Part. 11 | 40DWW 🪄
Bel pulang sekolah berdering nyaring seperti biasa. Disambut dengan helaan napas setelah belajar hingga sore hari, namun ada juga yang bersorak gembira karena ingin cepat pulang dan bisa main. Berbeda dengan laki-laki berambut mangkuk itu masih sibuk mencatat materi pelajaran akhir itu.
"Kak Prin, bentar lagi ya Kak. Udah mau selesai, kok," ujar Cho sembari mencatat.
Neza yang terduduk di atas meja itu, memutar bola matanya. Sungguh hari pertama yang cukup melelahkan. Belajar dari pagi sampai sore, belum lagi istirahat hanya sebentar walaupun dua kali. Ah, sungguh membuatnya kelelahan, untunglah Neza tidak sekolah seperti manusia ini.
"Ck, lo udah ngomong gitu lima kali. Kayanya tuh guru mesti dikasi pelajaran biar nggak ngasih catatan seenak jidat. Lo ada buku kan, kenapa mesti catat sih?!" balas Neza sedikit kesal. "Ribet."
"Pelajaran apa Kak Prin?"
"Hah? Maksud lo?"
Cho berhenti menulis dan menoleh pada Neza. "Tadi kata Kak Prin, gurunya mau dikasi pelajaran? Bukannya Guru yang kasi pelajaran, Kak?"
Neza langsung turun dari meja. "Sapi, lo suka bikin orang kesel ya?! Maksud gue gurunya ditegur kek atau diapain kek."
Laki-laki itu hanya mengangguk kecil, kembali melanjutkan menulis itu. "Ini udah terakhir, Kak Prin."
"Terserah, deh."
Baru saja Neza ingin ke luar kelas. Seorang gadis dengan kepang dua itu datang dan langsung melewatinya.
"Chocho," panggil Lena.
"Ck, dia masih berani ke sini? Dasar manusia," tutur Neza pelan kemudian menunggu Cho di depan kelas, sembari melihat beberapa siswa tengah bermain voli.
Neza bersandar pada dinding pendek itu, seraya melihat pemandangan matahari yang sangat terlihat sangat orange. Gadis cukup kagum dengan kehidupan manusia, mereka bisa melihat matahari sangat cantik. Berbeda dengan di dunia penyihir tidak ada matahari hanya cahaya putih dari bulan.
Sejujurnya Neza cukup tertarik menjadi manusia. Namun, manusia sangat lemah dan mereka sangat mudah tergoda juga jahat. Walaupun penyihir jahat, tapi menurut Neza manusia lebih jahat. Berdasarkan pengalamannya membunuh beberapa manusia hanya karena keuntungan satu pihak, bahkan tidak memandang keluarga. Sungguh mengerikan.
"Untunglah gue cuma punya darah manusia setengah," batin Neza.
"Neza, lo nggak mau pulang?" tanya Lena. "Ayo."
"Ya," jawab Neza singkat.
Lena dan Cho berjalan beriringan sembari mengobrol santai seperti yang mereka lakukan setiap harinya. Neza mengikuti mereka dari belakang seperti bodyguard dua anak kecil.
Setelah menuruni anak tangga yang cukup banyak dari lantai dua. Mereka bertiga melangkah melewati koridor deretan ruang guru dan ruang BK. Tanpa di sadari terdengar suara teriakan seseorang mengarah padanya.
Bola voli mengarah pada Cho begitu cepat dan kencang. Saat itu juga, gadis itu langsung menangkisnya begitu cepat, bahkan beberapa murid di sana langsung terkagum melihat pukulannya yang sangat bagus.
"Astaga, Cho-" tanya Lena terpotong.
Namun, Cho malah berbalik pada Neza dengan raut wajah khawatir.
"Kak Prin," panggil Cho berbalik diikuti dengan Lena di belakangnya. "Kak Princess, nggak apa-apa, Kak?"
