Part. 15 | 40DWW 🪄
Seorang laki-laki baru saja keluar dari kafe saat waktu tepat menunjukkan tengah malam. Seorang gadis dengan dress hitam melangkah tepat di belakang orang itu sudah mengikutinya sejak datang ke kafe ini.
"Cantik," puji laki-laki itu, kemudian mendekati gadis itu. "Ada perlu apa cantik?"
Gadis itu tersenyum miring dengan lipstik berwarna merah bata. Kemudian membuka blazer yang menutupi bahunya yang indah dan terjatuh. Dengan cepat laki-laki di depannya itu dengan sigap mengambil blazer seraya memandang kaki gadis itu yang sangat mulus.
"Ini," ucap laki-laki itu.
"Thanks."
"Lo Neza anak pindahan itu, kan?" tanya laki-laki itu seraya memperhatikan wajah Neza. "Lo mau minum? Gue traktir."
Neza hanya mengangguk kecil.
"Pilihan yang bagus, Neza," balas laki-laki bernama Fiko itu. Kemudian membukakan pintu mobil untuk Neza. Setelah itu Fiko ikut masuk ke mobil dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
"Lo tinggal di mana?" tanya Neza. "Gue boleh nginep malam ini nggak?"
"Lo pasti takut pulang karna kemalaman ya?" balas Fiko seraya mengusap sebelah tangan Neza. "Tenang, lo bisa nginep di apart gue."
Neza memeluk sebelah lengan Fiko dengan manja. "Thanks."
Fiko menoleh sejenak seraya tersenyum tipis. "Lo cewek tercantik yang pernah gue temuin."
Neza terkekeh kecil. "Terlalu cepet bilang gue cantik."
Tangan Fiko mulai nakal, mulai meraba kedua paha Neza bergantian. Bahkan jari-jari nakalnya itu mulai ke arah yang tidak seharusnya. Dengan cepat Neza langsung menahan tangan Fiko. "Jangan di sini."
"Gue penasaran sama isinya." Fiko tersenyum nakal.
"Nggak seharusnya lo penasaran sama gue," balas Neza. Lalu ia menoleh menekan tangan Fiko dengan kuku panjangnya hingga tertusuk cukup dalam. "Malam ini lo bakal mati."
Saat itu juga Neza berubah menjadi gadis yang mengerikan. Berjubah hitam, rambut hitam pekat yang memenuhi seisi mobil, kukunya menjadi panjang dan mata yang berwarna hitam. Fiko terkejut dan langsung mengerem mobilnya.
Fiko yang hendak berteriak langsung di tutup dengan rambut dan mencekiknya.
"Lo mau minta tolong? Saatnya lo mati bangsat!" Neza langsung mencekik Fiko kuat dengan rambutnya.
Fiko berusaha melepaskan ikatan rambut pada lehernya. "L-lepasin g-gue! Si-siapa lo?" Setan?!"
Neza menangkup wajah Fiko. "Lo terlalu sampah buat di dunia ini." Kemudian sejenak Neza berubah ke wajahnya yang semula. "Lo mau mati kaya gimana, hm?" dengan nada menggoda. Namun, Neza kembali berubah menjadi penyihir hitam yang sebenarnya.
"L-lepas!"
"Saatnya pertunjukan," tutur Neza sebelum menghilang.
Tiba-tiba mobilnya langsung melaju kencang dan semakin tidak terkendali. Fiko berusaha mengambil kendali mobil itu, sesekali ia batuk karna dicekik tadi. Terlihat lampu lalu lintas yang berubah warna merah, buru-buru Fiko menginjak rem, namun tidak menghentikan laju mobilnya sama sekali.
"Bangsat! Mobil sialan!" umpat Fiko memukul stir mobil. Masih berusaha menekan rem beberapa kali, namun kecepatan semakin tidak terkendali.
Tiba-tiba truk bermuatan besi-besi, muncul dari arah sebelah kiri. Kemudian menghantam mobil mewah milik Fiko itu hingga terlempar dan terguling beberapa kali menabrak beberapa mobil yang berlawanan arah hingga berhenti di sebelah pohon besar.
Kini kondisi mobil itu sudah rusak parah. Fiko masih terduduk di dalam sudah bersimbah darah. Perlahan Fiko melepaskan sabuk pengaman, namun tidak bisa. Neza muncul dengan jubah hitamnya tepat di depan mobil Fiko. Hingga membuat Fiko terkejut.
"Gue bakal kirim lo ke neraka sekarang!" Neza dengan senyuman di ujung bibirnya yang terlihat mengerikan. "Lo nggak akan bisa lari, Fiko."
