Part. 14 | 40DWW 🪄
Seorang gadis melangkah dengan percaya diri, dengan rambut yang diikat. Langkah demi langkah semakin cepat, Neza mencari keberadaan Cho. Sejak kejadian semalam Cho mendadak terdiam dan tidak ingin bertemu dengannya. Bahkan Cho berangkat sekolah duluan.
Dari jarak beberapa meter dari koperasi yang mengarah ke belakang sekolah. Terdengar suara teriakan yang cukup membuat Neza terkejut, seraya menahan panas yang bersumber dari kalung itu. Tiba-tiba Neza terhenti menahan dirinya dengan bersandar pada tembok. Napas gadis itu naik turun, Neza kembali melangkah menuju sumber suara.
Saat sampai di belakang sekolah, Neza merasa ada yang aneh. Sudah tidak ada suara teriakan, bahkan sudah sepi. Namun, pandangannya terhenti pada seseorang yang tergeletak dan tengah berusaha bangkit berdiri.
"Cho!" panggil Neza dengan suara rendah. "Siapa yang buat lo begini? Kasi tau gue." Neza menghampiri Cho, membantunya bangun.
Namun, Neza didorong dan Cho tidak membalas perkataan Neza sama sekali. Sembari memegang dadanya gadis itu berusaha kembali mendekati Cho.
"Sialan! Gue mau bantuin lo, sapi!" omel Neza. Lagi-lagi tubuh Neza di dorong.
"Cho, nggak mau jadi jahat," ujar Cho pelan menahan rasa perih di ujung bibirnya. "Cho, nggak mau."
Cho sudah berhasil berdiri, dengan kedua kakinya bergetar karena tendangan kakak kelasnya tadi. Sejujurnya Cho masih marah pada Neza, namun Cho mengulurkan tangannya untuk membantunya Neza.
Gadis itu menepis tangan Cho, berusaha bangkit berdiri sendiri dengan bantuan meja bekas. "Emang sialan lo! Gue baik tapi lo begini."
"M-maaf, Kak Prin, Cho—"
Neza langsung menarik tangan Cho dan mengajaknya ke UKS. Laki-laki itu tidak berniat menolak dan mengikuti langkah Neza yang semakin melambat. Saat hampir sampai di ruang UKS, Neza mendadak terjatuh dan tidak sadarkan diri.
"Kak Prin," ujar Cho seraya menepuk pelan pipi Neza. "Kak Prin, maaf Kak—"
Tiba-tiba seseorang datang dan langsung mendorong Cho hingga tersungkur ke samping. Laki-laki itu langsung menggendong Neza dan membaringkan di bangkar UKS.
"Heh! Lo ngapain diem bangsat?! Cepet panggil siapa kek," ujar Rion.
"I-iya, Kak." Buru-buru Cho berlari keluar UKS.
Rion menarik kursi di sebelah bangkar dan terduduk di sana. "Ck, punya sepupu cupu kaya dia pasti nyusahin. Kasian banget cewe gue."
Neza mulai tersadar dan membuka matanya perlahan. Kemudian melihat sekelilingnya.
"Mana si Cho?" tanya Neza yang baru saja sadar. "Ngapain lo di sini?"
Rion tersenyum tipis, seraya bersandar pada kursi itu. "Gue yang nolongin lo. Kenapa malah tanya si cupu?"
"Sialan! Lo yang mukul Cho, kan?!" tuduh Neza seraya menarik baju seragam Rion.
Rion menahan tangan Neza sembari tersenyum tipis. "Lo itu anak baru, belum tau seluk beluk sekolah ini. Lo pikir, gue doang yang suka bully sepupu lo?"
Neza melepaskan tangan dari baju seragamnya dan mendorong tubuh Rion cukup keras, hingga kursi itu terdorong ke belakang. "Kuat juga lo, padahal lagi sakit. Gimana keadaan lo?"
Neza berusaha duduk, namun Rion menahan tubuh gadis itu dan kembali tertidur. "Diem dulu, kek. Lo lagi sakit juga."
