Part. 21 | 40DWW 🪄
Pagi ini Putra-Ayah Cho mengajak Cho dan Neza untuk berangkat bersama. Sungguh, Neza sebenarnya menolak permintaan manusia satu ini, lalu menggunakan sihir untuk menyiksanya. Tapi, dia ingat kata Arda, kalau dirinya jangan terlalu menggunakan sihir di luar perintah dari Cho. Rasanya Neza ingin benar-benar membunuh Putra. Tapi, Cho ini tidak pernah memintanya. Padahal Putra sangat jahat.
"Om dengar, Minggu ini kamu ulangan harian, ya?" tanya Putra di tengah keheningan dalam mobil itu. Menoleh pada Neza yang terduduk di sebelahnya.
"Iya," jawab Neza singkat seraya melihat keluar kaca mobil.
Putra tersenyum tipis sembari mengangguk kecil. "Kalau nilai kamu besar, nanti om kasi hadiah. Neza mau hadiah apa?"
"Nggak ada," balas Neza tidak peduli. Kemudian melirik Cho yang terduduk diam di sebelah sopir.
"Begitu ya. Nanti kamu shopping bareng Tante kamu aja ya?" tawar Putra.
Neza tidak berniat menjawab dan memutar bola matanya malas. "Berisik banget, sialan!"
"Ayah, Cho-" ujar Cho tiba-tiba dipotong.
"Ayah harap kamu nggak kecewain Ayah lagi. Ayah cape kasi kamu les, tapi nggak guna. Kamu tau apa akibatnya, kalau kamu nggak dapet nilai tinggi?" potong Putra.
"Iya, Ayah," jawab Cho pelan dengan kepala tertunduk.
Neza menoleh sekilas pada Putra. "Sialan! Ribetin kerjaan gue aja."
Mobil mulai terhenti di sebelah kanan gerbang sekolah. Tidak ingin berlama-lama, Neza langsung membuka pintu mobil dan menutup dengan keras. Gadis itu membuka pintu mobil untuk Cho dan menariknya pergi.
"Makasih Prin," ujar Cho tersenyum tipis seraya mengikuti langkah Neza.
Tiba-tiba Neza menutup langkah Cho, kemudian membuka kancing atas baju seragamnya. "Omongan Putra nggak akan ngaruh sama hidup lo. Hidup lo ngaruh sama gue, bukan dia."
"Cho, takut ngecewain Ayah."
Neza merapikan sedikit rambut Cho, kemudian memegang kedua bahu laki-laki itu. "Ngapain takut? Dia nggak akan bisa bunuh lo."
"Princess, makin cantik."
"Ck, gue tau. Makanya lo panggil gue Princess, kan?"
"Cho, takut kalo Prin pake pendek gini ke sekolah? Banyak cowo yang liat."
"Seharusnya mereka yang takut, bukan gue. Pikirin diri lo, jangan gue."
Cho mengangguk kecil, tidak lupa dengan senyuman manis yang menjadi hal paling Neza hindari.
"Berenti senyum," ujar Neza sebelum beranjak pergi duluan. "Nih, manusia bahaya banget!"
Beberapa hari setelah Cho mengubah sedikit penampilannya. Banyak siswi adik kelas atau pun kakak kelasnya yang membicarakan Cho. Yang sebelumnya sering terdengar hinaan karena terlihat cupu, sekarang sudah sangat jarang Cho dengar.
Sebenarnya membicarakan kepintaran Cho, laki-laki itu tidak termasuk laki-laki bodoh. Ia dikategorikan bodoh oleh Ayahnya hanya karena Cho tidak pernah peringkat satu hanya sampai peringkat empat pada lima besar saja. Bahkan tidak banyak yang tahu kalau Cho ini anak dari Direktur utama suatu perusahaan swasta yang cukup terkenal.
"Sapi, lo jangan takut. Lo udah belajar sampai tengah malam, masa nggak rangking satu. Pasti bisa," ujar Neza menyemangati Cho.
