Part. 17 | 40DWW 🪄

Setelah kejadian di sekolah tadi, Cho jadi merasa bersalah pada Lena. Apalagi saat istirahat juga Lena tidak bicara apapun. Cho melanjutkan mengerjakan beberapa latihan soal untuk ulangan harian. Belum lagi kejadian mengejutkan saat Cho tahu, ternyata Nia selama ini melakukan kecurangan.

Padahal yang Cho tahu Nia adalah anak pendiam yang dikenal rajin dan pintar. Sejak kelas 10 Nia selalu lima besar. Nia dan Cho sama-sama lima besar dari kelas sepuluh. Ternyata Nia juga mengincar kelas 12 MIPA 1 juga agar lebih mudah ikut SNMPTN. Sudah menjadi budaya di sekolah ini, kalau yang mengikuti SNMPTN hanya yang di MIPA 1 dan IPS 1 saja.

Tiba-tiba seseorang membuka pintu kamarnya tanpa mengetuk. Terlihat Neza muncul dengan baju lengan pendek crop dan celana pendek.

"Kak Prin, belum tidur?"

"Belum. Udah, lo belajar aja." Neza mengarah pada ranjang Cho dan terduduk di sana.

"Kak Prin, nggak belajar buat ulangan? Udah catat materi tadi belum?"

"Belajar nggak guna buat gue, sapi," balas Neza santai seraya melipat kedua tangannya depan dada memperhatikan Cho.

"Kalo nanti Kak Prin, nggak bisa jawab gimana?"

"Bisa, udah lo belajar yang bener. Katanya mau rangking satu, ya udah belajar aja. Jangan peduliin gue."

Cho mengangguk kecil seraya melempar senyuman. "Makasih ya Kak Princess."

"Iya-iya. Lo jangan senyum gitu. Udah liat buku lo."

Cho kembali fokus mengerjakan soal itu. Dari samping Neza memperhatikan wajah laki-laki itu. Dilihat-lihat Cho terlihat tampan, kalau saja Cho dilatih bela diri dan bisa mandiri. Pasti banyak gadis yang menyukainya. Tanpa disadari Neza tersenyum tipis. Pantas saja Lena menyukainya dan menyuruh mengganti model rambut sampai pakaian. Dia tahu kalau Cho polos dan tampan.

Sorotan mata Neza terhenti pada boneka sapi yang cukup besar dan satu yang berukuran sedang. "Lo suka banget sama sapi? Sampe ada dua boneka."

Cho menoleh sekilas, tersenyum tipis. "Menurut Cho, sapi itu lucu banget. Boneka yang gede itu hadiah ayah waktu itu, kalau yang satunya itu dari Lena."

"Lena? Lo deket banget kayanya."

"Cho udah dekat cukup lama, Kak Prin."

"Terus yang biasa yg lo bawa?"

"Itu dibuat sama Bunda dua tahun lalu."

Neza mengangguk kecil. "Oh."

Setelah dipikir-pikir punya boneka itu tidak buruk. Kenapa manusia sialan itu membully Cho hanya karena ini? Dasar manusia bodoh. Cho juga tidak bodoh, ia termasuk lima besar sejak kelas sepuluh dan cukup tampan untuk umurnya yang masih muda.

"Lo harus belajar bela diri sama naik motor," ujar Neza tiba-tiba membuat Cho langsung menoleh. "Lo harus bisa jaga diri dan mandiri."

"Maksudnya Kak Prin? Cho-"

"Kan waktu itu gue sempet bilang, mulai besok gue bakal ajarin lo naik motor. Nanti lo bisa coba dari motor gigi dulu dan temen gue yang ajarin lo boxing."

"Jangan Kak Prin, Cho takut. Bahaya banget."

"Ngapain takut? Nggak bakal buat lo mati."

"Tapi, Kak Prin-"

"Apa yang buat lo nggak takut?"

"Dipeluk sama Bunda."

"Nggak terima permintaan itu."

"Dulu kalo Cho takut, dipeluk sama Bunda. Tapi semenjak SMP udah nggak pernah lagi."

Neza bangkit berdiri, melangkah menuju Cho yang terduduk di kursi depannya. Gadis itu memeluk leher Cho seraya mengusap belakang kepala laki-laki itu. Cho pun terdiam, pipinya terasa panas. Rasanya nyaman seperti pelukan Bunda.

"Gimana lo masih takut nggak?" tanya Neza.

"Nggak, Kak Prin."

Neza melepaskan pelukannya perlahan, tidak sengaja menginjak pulpen. Cho menarik tangan Neza dan terduduk di atas pahanya. Mereka berdua saling bertatapan, fokus dengan pikiran masing-masing. Cho mendadak tidak bisa berpikir dengan jernih, ia menikmati ukiran wajah Neza.

Berbeda dengan Neza yang menatap bibir Cho. Entah apa yang membuatnya tertarik. Selama di dunia manusia ini Neza memang sudah biasa bercumbu dan memeluk banyak lelaki. Namun, Cho sedikit membuatnya tertarik. Apalagi saat Neza memeluknya rasanya sangat nyaman.

Cho yang masih setia menahan pinggang Neza perlahan mulai melepaskan tangannya. Seakan terhipnotis dengan bibir Cho, Neza menahan tangan Cho di pinggangnya. Kemudian beralih pada bibir milik Cho, Neza mengusap lembut dengan jarinya.

