Part. 32 | 40DWW 🪄

Cho sudah siap dengan kaos hitam dibalut jaket dengan warna senada. Sembari membawa helm full face. Lelaki itu terduduk di motor menunggu Neza.

“Cho,” panggil Neza saat membuka pintu. Neza memakai kaos hitam dengan model sedikit terbuka di bagian punggung. “Lo jadi keren, Cho.”

Cho tersenyum tipis. “Prin, nggak kedinginan?” tanya Cho menuruni motornya mendekati Neza.

Neza menggeleng cepat, lalu memakaikan helm miliknya. “Nggak, sapi. Santai aja.”

“Prin, Cho khawatir nanti Prin masuk angin.”

“Kalo gue sakit kan ada lo yang sembuhin gue. Dari awal kita ketemu gue selalu sembuhin lo, sekarang gantian, dong,” canda Neza terkekeh kecil.

“Prin, jangan ngomong gitu. Nanti sakit beneran.”

“Udah diem. Ayo jalan sekarang. Kita night ride aja abis itu ke cafe.”

“Jangan pulang malam ya Prin.”

“Iya-iya, sapiku.”

Neza menuju motor sportnya, diikuti dengan Cho yang menaiki motor sport yang dibelikan Neza saat itu. Keduanya menyalakan mesin motor masing-masing.

Melihat Neza yang sudah melajukan motornya. Cho mengikuti Neza dari belakang. Beruntunglah Cho tinggal di kawasan elit, jadi jam berapa selalu terasa sepi. Hanya ada beberapa mobil yang melewatinya.

Keluar dari kawasan elit Neza dan Cho memasuki jalan raya besar yang cukup sepi. Neza langsung menancap gas begitu kencang, Cho yang khawatir sontak mengikuti Neza dan menyamakan kecepatan motor Neza.
Setelah beberapa menit dua motor itu saling mengejar. Neza mulai menurunkan kecepatan motornya dan sedikit menepi. Kemudian membuka kaca helmnya.

“Sapi, lo keren juga bawa motornya,” ucap Neza sedikit teriak.

Cho membuka kaca helm. “Princess jangan kencang-kencang. Bahaya.”
Neza terkekeh geli dari balik helm. “Lo yang hati-hati. Jangan ikut gue ke arah yang nggak bener.”

“Maksud Prin apa?” tanya Cho.
Neza pun memberhentikan motornya dekat dengan tempat duduk pinggir jalan. “Nggak ada maksud apa-apa, Cho.”

Cho ikut memberhentikan motornya di depan Neza. Buru-buru Cho turun dan menghampiri Neza dengan raut wajah sedikit khawatir.

“Prin, nggak apa-apa, kan? Nggak kedinginan juga, kan?” tanya Cho memegang pundak Neza.

Neza meraih sebelah tangan Cho.
“Tangan lo dingin. Lo takut ya?”

“Iya, Cho takut Neza kenapa-napa. Apa lagi tadi ada mobil yang tiba-tiba berhenti. Prin, bener-bener nggak apa-apa, kan?”

“Gue mesti gimana biar lo percaya, kalo gue nggak apa-apa.”

“Prin—“

Neza menarik tangan Cho dan memeluknya erat. Neza melingkari pinggang Cho dan laki-laki hanya terdiam membeku. Saat ini pipi sudah meriam untunglah Cho masih memakai helm.

“Gimana sekarang? Udah nggak takut, kan?”

“Cho, seneng.”

“Seneng gue peluk?”

“Bu-bukan itu. Maksudnya seneng Princess nggak apa-apa.”

Lagi-lagi Neza dibuat gemas dengan tingkah lucu Cho. Gadis itu memandangi wajah Cho yang sudah merah merona karena malu itu. Entah, kenapa Neza tiba-tiba merasa sedih. Walaupun Cho menyukainya pada akhirnya mereka tidak akan bisa bersama. Karena Ratu penyihir hitam sudah tidak memperbolehkan penyihir menikah dengan manusia.