"Princess, juga semangat."
"Iya."
Saat mereka hendak masuk kelas, terdengar seseorang memanggil Neza berlari menghampirinya.
"Richelle," panggil Rion.
"Cho, lo masuk duluan," kata Neza menyuruh Cho masuk. Laki-laki itu mengangguk kecil dan beranjak menuju kelas.
"Pagi, cantik," sapa Rion tersenyum lebar. "Gimana tidur semalam?"
Neza menarik tangan Rion agar menjauh dari pintu kelasnya.
"Lo nutupin orang jalan!"
"Sori. Jadi ... sampe kapan lo pegang tangan gue, cantik?" goda Rion sambil melirik tangannya.
Buru-buru Neza melepas pegangannya. "Ck, jadi kenapa?"
"Lo nggak balas sapaan gue?" tanya Rion. "Lo juga nggak angkat telpon gue."
Neza mengambil ponsel dari tasnya, kemudian memperlihatkan layar ponselnya itu. "Ini lo?"
"Iya itu gue. Gue pikir salah nomor, sini gue kasi nama." Rion mengambil ponsel Neza dan memberikan nama pada kontaknya."
Neza mengambil kembali ponselnya. "Udah, kan? Gue mau masuk kelas."
"Eeeh, tunggu Richelle." Sembari menahan tangan Neza. "Lo udah sarapan belum? Mau gue beli sesuatu?"
Neza terdiam sejenak. "Jadi, lo mau mulai hari ini?"
"Ya, kenapa nggak?" balas Rion santai. "Lo mau gue beliin roti nggak?"
"Gue nggak perlu sarapan. Gue juga nggak bakal sakit."
"Gue bakal kabulin permintaan lo."
Neza melipat kedua tangannya depan dada, mendekati Rion. "Kasi gue alasan supaya gue percaya."
"Ya, karna gue mau PDKT sama lo. Masa gue bully sepupu cewe gue? Ya, kan?"
Neza menghela napas kasar. "Alasan bodoh. Kalo putus, lo bakal bully sepupu gue lagi gitu?"
"Tergantung, kita putus karna apa. Tapi, gue nggak bakal mau putus sama lo, kok."
"Terserah." Neza memutar bola matanya malas. "Jangan terlalu pede, belum tentu bisa pacaran sama gue." Gadis itu langsung meninggalkan Rion dan masuk kelas.
"Lo itu bakal jadi tantangan terberat buat gue," batin Rion sembari memperhatikan Neza.
***
Pagi ini dibuka dengan ulangan harian matematika minat yang biasanya dilaksanakan beberapa Minggu sebelum diadakan UTS semester ganjil ini. Ulangan harian ini memiliki persen yang cukup tinggi dalam rapot nanti. Hampir semua murid kelas 11 MIPA 2 ini mengerjakan begitu teliti, hanya beberapa orang yang tidak niat yang malah tertidur.
Neza mengerjakan asal ulangan itu, sesekali ia melirik Cho yang sangat serius mengerjakan soal itu. Jika Cho rangking satu semester ini, Neza yakin bunga dalam kalungnya ini akan berubah mulai berubah menjadi putih.
Setelah satu jam setengah berlalu, ulangan harian pun selesai dengan tertib. Dilanjut dengan dua mata pelajaran berikutnya. Cho yang biasanya mengajak Neza cerita atau membantunya saat tidur. Tiba-tiba Laki-laki itu diam dan tidak mengatakan apapun, hingga bel istirahat berbunyi. Kalungnya pun mulai terasa panas.
"Sapi, lo kenapa? Gue ada salah apa gimana, hah?!" tanya Neza menahan tangan Cho saat hendak keluar kelas. "Ada yang buat lo sedih? Bilang sama gue."
Cho memegang tangan Neza. "Maafin Cho, Princess."
"Ngapain minta maaf? Lo kenapa?!" tanya Neza lagi.