Neza semakin mengikis jarak antara mereka. Seakan tidak bisa menghindar, Cho mendadak tidak bisa bergerak. Neza memiringkan kepalanya, memejamkan mata, hendak menempel bibir pada Cho. Laki-laki itu mendadak tidak menahan napas, pipinya memanas dan ikut memejamkan matanya.

Seketika Neza menyadarkan dirinya dan membuka matanya dan terkejut dengan apa yang dilakukan. Buru-buru Neza bangkit berdiri.

"Sialan! Gue ngapain?" batinnya.

"L-lo-ah sialan! Lo jangan anggap aneh-aneh! Gue ke kamar dulu," ujar Neza beranjak pergi keluar kamar Cho.

Cho menatap kepergian Neza dengan kebingungan. "Kak Prin ... Cantik."

***

Bak seorang putri keluar dari istana, Neza melangkah keluar dengan dress hitam dengan model tali di bagian pinggang dan dibalut jaket kulit hitam yang sudah pasti barang mahal.

"Cantik seperti biasa," puji Rion pelan seraya menoleh pada Neza.

Neza menaiki kacamata hitam itu di atas kepala. "Lo jemput gue pake motor? Kalo motor gue punya. Ngapain lo jemput?"

Rion menuruni motornya dan menghampiri Neza. "Gue pengen naik motor aja. Lo nggak suka?"

"Ck, mendingan gue naik motor gue."

Rion menarik tangan Neza saat hendak menuju motornya. "Kalo lo mau naik mobil gue. Kita bisa ke rumah gue bentar."

Neza melepaskan pegangan Rion. "Lama, ayo jalan aja."

"Nah, gitu. Ayo, cantik." Rion mengarah ke motornya dan memberikan helm pada Neza. "Mau gue bantu pake?"

"Gue bisa sendiri."

Rion tersenyum tipis, kemudian menaiki motornya. Neza memegang pundak, menaiki motor itu. Gadis itu memeluk Rion dari belakang.

"Gue pikir, lo nggak bakal mau," ucap Rion.

"Udah jalan buruan."

Rion memegang tangan Neza agar lebih erat. Kemudian menyalakan mesin motor itu dan melaju dengan kecepatan sedang keluar dari rumah mewah milik keluarga Cho itu.

Laki-laki itu melajukan motornya semakin kencang, kala melewati jalan raya yang tampak mulai sepi. Sepanjang perjalanan Rion diam-diam melirik spion memperhatikan Neza yang tampak diam melihat lalu lalang. Berbeda dengan Neza yang sibuk dengan pikirannya sendiri.

Pelan-pelan Neza meletakkan kepalanya bersandar pada Rion. Gadis itu mengingat tingkah bodoh yang Neza lakukan tadi. Sepertinya Neza harus meminta ramuan pada Neneknya untuk menghilangkan ingatannya kemarin. Namun, apa daya Neza tidak boleh karena ia masih dalam tugas.

Sungguh Neza benar-benar tidak tahan dengan kebodohan yang tadi dia lakukan. Padahal Neza berperan sebagai sepupu bukan kekasih. Mana mungkin bisa menyukai saudara sendiri. Sepertinya malam ini Neza tidak pulang.

"Ah, sialan! Gue lupa peran gue," umpat Neza kecil.

Rion menaiki kaca helmnya. "Lo ngomong apa, cantik?"

"Nggak, kita langsung ke club aja. Nggak usah ke restoran."

"Lo udah makan, kan?"

"Lo yang udah makan belum?"

"Gue? Belum, sih."

"Ya udah, makan dulu aja."

Rion tersenyum tipis. "Lo perhatian juga."

"Terserah, deh."

Setelah itu Rion melajukan motornya ke restoran yang tidak jauh dari club yang akan dituju itu.

***

Setelah selesai belajar dan mengerjakan beberapa soal untuk ulangan harian besok. Cho membaringkan tubuhnya di ranjang, seraya memandangi langit-langit kamar. Tiba-tiba ingatan kejadian tadi terbesit kembali. Padahal Cho berusaha menghindari ingatan tadi, tapi tetap saja kembali teringat.

Cho mengambil boneka sapi di sebelahnya dan mengangkatnya menutupi sinar lampu kamarnya. Sesekali Cho tersenyum tipis mengingat tingkah Neza yang kasar dan cuek. Namun, dibalik itu Neza sangat baik padanya.

"Kalo Cho suka sama Kak Prin itu normal, kan Bunda? Kak Prin itu baik banget," ujar Cho seakan berbicara pada Bundanya. "Cho, jadi kangen Bunda."

Ponsel Cho berdering nyaring, Cho meraih benda itu di atas nakas. Terlihat nama Kak Princess dengan emoticon mahkota dan petir.

"Halo, Kak Prin."

"L-lo udah selesai belajar, kan?"

"Baru aja Kak Prin, Cho baru mau tidur."

"Lo jangan keluar kamar sampe gue pulang."

"Kenapa Kak Prin?"

"Ikutin aja, nggak usah nanya."

"Oke Kak Prin."

"Hm."

"Kak Prin."

"Apa lagi?"

"Soal yang tadi-"

"Lupain! Nggak usah diinget."

"Iya, Kak Prin."

"Udah sana tidur!"

"Iya Kak Prin. Kak Prin, Cho-"

Neza langsung menutup panggilan teleponnya sepihak.



Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top