lo mau minta bantuan? Lo pikir ada yang mau bantuin lo?!”
Neza yang melihat wajah laki-laki yang terjatuh itu langsung teringat dengan foto yang diberikan Ibunya.
“Siapa nama lo?” tanya Neza saat laki-laki itu hendak berdiri.
“Jericho, panggilannya Cho,” ujar laki-laki itu tersenyum. “Loh, kakak yang waktu itu?”
“Siapa yang buat lo gini?” tanya Neza. “Dia?” menunjuk pada segerombol laki-laki yang berkumpul tepat di hadapan mereka. “Oh, pasti yang depan ini kan?”
Laki-laki yang memukul dan menendang Cho itu ialah kakak kelasnya yang bernama Rion, anak pemilik yayasan sekolah yang terkenal dengan kenakalan sekaligus kepintarannya.
“Lo anak baru? Mendingan minggir! Ini bukan urusan lo,” ucap Rion.
Neza tersenyum miring, menarik tangan Cho agar berada di belakangnya.
“Dia punya gue sekarang. Urusan dia, urusan gue juga, Rion,” tutur Neza mendekati laki-laki itu.
“Gue nggak bisa kasar sama cewe cantik kaya lo,” balas Rion menatap Neza dari atas sampai bawah.
“Lo jangan bikin gue berubah pikiran. Gue nggak pandang umur dan gender.”
“Apa kita pernah ketemu sebelumnya?”
“Gue terlalu banyak ketemu laki-laki dan model kaya lo itu udah kaya sampah, banyak banget.”
“Bibir lo cantik tapi omongan lo jauh dari kata cantik.”
“Sekarang minggir!”
Rion terkekeh kecil, menarik tangan Neza mendekatinya dan berbisik.
“Lo mau minggir sekarang atau gue paksa?”
Neza melepaskan pegangan Rion dan dengan cepat menarik kerah baju laki-laki itu, satu tangan lain memegang lehernya.
“Gue keliatan penakut? Lo bukan apa-apa buat gue,” ucap Neza pelan dengan jarak mereka yang sangat dekat.
Sejenak Rion memandangi wajah indah milik anak baru yang belum dia ketahui namanya itu. Laki-laki itu hanya tersenyum tipis, sembari memperhatikan bibir merah milik gadis itu.
Neza mendorong tubuh Rion keras hingga membuat laki-laki terjatuh. Kemudian menoleh ke belakang.
“Cho, lo ikut gue.” Neza langsung menarik lengan baju Cho dan pergi meninggalkan kantin.
Gadis itu menarik Cho jauh dan sampailah mereka di ruang UKS.
“Sekarang lo duduk di sini. Tutup mata lo,” perintah Neza yang terduduk di sebelah Cho di pinggir ranjang itu.
“Kenapa Cho harus tutup mata? Kita mau main?” tanya Cho polos sembari memegang boneka sapi yang berukuran kecil.
“Diem, jangan banyak omong. Lo mau gue sembuhin nggak?”
Cho mengangguk cepat dengan senyuman lebarnya. “Tapi nggak di suntik gitu kan? Cho takut soalnya.”
Tidak berniat membalas perkataan Cho. Neza langsung menutup mata laki-laki itu dengan telapak tangannya. Sebelum memakai sihirnya, Neza harus memastikan tidak ada yang melihatnya. Setelah selesai, sebelah tangan Neza mengeluarkan asap hitam dari telapak tangannya dan mengarah ke luka di wajahnya.
“Gue tau, lo ngintip. Kalo lo ngintip lagi, gue bikin tambah sakit,” ujar Neza.
Cho tersenyum tipis. “Maaf, Kak Princess.”
“Udah selesai.”
“Eh, udah Kak?” Cho menggerakkan mulutnya ke kiri dan kanan. “Udah nggak sakit, Kak. Obatin pake apa, Kak?”
Neza bangkit berdiri. “Nggak penting pake apa. Beneran udah nggak sakit? Kalo masih bilang gue.”