Fiko berusaha melepaskan sabuk pengaman tanpa memperdulikan Neza. Tepat saat itu juga sebuah pohon jatuh dan menimpa dirinya hingga tewas. Neza tertawa bahagia sembari menatap darah yang mengalir deras di aspal.
"Itu hukuman karna udah bully dan bunuh tiga pacar lo sama anak lo sendiri." Neza berdiri di seberang jalan masih dengan jubah hitam. "Gue suka kematian."
Neza kembali berubah seperti semula. Orang-orang yang berada di dekat lokasi kecelakaan, langsung menghampiri mobil itu dan mengerumuninya.
Mendadak gadis itu merasa pusing, efek dari energinya yang cukup banyak terkuras. Neza berusaha tetap berdiri tegap walaupun kakinya mulai bergetar. Ia mengeluarkan asap hitam dan menghilangkan dari sana dan muncul tepat di depan pintu kamar Cho.
Masih dengan dress hitam yang sangat pendek. Perlahan Neza mengetuk pintu kamar Cho, entah rasanya sangat lemas. Sepertinya Neza akan pingsan sekarang. Itu karena membunuh manusia tidak sesuai perintah, bukannya menambah energi malah membuang energi. Cho memang sangat menyusahkan dirinya.
Setelah beberapa kali mengetuk Cho membuka pintu kamarnya. Melihat laki-laki itu ke luar membuat Neza cukup terkejut, pasalnya baru pertama kali Neza melihat Cho sehabis keramas dengan rambut tidak mangkuk seperti biasa. Cho terlihat sangat berbeda, ia sangat tampan.
"Kak Prin," ujar Cho seraya melihat pakaian minim Neza yang sangat kurang bahan. "Kak Prin, dari mana? Pake baju begitu nggak-"
Neza langsung menjatuhkan tubuhnya pada Cho. Laki-laki itu refleks menangkap Neza dan memeluk pinggang rampingnya.
"Tangkapan yang bagus, Cho."
"Kak Prin, sakit?"
"Karna lo," tutur Neza pelan sembari bersandar di bahu Cho. Samar-samar gadis itu tersenyum dan langsung memeluk Cho. "Lo nggak akan di bully lagi."
Cho membalas pelukan Neza dan pelan-pelan menepuk punggung gadis itu. Awalnya Cho benar-benar terkejut hingga jantung berdebar kencang, tapi memeluk Neza, entah mengapa rasanya seperti memeluk Bunda. Neza mulai terhanyut dengan reaksi Cho, yang benar-benar membuatnya tenang. Walaupun energinya hampir habis.
"Gue tutup mata bentar," ujar Neza seraya menutup matanya sejenak merasakan hangatnya pelukan manusia ini. "Gue suka."
Cho meletakkan dagu di atas bahu Neza, pipinya terasa panas dan ia tersenyum tipis. "Kak Prin, hangat. Cho, juga suka."
"Bisa antar gue ke kamar?" sembari melonggarkan pelukannya. "Gue capek, ngantuk."
"Bisa Kak Princess," balas Cho membungkuk sedikit badannya dan menggendong Neza menuju kamarnya.
Cho membaringkan tubuh gadis itu di ranjang sebelah kiri. Melepaskan sepatu hak tinggi dan menarik selimut dan menutupi sebagian tubuh sampai di atas dada. Cho tersenyum manis dan mengusap pelan rambut Neza.
"Selamat tidur Kak Princess," ujar Cho sebelum pergi. Namun saat hendak pergi, sebelah tangan Cho ditahan Neza. "Kenapa Kak Prin?"
"Permintaan yang waktu itu gue minta mana?" tanya Neza.
Melihat selimut yang turun dan hampir terlihat bagian sensitif gadis itu. Cepat-cepat Cho langsung mendekati Neza dan menarik kembali dengan selimut itu agar tertutup sampai leher.
Neza terkejut, matanya membulat sempurna. Sejenak Neza memandangi wajah Cho, entah rasanya baru pertama kali Neza bertemu dengan manusia yang memiliki aura positif ini. Bahkan terlalu sempurna. Hatinya terasa nyaman.
"Cho udah taro di meja belajar Kak Prin," balas Cho tersenyum. "Besok kita berangkat bareng ya Kak Prin."
Neza mengerjap sejenak, kemudian mengangguk kecil.
"Mimpi indah ya Kak Princess," ucap Cho masih tersenyum sebelum ke luar dari kamar Neza.
Neza berbalik menghadap ke jendela seraya meremas selimutnya. "Gue kenapa? Ngga mungkin sama manusia stupid itu." Gadis itu menggeleng cepat kemudian memaksakan diri untuk tertidur. Namun, Neza tidak bisa. "Sialan! Cho cakep banget."