Cho menunduk sedikit. "Cho, ke toilet bentar. Prin, langsung ke kantin aja." Cho langsung melangkah cepat dan pergi dari sana.
"Sapi!" panggil Neza. "Kenapa lagi, sih? Kalung gue sampe panas gini."
Lena yang tengah menuju kelas Cho, tiba-tiba langkahnya terhenti melihat Neza berlari mendekati Cho dan memeluk lengan laki-laki itu. Padahal ia mengumpulkan mood yang baik agar ketemu Neza tidak membuat mood-nya hilang. Tapi tetap saja anak baru itu membuat Lena kesal.
"Padahal mereka kan saudara kenapa gue cemburu?" ujar Lena. "Ah! Gue bodoh banget. Sekarang gue bingung mau bilang apa ke Cho."
Seseorang menepuk pundak Lena pelan, membuat gadis itu terkejut.
"Astaga! ... k-kenapa Kak?" tanya Lena sedikit takut.
"Lo liat Neza nggak?" tanya Rion. "Soalnya di dalam kelas nggak ada."
"Tadi baru aja keluar, Kak."
"Lo tau kemana mereka nggak?"
"Nggak tau, Kak."
"Oke, thanks," ucap Rion sebelum melangkah pergi.
***
"Stupid! Lo kenapa bisa salah belajar?!" omel Neza dengan nada tinggi membuat sekeliling kantin memperhatikannya. Kemudian Neza mengecilkan sedikit suaranya. "Lo itu suka menyulitkan tugas gue, sapi!"
Cho yang terduduk di hadapan Neza, terdiam dengan sedikit menunduk. "Cho bener-bener lupa, maaf Princess."
Tidak seharusnya Neza marah begini, kalau sampai Cho sedih. Neza bisa tersiksa karena kalung bodoh ini.
Neza mengambil napas panjang dan menghembuskan perlahan.
"Nggak usah minta maaf. Lo mau hadiah apa?"
"Cho nggak berhak dapet hadiah." Cho mengangkat sedikit kepalanya. "Princess aja."
Neza bangkit berdiri dan berpindah tempat duduk sebelah Cho. "Sapi, lo udah usaha, itu udah cukup. Nanti gue hadiahin lo sesuatu."
"Maafin Cho." Cho menoleh pada Neza.
"Gue nggak terima maaf. Nanti malam lo ikut gue."
"Ke mana, Prin? Besok masih ada ulangan harian, kan?"
"Lo bisa belajar di luar, kan?"
"Tapi n-nanti Ayah-"
"Urusan gue, lo tinggal belajar." Neza mengusap puncak kepala Cho, lalu merapikan sedikit rambut sepupunya itu. "Gue maksa, lo harus ikut."
Mendadak pipi Cho terasa panas, bahkan bibirnya terdiam dengan perlakuan manis Neza itu. Jika diberikan begini, jantung Cho akan dalam bahaya.
Laki-laki itu langsung menjauhkan tubuhnya. "C-cho ... pesen makanan dulu."
Neza menarik tangan Cho, hingga terduduk lagi. "Nggak usah, gue aja." Gadis itu langsung pergi menuju ke arah deretan kedai di sana.
"Princess, buat jantung Cho nggak aman," batin Cho.
***
Neza yang tengah membawa sepiring nasi dengan sepotong ayam bakar. Tiba-tiba langkahnya terhenti merasakan seseorang tengah memperhatikannya. Neza yang tidak peduli melanjutkan langkahnya menuju meja bersama Cho tadi.
Seorang laki-laki tiba-tiba menyenggol lengan, hampir membuat makanan yang dibawanya tumpah.
"Sori."
Neza melirik sekilas dan hendak pergi. Namun, orang itu menahan lengannya. "Tunggu bentar."
"Lepas!"
Buru-buru laki-laki itu melepaskan pegangannya. "Gue Dika, lo Neza kan? Gue kakak kelas lo."
"Iya, kenapa? Lo mau cari masalah?" balas Neza menatap tajam.