"Gue nggak lemah. Lo pikir, gue manusia lemah? Minggir!" balas Neza berusaha untuk turun dari bangkar dan berdiri.
Rion langsung menarik tangan Neza dan terduduk di pangkuannya.
"Lepas nggak?! Sialan lo!" omel Neza.
Laki-laki itu malah tersenyum manis, seraya memeluk Neza dari belakang. "Lo tuh keras kepala, disuruh diem nggak mau. Ya, gue peluk aja."
Neza menatap tajam Rion sejenak, lalu menarik kerah baju laki-laki itu dan bersiap mencekik leher lelaki itu.
"Kak Prin!" teriak Cho berdiri di depan pintu masuk UKS. Lalu berlari menghampiri Neza dan kakak kelasnya itu. "Kak Prin, jangan!"
Buru-buru Neza melepaskan pegangan di kerah baju Rion dan bangkit berdiri. "Sapi! Lo kemana aja?" tanya Neza.
"Tadi lo pingsan, terus gue suruh si cupu ini nyari bidan atau apa kek. Buat liat keadaan lo. Eh, lo udah bangun," sahut Rion santai sebelum bangkit berdiri.
"Ma-maaf Kak Prin, tadi nggak ada siapapun buat Cho bawa ke sini," tutur Cho sembari menunduk.
"Lo itu cowo, tapi malah nyusahin cewe. Kalo sampe calon pacar gue pingsan lagi, lo berurusan sama gue cupu!" ancam Rion seraya menoleh pada Neza. "Ya, kan, cantik?"
"Pergi lo!" usir Neza.
"Bye, cantik," balas Rion lalu beranjak pergi ke luar UKS. Tatapan tajam Rion berikan saat melewati Cho.
Setelah memastikan Rion ke luar ruang UKS. Neza langsung menyuruh Cho untuk duduk di kursi sebelah bangkar. Terlihat lelaki itu tidak ingin melihat wajahnya.
"Lo marah sama gue?" tanya Neza menatap Cho, namun laki-laki itu terus menghindari tatapannya. Neza langsung menangkup wajah Cho yang terlihat sangat menggemaskan. "Lo takut sama gue?"
Cho mengangguk kecil. "Cho, takut sama Kak Prin."
"Stupid! Mana mungkin gue buat jahat sama lo? Gue itu ada, buat jaga lo. Bukan jahatin lo," terang Neza kembali berdiri tegap. "Oke, gue minta maaf karna buat Mami lo. Anggap aja itu hukuman buat mereka yang jahatin lo."
"Cho nggak mau Kak Prin jahat sama orang karna Cho."
Neza mulai terlihat frustrasi. Gadis itu menyugar rambutnya, rasanya Neza ingin memukul kepala manusia bodoh di depannya ini. "Cho, dengerin gue, orang jahat bakal di hukuman, gimana pun caranya."
"Cho, juga jahat. Nggak bisa jadi rangking satu. Cho bakal di hukum juga sama Kak Prin?"
"Ya, nggak gitu, stupid."
"Tapi, Cho—"
"Diem!"
"Maaf, Kak Prin."
Sungguh Neza mulai merasa amarah yang memenuhi dirinya karena ulah manusia bodoh di hadapannya ini. Sepertinya Neza akan berencana untuk menghilangkan Cho setelah tugasnya selesai nanti.
Neza menarik kursi dengan sandaran untuk lengan. Kemudian mendekati Cho. "Tutup mata lo!" Dengan cepat Cho langsung mengikuti perkataan Neza. Seperti biasa Neza mengobati Cho dengan energinya. "Gue butuh empat permintaan lo selama empat puluh hari. Apapun, terserah."
Setelah selesai Neza membuka matanya perlahan. "Buat apa, Kak Prin? Ada tugas sekolah?"
"Lo harus kasi tau gue nanti malam."