***
"Pagi Kak Prin," sapa Cho dengan senyuman manis memperlihatkan deretan giginya. "Ayo, Kak Prin. Kita hampir telat."
Neza yang masih menguap mendadak terkejut melihat pakaian Cho yang tiba-tiba berubah. Cho tidak lagi memakai kancing sampai atas, dasinya sedikit di longgarkan dan rambutnya terlihat berbeda seperti biasa.
"Kenapa Kak Prin? Agak aneh ya?" tanya Cho.
"A-aneh, aneh banget malah," balas Neza terbata-bata. Lalu Neza mengusap kasar puncak rambut Cho. Namun, bukan jelek, malah laki-laki terlihat tampan. "Sialan, kenapa makin ganteng?"
"Kenapa Kak Prin?" tanya Cho.
Neza menghela napas kasar. "Gue nggak suka model rambut gini. Nggak cocok sama lo!"
Cho menunduk sedikit. "Tapi, sayang Kak Prin. Kalo potong lagi, nanti jelek."
"Y-ya gue nggak mau tau." Neza langsung beranjak pergi menuju anak tangga.
"Tunggu Kak Prin," panggil Cho mengikuti Neza dari belakang.
Pagi ini Neza memutuskan untuk berangkat bersama dengan Cho menggunakan mobil. Selama perjalanan Cho terus bercerita tentang hari kemarin Ayah dan Ibu tirinya sama sekali tidak memukulinya bahkan mereka tidak memarahinya juga. Padahal dibalik itu Neza sengaja meminta Arda untuk menghipnotis mereka berdua. Kalau tidak, mungkin akan muncul lebam lagi pada wajah dan tubuh laki-laki itu.
"Semalam Cho di-chat Lena, katanya kakak kelas ada yang meninggal karna kecelakaan, Kak Prin tau nggak?" tanya Cho seraya berjalan beriringan dengan Neza. "Dia kakak kelas yang-"
"Gue nggak peduli, bagus kalo dia mati. Jangan kasian," balas Neza.
"Bukan karna kemarin Cho bilang dia yang pukul Cho, kan?" tanya Cho tiba-tiba menutup jalan Neza.
Neza mendorong dahi Cho. "Stupid! Gue nggak akan bunuh orang selain perintah dari lo. Paham?"
Cho mengangguk paham, lalu kembali berjalan di sebelah Neza. "Lagian nggak mungkin Kak Prin sejahat itu. Kak Prin itu pesulap ya?"
Tanpa mempedulikan perkataan Cho, gadis itu langsung masuk kelas dan menuju mejanya, lalu terduduk di kursi dekat tembok.
"Kak Prin, kan bisa hip-"
"Diem!" potong Neza menoleh pada Cho yang baru saja menarik kursi dan terduduk langsung terdiam.
"Rahasia, jangan bilang siapa-siapa. Kalo ketauan, gue bakar boneka sapi lo!" ancam Neza membuat Cho ketakutan dan langsung memeluk boneka sapinya itu.
"Jangan Kak Prin," tutur Cho pelan dengan wajah yang cemberut membuat laki-laki itu terlihat menggemaskan.
Neza terkekeh kecil melihat raut wajah Cho. "Nggak bakal gue bakar kali. Megang aja gue nggak mau."
Cho masih terdiam dan tidak menanggapi perkataan Neza. Neza jadi merasa bersalah karena perkataannya kasarnya itu.
"Lo marah sama gue?" tanya Neza seraya menyugar rambut Cho kemudian merapikannya sedikit. "Gue bercanda, sapi."
Sudah sekian kalinya Cho selalu merasa aneh saat Neza menyentuh dan menatapnya seperti ini. Rasanya jantungnya berdebar kencang dan penglihatan tidak bisa berhenti melihat wajah cantik di depannya ini. Sama seperti semalam.
"Lo kenapa malah diem?" tanya Neza lagi.
Cho langsung bangkit berdiri seraya membawa bonekanya hingga membuat Neza sedikit terkejut.
"Cho, ke kelas Lena bentar Kak Prin," pamit Cho langsung melangkah pergi.
"Gue udah jadi baik. Dia malah pergi gitu aja, sialan!"
Tbc.
Makasii yaa udah baca. Silakan komen, vote dan share cerita ini. (。•̀ᴗ-)✧
Pada kepo nggak sih, rambut Cho tuh kaya gimana berubahnya? Sampe penyihir aja salting. 😂
Ganteng banget atau ganteng aja?
Pantes, Neza sampe kaget. 🥲😂
Pada suka Cho vibenya imut atau boyfriend able?
Btw, yg penasaran sama wujud Neza yg asli begini ya.
Serem ygy 🥲
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top