Part. 7 | 40DWW 🪄
Terpa angin malam begitu kencang, menghantam kaca helm full face hitam pekat itu. Bekas tanda yang tertinggal di lehernya terasa panas juga perih. Entah hanya perasaan Neza atau memang tanda yang diberikan itu mengisap energinya. Gadis itu menurunkan kecepatan motornya.
Satu tangan memegang setang motor dan satunya membuka kaca helm. Tanpa disadari bulir-bulir air mata mengalir. Neza menelan laju motornya dan berhenti di sebelah taman. Ia membuka helm dengan kasar dan di letakkan di depannya.
Isak tangisnya mulai terdengar.
Hiks.
Hiks.
"A-ayah, sakit. Sakit banget," rintih Neza.
Gadis itu mengusap kasar air matanya. Neza benar-benar tidak mengerti dengan jalan hidupnya sekarang. Sang Ibu yang menyingkirkannya setelah tugas yang dikatakan tadi. Seharusnya ia mengikuti Ayah bukan wanita penyihir yang berusaha membunuh anaknya sendiri.
Hidupnya sekarang seperti lelucon bodoh. Setelah sekian lama hidup kenapa Neza baru tahu, jika Wyla hanya ingin memanfaatkan dirinya untuk menambah energinya saja.
Gadis itu tersenyum tipis, membayangkan kebodohan yang dilakukannya selama ini.
"Ck, gue terlalu percaya sama Wyla. Sialan! Gue benci Wyla! Dia sama sekali nggak sayang sama gue."
Neza menyugar rambutnya, menghapus air matanya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Jika tahu begini saat itu Neza ikut dengannya Ayahnya.
Sepuluh tahun berlalu sejak kejadian itu terjadi. Keluarga hangat yang terkenal di lingkungan itu hancur lebur. Satu orang egois dan yang ketahuan selingkuh, membawanya pergi hingga sekarang. Memberikan kutukan pada Ayahnya hingga koma sampai sekarang.
Neza yang baru tahu lima tahun lalu, berusaha mencari obatnya dalam buku obat turun temurun. Namun, Neza belum bisa karena harus menggunakan sihir dari penyihir tingkat tinggi seperti ibunya. Wyla juga memberikan tanda gelang pada tangan agar tidak mendekati Ayahnya yang membuatnya kesakitan saat mendekati Ayahnya dalam jarak lima meter.
Tepat umur lima tahun, pada lima tahun lalu. Neza baru mengetahui keberadaan Ayah dan Neneknya di desa terpencil yang sangat jauh. Bahkan rumah sakit dan rumah sangat jauh. Entah, apa yang dipikirkan Wyla sang Ibu hingga tega membuat dirinya dan sang Ayah tersiksa.
Setelah sempat berhenti sebentar Neza kembali memakai helm, melaju ke apartemen Arda di kawasan elit Jakarta. Gadis yang suka dengan uang dan kehidupannya glamornya menjadi sahabat bagi Neza sejak beberapa tahun lalu, sejak pindahnya Neza ke Jakarta.
"Arda," panggil Neza.
Seorang gadis yang tengah terduduk di sofa sembari memakan buah itu terkejut, hingga membuat maskernya retak.
"Anjir, kaget gue Neza. Suka banget lo kagetin gue."
"Lo nggak ganti passwordnya? Untung cuma gue yang tau."
Neza langsung merebahkan tubuhnya di sofa sebelah Arda.
"Leher lo kenapa? Tanda ini-"
"Wyla, siapa lagi kalo bukan dia?"
Arda langsung memiringkan tubuhnya mengecek keadaan Neza. "Nez, lo nggak apa-apa? Lo keliatan pucat."
Neza menghela napas panjang. "Gue mau minum."
"Sinting ya lo? Muka pucet gini. Yang ada kita diusir."
Neza mengubah posisi menjadi tidur dan meletakkan kakinya di depan Arda.
"Si Wyla bener-bener penyihir paling jahat. Sialan, gue dimanfaatin selama ini, Da. Begonya gue ikut aja."
Arda memukul kaki Neza hingga membuatnya mengadu kesakitan. "Gitu-gitu Ibu lo ya."
Neza kembali terduduk. "Da, ayah gue ngga tau udah mati atau nggak. Mami gue selalu bilang bakal bantu, nyatanya enggak. Lima taun udah berlalu, Da. Gue takut Ayah gue-"
Arda menepuk pelan bahu Neza. "Ayah lo bakal baik-baik aja."
"Dan sekarang si Wyla itu malah maksa gue buat jagain manusia lemah itu. Dia bilang buat yang terakhir dan bakal bantu gue. Lebih baik gue ke penyihir-"
"Neza lo jangan gila! Lo nggak tau betapa liciknya tuh nenek-nenek?"
"Gue tau, tapi itu bisa cadangan. Kalau Wyla nggak mau bantuin gue."