Entah, bagaimana nanti akhirnya. Neza hanya berharap bisa mengabulkan semua keinginan Cho dan dirinya pun bisa bertemu dengan sang Ayah. Ini semua untuk kebahagiaan mereka berdua.

Neza menarik tangan Cho dan memeluknya erat untuk kedua kalinya. Kali ini Neza membenamkan wajahnya dalam dada Cho. Rasanya bahagia sekaligus sedih. Tapi, Neza tidak berbuat banyak.

Cho menepuk pelan punggung Neza dan mengusap belakang rambut sepupunya itu. “Princess, kenapa?”

“Jangan lepas dulu,” ucap Neza.

Cho mengangguk paham dan membiarkan Neza memeluknya. Angin malam ini begitu kencang, Cho langsung menarik jaketnya agar sedikit menutup badan Neza.

“Prin, pasti kedinginan, kan? Cho buka jaket dulu ya?”

“Nggak dingin, sapi. Gue peluk lo udah anget, kok.”

“Prin.”

“Nggak usah salting. Gue tau lo lagi malu, kan? Nggak apa-apa.”

“Ng-nggak, kok. Cho nggak lagi salting. Biasa aja.”

Neza melonggarkan pelukannya, seraya menatap Cho. “Tapi, jantung lo sampe mau pecah gini.”

Tidak ada yang bisa disebut bahagia saat bersama Bunda dan Neza. Sejak bertemu dengan Neza saat itu, awalnya Cho sedikit takut dengan gadis cantik itu. Bukan karena kecantikannya hanya saja Cho merasa aura Neza sangat berbeda dengan manusia pada umumnya.

Gadis cantik yang adalah sepupunya sendiri. Rasa kenyamanan itu muncul, ketika Neza memberikan perhatian untuknya. Gadis itu punya cara sendiri untuk memberikan perhatian pada Cho.

“Cho, jangan suka sama gue.”

“Maksudnya Prin?”

“Apapun perasaan yang lo rasa buat gue. Hapus perasaan itu. Jangan buat hati lo sakit.”

“Prin tahu perasaan Cho?”

“Apapun tentang lo, gue tau Cho. Perasaan suka atau lo tertarik sama gue, gue mohon hapus aja. Karena gue juga punya perasaan yang sama.”

“Prin.”

“Ayo kita ke cafe sebentar.” Neza menuju motornya.

***

Malam ini Neza dan Cho menghabiskan waktu bersama. Makan malam bersama, night ride dan berjalan di Mall sebentar. Entah, akan terjadi apa setelah ini. Tapi, Neza hanya berharap apa yang terjad hari ini, Cho tidak pernah melupakan itu. Bahkan jika Neza pergi nanti.

“Prin, Cho masih mau bareng-bareng sama Prin lagi,” ujar Cho manja seraya menarik tangan Neza. “Cho, nggak akan lupa apa yang terjadi malam ini.”

“Ada saatnya lo harus melupakan apa yang bakal jadi penyebab lo sakit hati, Cho.”

“Cho, mau peluk boleh?”

Neza mengangguk kecil. Cho memeluk pinggang Neza erat.

“Makasih, Princess. Cho seneng banget hari ini.”

“Iya, sapi. Udah sekarang masuk kamar.”

“Iya, Prin juga.” Cho melepaskan pelukannya dan masuk kamar.
Berbeda dengan Neza yang masih terdiam mematung. “Gue sayang sama lo, tapi gue sakit.”

***

Entah, sudah berapa lama Cho hanya membalikkan lembaran buku, tanpa benar-benar dibaca. Pikiran terus terfokus pada perkataan Neza tadi. Cho belum juga menemukanmu artinya. Sejujurnya Cho masih bingung dengar perasaannya sendiri.

