Part. 12 | 40DWW 🪄

Setalah sampai di rumah keluarga Putra, Neza diminta mampir oleh Cho. Sejujurnya gadis itu sangat malas, apalagi jika ia harus bertemu dengan wanita perusak keluarga orang. Neza semakin paham kenapa dahulu sang Ayah memintanya untuk tidak percaya apa manusia manapun.

"Gue mau balik," ujar Neza sembari bangkit berdiri.

Cho ikut berdiri. "Nggak minum dulu, Kak Prin? Ini Cho yang buat tau."

"Gue nggak nanya, sapi! Minggir! Gue mau balik," balas Neza melangkah ke luar ruang tamu itu.

Cho mengikuti dari belakang, mengantarkan Neza. "Ya, udah. Hati-hati Kak Princess," tutur Cho tersenyum manis. "Jangan kencang-kencang bawa motornya, Kak Prin."

Baru saja Neza menuju motornya. Sebuah mobil mewah berhenti di depan halaman rumah itu. Seseorang wanita dengan hak tinggi, melangkah ke luar mobil. Sembari menaikan kacamata coklat ke atas kepalanya.

Melihat seorang gadis dengan motor sport, membuat wanita itu menghampirinya. "Nerezza? Kamu Neza, kan?"

Neza langsung membuka kaca helm full face-nya itu. "Kenapa?"

Wanita bernama Angel itu langsung memeluk Neza, membuat gadis itu terkejut. Sungguh Neza merasa sangat jijik pada manusia satu ini.

Cho lantas menghampiri mereka berdua. "Mami nggak bilang, kalo hari ini sepupu Cho pindah ke sekolah Cho?"

Angel menoleh malas pada anak tirinya itu. "Neza, ponakan saya. Saya nggak sudi, dia punya sepupu kaya kamu."

Seketika itu juga, Cho langsung mengatup rapat mulutnya. Kemudian sedikit menjauh dari mereka dan berdiri dengan pintu utama dengan wajah menunduk.

Lalu wanita berkepala tiga itu beralih pada Neza dengan raut wajah berubah bahagia. "Mami kamu belum bilang? Kamu bakal tinggal di sini, 40 hari sambil nunggu renovasi selesai. Tante udah bawa semua keperluan kamu. Yuk, kita masuk."

Sungguh Neza tahu ini rencana siapa. Menyebalkan padahal dalam perjanjian waktu itu tidak ada untuk tinggal bersama. Ini akan semakin merepotkan, apalagi harus bertemu dengan anak manja itu hampir 24 jam. Tapi, Neza harus sabar, lagipula membuat manusia bahagia sangatlah mudah. Seperti tugas-tugas sebelumnya.

"Heh! Ngapain diem? Bantu Pak Agus bawa barang Neza ke kamar. Cepat!" perintah Angel.

Neza menuruni motor dan membuka helmnya. Gadis itu tersenyum tipis.

"Makasih."

Angel mengusap pelan rambut gadis yang katanya ponakannya itu. "Sama-sama sayang. Ayo, Tante antar kamu ke kamar."

Angel menarik tangan Neza memasuki rumah mewah itu lagi. Melihat Cho yang mendadak terdiam itu membuat Neza takut. Jika sampai laki-laki itu menangis, habislah dia. Itu akan sangat menyakitkan. Sungguh merepotkan tugasnya kali ini.

Sampailah di kamar baru milik Neza. Warna catnya benar-benar membuatnya gadis itu sakit mata. Sangat putih dan terlihat sangat bersinar. Dengan sentuhan warna krem dan sedikit warna merah jambu. Jujur saja Neza lebih menyukai warna gelap.

"Tante udah siapin semuanya, semoga betah ya sayang. Tante tinggal ya," ucap Angel sebelum beranjak pergi.

Neza menutup pintu kamar, kemudian terduduk di sofa kecil ujung tempat tidur. Gadis itu melihat ke seluruh isi kamar itu memastikan tidak ada sesuatu yang bahaya. Setelah sekitar sepuluh menit berlalu, tiba-tiba Neza merasakan panas dari kalung itu, dadanya seperti terbakar.