Cho menggeleng kecil. “Udah nggak sakit sama sekali. Cho jadi tenang, soalnya kalo Cho pulang muka luka gini. Nanti dipukul Ayah.”
“Putra maksud lo?”
“Iya betul, Kak. Itu Ayah Cho.”
Neza melipat tangan depan dada. “Sekarang ada gue, lo nggak bakal dipukul tuh manusia.”
“Ini beneran kakak cantik yang waktu itu, kan? Aslinya kakak emang cantik ya. Moo aja sampe terpesona,” ucap Cho sembari memperlihatkan boneka sapi kecil itu. “Kakak inget Cho, kan yang waktu itu kita ketemu?”
“Gue nggak inget, buat apa juga.”
“Iya juga, sih. Nama Kak Princess siapa?”
Neza mengulurkan tangannya. “Gue Neza, sepupu lo sekaligus penjaga lo.”
“Sepupu? Cho nggak tau, punya sepupu.”
Neza memutar bola matanya. “Gue ponakan Angel, Ibu tiri lo.”
“Oh, iya Cho paham. Hm, Cho panggil Kak Prin aja boleh?”
“Bebas, asal jangan panggil gue jelek atau cupu.”
“Kak Prin, cantik kok.”
Neza mendekati Cho dengan tatapan tajam dengan tangan yang masih dilipat dengan dada. “Siapa Rion? Dia yang bully lo? Siapa lagi selain dia?”
“E-eh, Kak Prin ngomongnya terlalu deket. Cho bisa denger, kok.” Cho mendorong Neza sedikit agar menjauh.
“Jadi, siapa aja?”
“Nggak bully, kok. Emang Cho nya yang salah gara-gara numpahin jus ke bajunya.”
“Stupid, dia itu bully lo. Jus tumpah itu sengaja biar ada bahan mukul aja. Lo itu kenapa lemah banget, sih?”
Cho menunduk sedikit. “Maaf, Kak. Tapi itu nggak sengaja, kok. Cho aja nggak liat pas jalan.”
“Terus dia apain lo lagi selain yang ini?”
Laki-laki bernama Cho itu menengadah sedikit terdiam sejenak. Kemudian menggeleng pelan. “Nggak—“
“Lo mau jujur sendiri atau gue hajar Rion dan buat dia ngaku?” Neza mendekati Cho hingga mengikis jarak antara mereka. Gadis itu menatap Cho dengan tajam. “Jawab gue.”
Cho memundurkan tubuhnya perlahan agar menjauh dari gadis itu. Sungguh laki-laki takut bagian depan Neza menabrak dirinya. Cho itu ingat betul perkataan sang Ibu, laki-lakilah yang seharusnya melindungi perempuan dan pandangannya.
Cho yang berusaha untuk menjauh, Neza justru semakin mendekatkan wajahnya, bahkan sepertinya Cho bisa merasakan napas gadis cantik dan seksi itu.
“K-kak Prin, Cho....”
“Kenapa?”
“Kakak jangan pakai ketat begini—“
“Kenapa? Lo suka liat gue, kan?”
“Kak Prin keliatan aneh, kalo pake seragam begitu.”
“Hah?” mulut gadis itu terbuka setengah dan perlahan memundurkan tubuhnya.
Sialan! Emang nih seragam jelek!
Neza yang sibuk memeriksa seragamnya, tidak tahu jika Cho pelan-pelan turun dari ranjang dan berlari keluar UKS.
“Tuh anak mana? Sialan! gue ditinggal.” Buru-buru Neza merapikan rambut dan ranselnya dan mencari Cho.
Saat keluar ruang UKS tidak sengaja Neza menabrak seorang gadis dengan rambut dikepang dua.
Bhak.
“Awh,” ringis gadis kepang dua itu.
Neza langsung berlari tanpa mengatakan apapun. “Siapa dia?”
Tbc.
Makasiii yg sudah mampir baca, jangan lupa vote, komen dan share yaaa (。•̀ᴗ-)✧
Neza
Cho
Rion
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top