Antara perasaan sayang sebagaimana saudara atau sepupu dan juga perasaan ke lawan jenis. Jika Cho benar mempunya perasaan dan menganggap Neza lebih dari sepupu. Sudah seharusnya Cho harus menghilangkan perasaan itu.

Cho membaringkan tubuhnya di ranjang dengan lengan tangan yang menutupi penglihatannya. Laki-laki itu menghela napas panjang, lalu meraih boneka sapi miliknya yang sama itu beli bersama boneka dinosaurus milik Neza.

Ketika Neza sedang manis, Cho tidak tahan ingin mencubit pipi Neza karena gadis itu terlihat menggemaskan. Tapi, Cho tidak punya keberanian apapun untuk melakukan hal itu. Bisa-bisa Cho diomelin habis-habisan.

“Coba aja, kalo Princess bukan saudara Cho mungkin tadi Cho akan ajak Prin pacaran. Tapi, apa ada cewe yang suka laki-laki kaya Cho begini ya?” tutur Cho sendiri seraya memandangi boneka sapinya. “Cho memang nggak sekeren Kak Rion. Tapi, apa Cho bisa, ya?”

Karena merasa haus Cho bangun dan bangkit berdiri, keluar kamar. Namun, saat melewati kamar orang tuanya, Cho tidak sengaja menabrak Angel—Ibu tirinya hingga ponselnya terjatuh.

“Aduh, dasar anak bodoh! Kamu ngapain?!” bentak Angel sembari mengebas bagian bajunya yang tersentuh dengan Cho. “Ponsel saya jadi jatuh!”

Cho buru-buru mengambil ponsel Angel. Tidak sengaja melihat wallpaper ponselnya adalah foto Ibu tiri bersama dengan seorang gadis yang berumur sama dengan Cho.

“Ma-maaf, Mami,” ujar Cho sembari memberikan ponselnya. “Di wallpaper Mami, itu foto siapa, Mi?”

“Kamu ini bodoh ya?! Itu ponakan saya, Neza.”

Seketika jantung Cho seperti terhenti. Cho mengerjap berusaha berpikir jernih. Tidak mungkin, itu Neza. Kalau benar,  siapa perempuan selama ini yang bernama Neza?

“Hah, Neza? Nggak mungkin.”

“Kamu ini kenapa, sih? Dasar anak bodoh!” Angel langsung pergi dan Cho yang masih diam mematung.

Cho masih terdiam di tempatnya. Laki-laki itu masih berusaha untuk mencerna setiap perkataan Angel yang dilontarkan padanya. Hal ini benar-benar tidak masuk akal. Jelas-jelas Neza yang ada di rumahnya dan Neza di foto sangat berbeda.

Mereka berdua memiliki nama yang sama tapi punya rupa yang berbeda. Cho menggeleng kecil seraya menyadarkan pikirannya bahwa ucapan Ibu tirinya itu tidak benar. Untuk menenangkan pikirannya Cho melangkah ke dapur dan meminum satu gelas penuh air mineral.

“Kalo emang bener yang ini bukan Neza terus cewe itu siapa?” tutur Cho seraya menoleh pada anak tangga. “Ta-tapi, nggak mungkin. Mami pasti salah. Prin, nggak mungkin boongin Cho.”

Cho tengah asik dengan pikiran sendiri. Tidak sadar bahwa Neza tengah melangkah ke arahnya dan menepuk pelan pundak Cho. Hingga membuat Cho terkejut dan hampir menyembur Neza dengan air.

“Astaga, Prin! Maaf, Cho kaget banget,” ujar Cho. “Prin, nggak apa-apa, kan? Hampir aja muncrat.”

“Sapi, lo ngapain, sih? Bengong mikiran apa?” tanya Neza. Kemudian menuangkan air ke gelas dan meneguknya hingga tandas. “Lo sampe kaget gitu?”