Lena yang mendengar kata princess itu terkejut. Bagaimana bisa Cho memanggil sepupunya itu princess, apa karena murid baru itu sangat cantik? Lena benar-benar kesal sekarang.
"Seharusnya lo tanya diri lo, bukan gue," jawab Neza kesal.
"Cho nggak apa-apa, kok, Kak," ujar Cho terlihat sangat khawatir.
Neza langsung menoleh ke arah lapangan, mencari orang yang melempar voli ke arahnya tadi. Setelah mendapatkan sang pelaku Neza langsung melangkah ke lapangan.
"Kak Prin," panggil Cho berusaha mencegah Neza agar tidak berurusan dengan kakak kelasnya itu. Baru saja Cho ingin mengikuti Neza, Lena menahan tangannya.
"Cho, lo mau ngapain ke sana? Udah, nggak apa-apa," ujar Lena.
Neza melangkah mendekati laki-laki itu dan langsung melemparkan ranselnya mengenai tepat di kepalanya. Seketika laki-laki itu langsung menoleh dengan wajah penuh amarah.
"Lo?!" sentak Rion.
Neza mengangkat ujung bibirnya, seraya menyugar rambutnya dan mendekati laki-laki itu.
"Maksud lo apa?!" hardik Neza kesal. "Lo mau celakain sepupu gue?!"
"Bisa sopan dikit nggak, cantik? Gue kakak kelas lo, kalo lo lupa." Sembari mengusap gemas puncak kepala Neza.
Neza menatap tajam pada laki-laki itu. "Lo ada masalah apa sama Cho? Hah!"
Rion sedikit merendahkan tubuhnya menyamakan tingginya dengan Neza.
"Gue cuma nggak suka sama orang goblok, lemah dan cupu aja. Kenapa ada masalah sama lo?!"
"Gue peringatin sama lo, jangan ganggu Cho sepupu gue."
Rion kembali berdiri tegap dengan kedua tangannya di dalam saku celana, sedikit terkekeh kecil.
"Lo orang pertama yang ancam gue. Lo menarik banget."
Neza mendecak kecil, mendekati Rion kemudian berbisik di sebelah telinga kirinya. "Jangan sampe lo beneran abis sama gue, manusia," ancam Neza membuka seluruh bulu kuduk berdiri, sungguh rasanya mendadak dingin dan merinding. "Asal lo tau, gue udah biasa urus manusia kaya lo. Lo tinggal pilih mau mati kaya gimana."
Rion mengatupkan bibirnya, susah payah menelan ludah. Sungguh rasanya mendadak membuatnya sangat takut, namun Rion berusaha untuk terlihat tenang dan santai. Tidak ingin terlarut dengan ketakutan, Rion memegang beberapa helai rambut gadis itu.
"Gue tunggu, cantik. Lo itu bener menarik."
Neza menepis tangan Rion. Gadis itu mendorong tubuh Rion dengan jari telunjuknya. "Gue pastiin lo bakal sujud dibawah kaki gue," ucap Neza penuh penekanan. Sebelum berbalik menuju Cho dan Lena.
Rion hanya menatap punggung gadis itu, sembari tersenyum tipis kagum dengan gadis cantik dam pemberani itu. "Kita tunggu nanti."
***
Setelah Lena pulang bersama jemputannya. Neza dan Cho menunggu jemputan Cho, sejujurnya Neza masih merasa geram dengan manusia bernama Rion tadi. Ditambah sekarang Neza diuji kesabarannya dengan Cho, polos dan menyusahkan. Tas yang tadi sempat dilempar pada Rion, diam-diam diambil oleh Cho dan langsung dikembalikan padanya. Padahal tas itu sama sekali tidak penting, Cho malah memaksa ke lapangan untuk mengambilnya.
Cho tengah menunggu supir untuk menjemput, entah sudah hampir setengah jam jemputannya itu belum juga datang. Padahal Pak Agus-supir pribadinya itu sangat tepat waktu dan sangat jarang sekali terlambat. Neza yang menunggu Cho dan terduduk di atas motor hanya bisa menahan kesal karena malas menunggu.