Neza yang berniat mencari Cho, tiba-tiba  terkejut melihat Cho datang dengan koper besar dan luka lebam di dahi, cairan merah mulai bercucuran. Laki-laki itu langsung menuju depan lemari berniat membantu merapikan barang-barang milik sepupunya itu.

"Kak Prin, maaf agak lama," balas Cho menoleh dengan senyuman manis tanpa ada rasa sedih sekalipun. "Cho, bantu, ya."

Neza menghampiri Cho. "Lo kenapa? Siapa yang buat gini?"

Cho tiba-tiba menetes air mata, sembari menunduk. Cho benar-benar merasa bersalah hingga tidak pantas menatap mata Neza. Tetesan air mata itu, mulai menjadi Isak tangis. Neza yang sebelumnya berdiri, mendadak menjatuhkan tubuhnya hingga terduduk di karpet itu.

"K-Kak Prin," tutur Cho khawatir dan langsung berlutut melihat keadaan keadaan sepupunya itu. "Kak Prin, kenapa pucat banget? Kenapa Kak?"

Neza memegang dadanya menahan rasa panas dan perih dalam waktu bersama, akibat kalung itu. Neza tidak mengira akan terasa sangat sakit seperti ini. Sungguh menyakitkan.

Akh.

"Cho, ja-jangan--" tutur Neza terhenti seraya mengangkat kepalanya. "Sakit."

"M-maaf, Kak Prin." Cho buru-buru menghapus air matanya. "Kak Princess, nggak apa-apa, Kak? Sakit banget ya Kak?"

Neza berusaha bangkit berdiri, dengan cepat Cho menahan tubuh gadis itu. Membantunya menuju tempat tidur.

"Pelan-pelan, Kak Prin."

Perlahan Neza berbaring di sebelah kanan ranjang itu. Cho membantu memakaikan selimut.

"Gue nggak apa-apa."

Cho menggeleng cepat. "Beneran, Kak Prin?" Laki-laki itu langsung berlutut di sebelah ranjang. "Maaf, Kak Prin."

Neza menepuk pelan puncak kepala Cho. "Siapa yang buat lo nangis? Bilang sama gue!"

"Cho, nggak apa-apa, kok, Kak Prin."

"Cho, lo mau jujur atau gue cari sendiri?"

Sejenak Cho terdiam, entah ia harus cerita bagaimana. Sungguh Cho sangat bingung. Laki-laki itu menunduk.

"Cho, nggak sengaja jatuhin koper Kak Princess. Terus Mami pukul Cho, tapi nggak apa-apa. Kopernya nggak rusak Kak. Maaf, Kak Prin."

Neza perlahan terduduk. "Dia yang mukul lo, cuma karna gini? Sialan!"

"Ini beneran salah Cho, Kak Prin."

Napas Neza mulai memburu, wanita jahat itu. Benar-benar akan menjadi mempersulit tugasnya kali ini. Sungguh manusia bebal. Wanita seperti dia seharusnya disingkirkan dari dulu.

"Gue itu sepupu sekaligus penjaga buat lo. Siapapun yang jahat sama lo, bakal berurusan sama gue. Lo ada perintah apa buat si Angel?"

"Maksudnya Kak Prin?"

Neza memegang kedua bahu Cho. "Lo bisa kasi perintah apa aja buat ilangin Angel. Gue bisa bunuh dia sekarang."

Mendadak Cho merinding dengan perkataan Neza barusan. Laki-laki itu seperti melihat warna putih bola mata Neza yang tiba-tiba berubah menjadi hitam beberapa detik. Itu membuatnya menggidik ngeri.

Cho menggeleng kecil. "Nggak, Kak. Cho beneran nggak apa-apa."

Neza menghela napas panjang, menyandarkan punggungnya dengan bantal yang cukup besar. Kemudian melirik ke arah Cho yang masih terdiam. Sebagai penyihir Neza tidak bisa bertindak tanpa perintah karena itu akan membuatnya dalam masalah. Tapi, kalau begini terus tugas akhirnya ini akan gagal.

"Lo dekatan sini," pinta Neza.