***
Seorang gadis tengah tertidur pulas, karena mendadak AC di kelas itu rusak. Cho yang terduduk di sebelah Neza, membantu mengipasi sepupunya itu. Tangan sebelah kiri mengipasi Neza dengan buku dan sebelahnya lagi menulis. Beberapa detik sekali Cho menoleh pada Neza, memastikan Neza tidak kepanasan.
Cho tersenyum tipis melihat memandangi wajah cantik Neza. Saat tertidur seperti ini gadis itu terlihat lebih menggemaskan dan sangat manis. Neza mengangkat sedikit kepalanya, dengan kedua matanya masih terpejam, gadis itu kembali tertidur dengan membelakangi Cho.
Melihat wajah Neza yang tertutup rambut, Cho meletakkan pulpen kemudian merapikan sedikit rambut Neza dan menyelipkannya di belakang telinga. "Kak Prin, makin cantik," tutur Cho pelan tersenyum manis. "Cho, seneng punya Kak Princess."
"Panas," ujar Neza dengan suara serak.
"Iya-iya Kak Prin," sahut Cho langsung mengipas Neza dengan lebih kencang.
"Thanks," balas Neza masih dengan mata yang terpejam.
Tiba-tiba bel istirahat berbunyi begitu nyaring hingga membuat Neza terganggu. Cepat-cepat Cho menutup telinga gadis itu agar sedikit memendam suara bel.
"Kasian Kak Prin," ujar Cho pelan. Kemudian melanjutkan mengipasi Neza.
Setelah hampir semua siswa-siswi di kelas itu menuju kantin. Cho masih mengipasi Neza seraya membaca materi untuk mata pelajaran berikutnya. Gadis itu membuka mata seraya mengangkat kepalanya. Cho yang tengah fokus membaca tidak sadar, kalau Neza sudah terbangun.
Karena masih terasa lemas dan mengantuk, Neza menyandarkan kepalanya di bahu Cho dan kembali memejamkan matanya. Saat itu juga Cho terkejut dan menoleh pada Neza.
"Gue masih ngantuk," ujar Neza. "Pinjam bentar."
Cho mengulum bibirnya, entah rasanya sangat canggung. Hanya Neza gadis yang berani sedekat ini selain Bundanya. Cho cukup bingung kenapa ia selalu berdegup kencang ketika dekat Neza. Sungguh rasanya kurang nyaman.
"Kak Prin, nggak lapar? Mau Cho beli makan sesuatu?" tawar Cho melirik Neza. Namun, Neza tidak menjawab dan masih tertidur lelap. Cho kembali mengipasi Neza dengan buku.
"Cho!" panggil Lena dari ambang pintu dengan suara yang cukup kencang. Hingga Neza terkejut dan terbangun.
Cho menyuruh Lena diam, namun gadis itu tidak memperdulikan perkataannya.
"Ish, lo ngapain, sih?" omel Lena langsung mendorong pelan tubuh Neza.
"Sialan lo!" sentak Neza bangkit berdiri. "Ganggu tau nggak?!"
Lena langsung menarik tangan Cho untuk berdiri. "Ayo, Cho ke kantin."
Neza menahan tangan Cho. Seketika Lena menatap kesal Neza dan kembali menarik tangan Cho, namun Neza langsung menarik dengan kasar hingga Lena ikut tertarik.
"Nez, lo kenapa, sih? Gue mau ke kantin. Lanjut tidur aja," ujar Lena kembali menarik tangan Cho.
"Tangan Cho sa—" ujar Cho terpotong.
"Gue yang pergi sama Cho ke kantin, bukan sama lo. Minggir!" usir Neza beranjak pergi seraya menarik tangan Cho. Lena yang berdiri menghalangi jalan, langsung didorong Neza hampir jatuh.
"Dasar Neza gila!" umpat Lena seraya mengepalkan tangannya kuat. Dengan kesal Lena melangkah mengikuti Neza dan Cho.
Tbc.
Makasii udah baca yaa, jangan lupa vote, komen dan share cerita ini. (。•̀ᴗ-)✧
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top