“Prin, Cho mau tanya sesuatu,” ucap Cho. Lalu berdiri sebelah Neza dan terduduk di kursi meja makan. “Mungkin nggak seseorang yang punya muka beda tadi dengan nama yang sama persis?”

Neza terduduk di kursi berhadapan dengan Cho. “Kenapa lo tanya gitu? Lo liat seseorang?”

“Cho masih nggak yakin. Tapi, kalo menurut Prin itu mungkin nggak?”
Sejenak Neza berpikir. “Kalo nama lengkap sama persis itu kemungkinan kecil. Tapi, kalo nama panggilan siapa aja bisa sama.”

“Nama lengkap Prin, siapa?”

“Kenapa lo tanya?”

“Cho, pengen tau aja, Prin.”

“Nerezza Richelle Navulia.”

Saat itu juga Cho benar-benar terkejut. Perkataan Angel tadi adalah benar. Karena Cho tahu nama lengkap sepupunya itu adalah Nezana Claudia sangat berbeda dengan nama lengkap Neza.

Neza yang melihat Cho mendadak terdiam membuat Neza sedikit bingung, bahkan wajah laki-laki begitu serius. Neza menepuk pundak Cho. “Sapi, lo mikirin apa?”

“Prin, kalo Cho suka beneran sama Prin gimana? Tapi bukan sebatas sepupu?”

“Maksudnya gimana?”

“Kalo kita nggak saudara. Prin, suka sama Cho atau nggak?”

Neza menghela napas. Kemudian memegang kedua bahu Cho seraya tersenyum tipis. “Kalo kita nggak saudara? Hm, mungkin iya. Sapi, lo udah ngantuk kayanya. Mendingan sekarang lo tidur.”

“Prin ....”

“Gue tidur duluan,” ujar Neza kemudian melangkah pergi.

“Neza.”

“Iya, kenapa, Jerrico?” tanya Neza ketika Cho memanggil namanya. “Lo mau ngomong sesuatu?”

“Prin, sebenarnya ... Cho mau pastiin aja.” Cho berhenti sejenak. “Neza, beneran sepupu, Cho?”

“Kenapa lo tanya gitu? Iya, gue sepupu lo.”

“Kenapa namanya beda? Cho emang belum pernah ketemu langsung. Tapi, Cho tau namanya.”

“Gue nggak ngerti.”

“Neza, sebenarnya siapa?”

“Gue sepupu lo, Jerrico.”

“Nggak. Prin, tolong jujur.”

Neza menyugar rambutnya ke belakang. Sejenak Neza berpikir untuk menyusun jawaban yang baik. Dia tahu hal seperti ini akan terjadi, tapi Neza tidak mengira akan secepat ini. Lebih baik Neza memberitahukan hal itu, lagipula sebentar lagi sudah selesai waktunya.

“Lo tau dari mana?” tanya Neza. “Kalo gue bukan sepupu lo?”

“Cho nggak sengaja liat di layar hape Mami. Cho, bener-bener kaget. Itu nggak mungkin, kan, Prin?”

“Mungkin aja. Kalo bener lo pasti marah sama gue kan? Tapi, gue mohon lo jangan marah sama gue sampai permintaan lo terwujud.”

“Ke-kenapa?”

“Pura-pura nggak tau, aja. Bisa kan?”

“Prin, harus jawab iya atau nggak.”

“Iya.”

“Prin, beneran?”

Neza menepuk pelan pundak Cho seraya tersenyum tipis. Kemudian melesat pergi.

“Cho sedih tapi Cho seneng. Senang karna itu artinya perasaan ini nggak salah.”






Tbc.

Terima kasih udah lanjut baca (⁠人⁠ ⁠•͈⁠ᴗ⁠•͈⁠)
Sebelumnya maaf banget, niat mau up Minggu malah molor sampe Senin. :⁠'⁠(

Semoga Minggu ini aku up lagi yaa

See you next part. (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

Follow:
ig: riasheria_
TikTok: ryajoyful

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top