Cho mendekatkan wajahnya pada Neza. "Iya, Kak Prin?"

"Tutup mata."

Neza meletakan telapak tangan tepat di atas dahi, berusaha menyembuhkan luka lebam tadi. "Udah, buka mata sekarang."

Pelan-pelan Cho membuka matanya. "Makasih, Kak Princess."

"Iya. Keluar sana."

***

Tepat pukul tujuh malam, seisi rumah ini memakan dengan lahap makanan yang telah di sediakan oleh pembantu rumah tangga. Sang pemilik rumah, belum kembali jadilah hanya ada Angel, Neza, dan Cho yang sibuk dengan makan malam ini. Melihat senyum Angel pada Neza, membuat gadis itu mual. Bisa-bisanya wanita itu merusak rumah tangga orang. Sungguh membuat Neza jengkel.

"Gimana makanannya enak, kan sayang?" tanya Angel yang terduduk berhadapan dengan Neza. "Kalo nggak enak, Tante minta pembantu buat baru."

"Nggak usah, Tan," balas Neza dengan senyuman terpaksa.

"Makan yang banyak, ya, Neza. Aduh, ponakan Tante cantik banget, ya. Katanya kamu ini rangking satu terus ya, dari SD? Ya ampun, Tante bangga banget punya ponakan kaya kamu."

Neza hanya mengangguk kecil, sambil sesekali menyendok makan dengan porsi sedikit itu. Sungguh menyusahkan keluarga ini. Gadis ini sangat muak. Jika dipikir-pikir manusia itu pintar juga.

Cho yang mendengar setiap pujian yang dilontarkan Angel-Ibu tirinya membuatnya tersenyum kecut, seraya menyendok makan dalam mulutnya. Setidaknya malam ini Cho merasa aman karena ada Neza. Sepertinya Cho akan sangat terbantu karena kehadiran sepupunya itu.

"Neza itu beda banget sama tuh anak tiri Tante. Udah bodoh, nyusahin Ayahnya. Dikasi sekolah bagus, malah nggak rangking satu. Bodoh turunan Bundanya tuh," ujar Angel melirik Cho remeh.

Neza menoleh pada Cho yang mendadak terdiam dan meletakkan sendok dan garpu. Lalu gadis itu menendang kaki Cho di sebelahnya.

"Lo mau gue apain si Angel?" bisik Neza.

"Maksudnya Kak?"

Neza memutar bola matanya malas. Saat itu juga, Neza menatap mata Angel mengunci pandangannya dan mulai menghipnotis Angel yang berada di depannya.

"Dengerin gue, tarik rambut lo sampe Cho maafin lo," tutur Neza pelan.

Seketika Cho terkejut melihat Ibu tirinya menarik rambutnya sangat kuat hingga mulai rontok. Angel menarik rambutnya tanpa teriak dan dia hanya diam dengan pandangan kosong.

Baru saja Cho akan berdiri, Neza langsung menarik pergelangan tangannya. "Ngapain?"

"Kak Prin, apain Mami?"

"Lo sakit hati, kan sama Angel? Gue bisa rasain apa yang lo rasain, sapi."

"T-tapi Kak—Mami kasian."

"Dia kasian sama lo? Jangan stupid, sapi."

Cho mulai sedih melihat Ibunya tirinya menarik rambutnya. Cho yakin pasti sangat sakit, apalagi rambutnya sampai rontok banyak.

"Kak Prin, stop Kak!"

"Bilang lo maafin Angel," balas Neza santai seraya menikmati pemandangan depannya itu.

"Cho maafin."

Neza langsung menatap mata Angel dan menghentikan hipnotis itu. Saat itu juga Neza bangkit berdiri dan beranjak pergi menuju kamar.

"Mami, nggak apa-apa?" tanya Cho khawatir melihat Ibu tirinya itu.

"Kamu ngomong apa, sih?" balas Angel seperti biasa dan langsung meninggalkan Cho di meja makan sendirian.

Tbc.

Makasii udah baca yaa (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)
Jangan lupa vote, komen dan share cerita ini.

Follow:
wp: riasheria
Tik tok: ryajoyful
Ig: riasheria_

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top