Arda menyuap Neza dengan potongan buah. "Makan dulu, nih. Masih banyak jalan, Nez. Rencana lo emang selalu bahaya."
"Pusing, sialan. Gue mau minum aja."
"Wait, maksudnya tugas jagain manusia itu apaan? Coba lo lakuin dulu, kalo emang Mami lo boong lagi. Kita ke nenek gue."
Neza menyugar rambutnya, menghela napas panjang. "Gue pikir-pikir lagi."
Arda mematikan televisi itu, sembari memakan potongan buah pir. "Neza, sahabatku yang paling cantik. Mungkin ini kesempatan terakhir lo. Gue tau kita nggak menua, tapi Ayah lo dia kuburu mati Nez."
***
Cahaya warna warni menyinari seisi ruangan itu bergerak-gerak, dentuman musik begitu kencang. Banyak orang melepaskan penat hari ini datang dan menghibur diri pada tempat ini. Seperti biasa dance floor selalu penuh dengan DJ yang setia memutar musik.
Neza dan Arda memutuskan untuk pergi ke salah satu club malam terkenal di daerah Jakarta. Setelah open table dua gadis itu memesan minuman favoritnya. Memiliki aura cantik yang berbeda dari gadis biasanya, Neza dan Arda terkadang menjadi sasaran empuk para lelaki buaya.
Namun, hal itu tidak pernah terjadi Neza dan Arda tidak mudah mabuk. Makanan dan minuman yang mereka konsumsi sudah diberikan cairan berisi mantra. Penyihir dapur seperti mereka tidak bisa mengkonsumsi makanan seperti layaknya manusia, jika dipaksakan mereka akan kekurangan energi dan paling bahaya bisa mati menjadi abu karena terlalu kering.
Dengan dress hitam pendek Neza dan Arda mulai meneguk minuman beralkohol di gelas kristal kecil itu.
"Minum emang paling enak kalo lagi stres gini ya nggak, Nez?" ujar Arda setelah meneguk gelas keempat. "Gue ke dance floor bentar. Tas gue jagain."
Neza mengangguk kecil. Sembari menuangkan alkohol ke dalam gelasnya hingga penuh.
Tiba-tiba salah seorang laki-laki menghampirinya dan meletakkan segelas alkohol di depan Neza. Tanpa izin langsung terduduk di sebelahnya.
"Cantik, bener kata orang," tutur laki-laki itu menoleh pada Neza yang sedikit terkena cahaya. "Padahal remang gini, tapi tetap cantik."
Neza tidak menjauh dari laki-laki itu, ia mendecak kecil. Fokus minum dan menghabiskan satu botol itu.
"Kuat juga lo minum. Mau minum bareng?" tanya laki-laki itu tersenyum tipis. "Gue yang bayar."
Neza meletakan gelas di atas meja. Kemudian menoleh pada laki-laki itu.
"Lo mau taruhan?"
Laki-laki itu tersenyum tipis. "Taruhan apa cantik?"
"Minum dua botol whiskey?"
"Yang besar atau kecil?"
Neza mendekati laki-laki itu dan berbisik dekat telinganya dengan suara lembut.
"Bebas, sekuat lo. Kalo lo menang, gue kabulkan satu permintaan lo apapun itu."
Laki-laki itu menarik pinggang Neza, kemudian berbisik. "Jangan tarik janji lo, cantik."
Neza tersenyum miring. Kemudian gadis itu menyalakan pemantik untuk memanggil pelayan. Setelah beberapa menit seorang pelayan datang dengan dua botol whiskey dan dua gelas.
Laki-laki itu menuangkan untuk Neza hingga penuh. "Silakan, cantik."
"Thanks." Neza meminumnya hingga habis.
Diikuti dengan laki-laki itu minum. "Jadi, manis karna ada lo, Richelle."
"Richelle?"
"Arda, pacar temen gue. Nggak usah kaget, cantik."
"Ck, nggak kaget."
Laki-laki itu kembali menuangkan untuk Neza. "Gue tau, lo nggak akan nolak gue. Kenapa lo nolak semua temen gue?"
"Mau tau banget?"
"Gue nggak akan maksa lo."
Neza meneguk habis gelas itu. "Nggak ada alasan."
Laki-laki itu terkekeh kecil, sebelum menuangkan kembali alkohol itu ke gelasnya. "Gue suka."
Neza yang fokus dengan minum, tidak lama botol kedua sisa sedikit. Berbeda dengan laki-laki itu yang mulai mabuk saat memasuki botol kedua yang tersisa setengah.
"Gue kalah, apa permintaan lo?" tanya laki-laki itu sembari memandangi wajah Neza yang tidak terlihat mabuk sama sekali.
"Belum ada, nanti gue kasi tau."
Tbc.
Makasii yg udah mampir baca, jangan lupa vote komen dan share. Biar aku rajin up yaaaa 🤭😂
Neza
Arda
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top