"Pulang bareng gue aja, sapi. Lo mau nunggu sampe kapan? Hah?!" ajak Neza geram.
Sembari merapikan poninya yang tertiup angin, lalu Cho menjawab. "Biasanya Pak Agus nggak pernah telat Kak Prin. Cho khawatir Pak Agus kenapa-napa."
"Belum diangkat juga telponnya?"
Cho menggeleng kecil dengan wajah yang sedih, sembari menunjuk layar ponsel pada Neza. "Gimana, ya Kak Prin?"
"Ck, abis ini pecat aja. Ribet."
"Jangan Kak, kasian."
Neza langsung menyalakan mesin motor. Kemudian memakai helm full face itu. "Naik."
"Tapi, Kak Prin. Nanti kalo-"
Neza menarik tangan Cho dan memaksanya naik. "Cepet, dia nggak akan datang."
Cho pun menaiki motor sport itu dengan hati-hati. Setelah terduduk di belakang gadis itu, laki-laki itu mendadak bingung ingin memegang apa agar tidak terjatuh.
"Kak Princess, Cho meluk boleh nggak? Takut jatoh."
"Pegang pundak gue, kan bisa?!"
Dengan takut-takut Cho memegang kedua pundak gadis di depannya itu. "Udah, Kak Prin. Pelan-pelan ya Kak."
Neza menutup kaca helm, mulai menjalan motornya itu. Baru saja jalan beberapa meter dari sekolah, tangan Cho bergetar karena ketakutan. Padahal Cho sudah bilang, kalau jangan kencang. Tapi, Neza malah mengendarai motor begitu kencang.
"Kak Prin, jangan kencang-kencang," pinta Cho sedikit teriak. "Cho, takut-"
Neza mengerem tiba-tiba, seseorang muncul untuk menyebrang. Saat itu juga Cho langsung memeluk pinggang ramping Neza.
"Pegang pundak gue, bukan pinggang gue!" ujar Neza geram seraya membuka kaca helmnya.
"Ma-maaf, Kak Prin. Abis Cho kaget banget."
"Ck, lo itu harus bawa motor sendiri biar nggak nyusahin orang," tutur Neza kembali menjalankan motornya.
"Tapi nggak boleh sama Bunda. Bahaya, Kak Prin, Cho juga takut bawanya."
"Sapi, lo udah gede, harus mandiri. Bukannya manusia abis SMA itu kuliah?"
"I-iya, sih Kak."
"Jangan iya doang. Mau sampe kapan lo dibully sama Rion sialan itu?! Lo harus buktiin sama dia, kalo lo nggak selemah yang dia kira."
"Cho, cuma mau rangking satu dan masuk kelas 12 MIPA 1. Tapi, selalu nggak bisa."
"Bisa! Kalo ngomong doang ya, nggak bakal bisa sapi!"
"M-maaf, Kak Princess-"
"Ngapain minta maaf? Ilangin sifat lo itu. Kalo lo salah baru minta maaf."
Cho hanya diam dan tidak membalas perkataan Neza. "Jadi, yang buat lo seneng itu dapet rangking 1?"
"Iya, Kak Prin. Kata Ayah, kalo Cho bisa masuk kelas 12 MIPA 1, Cho bakal bisa ketemu Bunda dan ajak Bunda tinggal sama Cho."
"Putra sialan! Bisa-bisanya dia boong."
Neza mulai mengurangi kecepatan motornya saat memasuki kawasan yang cukup macet. "Gue bakal bantu lo, pokoknya lo harus bahagia selama 40 hari, sapi."
Tbc.
Makasii udah baca, jangan lupa vote, komen dan share juga yaa (。•̀ᴗ-)✧
Jangan lupa juga follow
Wp : riasheria
Tik tok : ryajoyful
Ig : riasheria_
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top