"Ternyata lo lucu juga. Gue cuma mau kenalan aja, mana hape lo?"
"Buat apa? Penting?"
"Biar kita lebih dekat." Dika perlahan menyentuh rambutnya Neza yang terurai indah itu. "Lo lebih cantik dari dekat."
Neza menahan tangan laki-laki itu, dengan tangan kiri. "Gue nggak suka manusia sampah kaya lo."
Dika mendecak kesal. "Lo nggak tau gue siapa, hm?"
Neza meremas pergelangan tangan Dika, hingga mengaduh kesakitan.
"Akh, anjing, sakit!" teriak Dika hingga membuat beberapa orang di kantin itu mengarah padanya.
"Sakit? Lemah!" Neza langsung melepas tangan Dika dan pergi.
Namun, Dika tidak berhenti di sana, ia kembali mendekati Neza dan langsung menarik paksa bahu gadis itu.
"Lo pikir, lo siapa?! Hah?!" geram Dika.
Neza meletakan makanannya di meja sebelahnya dengan keras, hingga membuatnya beberapa orang terkejut dan seperti Neza akan menjadi bahan tonton siang ini.
"Gue udah cukup sabar. Jangan sampe lo habis sama gue!" sentak Neza.
Dika terkekeh. "Teknik penolakan yang bagus."
"Lo mau apa, hah?!"
"Gue mau lo kasi nomor lo."
"Lo mau nomor gue? Sini deketan," kata Neza menggerakkan jari telunjuknya mengisyaratkan untuk mendekatinya.
Saat itu juga Neza meninju perut laki-laki itu begitu kencang, hingga membuatnya tersungkur.
Bhak.
"Anjing! Cewe sialan!" hardik Dika berusaha bangkit berdiri.
Neza mengikat rambutnya asal. "Lo terlalu menjijikkan buat gue." Gadis itu pun kembali mengambil nampan berisi makanan.
Melihat seseorang yang hendak menarik bahu Neza, Rion berlari cepat langsung menarik bahu orang itu dan menonjoknya tanpa ampun.
Bhak.
Bhak.
Bhak.
"Bangsat! Lo mau ngapain cewe gue hah?!" bentak Rion dengan wajah yang mulai merah.
"C-cewe lo? Bukannya lo masih sama cewe lo yang-oh, gue lupa dia sama om-om sekarang."
Bhak.
Bhak.
Bhak.
"Gue peringatin, kalo sampe lo sentuh cewe gue lagi. Lo habis sama gue, ngerti?!"
Bhak.
"Rion!" teriak Neza membuat Rion terhenti. "Lo mau bunuh orang?! Lepas!"
Tanpa membantah Rion melepaskan kerah baju Dika yang sudah berlumuran darah dan membiarkan laki-laki itu tidak sadarkan diri di lantai.
"Lo nggak apa-apa?" tanya Rion seraya memegang bahu Neza memeriksa keadaan gadis itu. "Sori, gue telat."
Bhak.
Neza memukul lengan Rion cukup keras. "Akh, sakit woi."
"Hidup lo udah susah. Sekarang lo mau jadi pembunuh? Biarin gue yang urus, lo urus urusan lo sendiri."
"Sori, Richelle. Gue mau tolongin lo."
"Ck, terserah. Sini, ikut gue." Neza menarik tangan Rion keluar dari kantin.
"Mau ke mana?"
"Diem, banyak ngomong banget, bocah!"
Cho yang tengah makan sambil mendengarkan cerita Lena, mendadak terdiam saat sorot matanya mengikuti Neza yang menarik keluar kakak kelasnya itu.
"Princess, mau ke mana?" batin Cho.
Lena memperhatikan Cho yang melihat Neza. "Cho, lo nggak liat gue di depan?"
Tbc.
Makasih udah baca part ini ya (人 •͈ᴗ•͈)
Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini. (。•̀ᴗ-)✧
Follow:
Ig: riasheria
Tik tok: ryajoyful
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top