Senpai: Promo
“Oi!”
Panggilan itu mengagetkannya yang sedang duduk seorang diri di bangku tengah kantin FE. Jisoo mendengus sambil melotot sebal ke teman yang barusan memanggilnya.
Manggil pakai nama kek, bukannya ‘oi, oi, oi’ emang nama dia ‘oi’? Nggak sopan! Meski sebenarnya dia sering memanggil teman dengan ‘oi’—ehehe, berarti sama tak sopannya mereka.
“Haus!” Uzin asal menyerobot sedotan plastik milik Jisoo hampir setengahnya dihabiskan saking haus setelah berjalan dari fakultas ke kantin FE. Fakultasnya berada di ujung dan kantin FE ada di ujung, untung ada teman mau menebenginya. “Ngomong-ngomong, dapat DM mas Cayo gak?”
“Cayo siapa?”
Uzin menepuk jidat, lupa temannya ini tak mengenal Mas Cayo, kenalnya pasti Chanyeol. Lagian nama Cayo nama UKM bukan nama keseharian. “Chanyeol, Chanyeol.”
“Oh,” pundaknya naik sekali, “nggak tahu, DM bludak, males bukain satu-satu,” katanya.
“Sombong!”
Dia tak sombong—seriusan DM instagram bludak (penuh), sehari bisa lebih dari sepuluh orang mengiriminya pesan. Maklum, dua tahun lebih jadi mahasiswi namanya sudah jadi beken gara-gara keisengan teman mentag fotonya ke akun hits kampus, padahal Jisoo tak berharap menjadi anak hits.
“Emang kenapa?” tanyanya.
“Buka sendiri gih,” balasnya sambil menghabiskan es jeruk yang tinggal sedikit. Jisoo melirik Uzin yang menghabiskan minumannya dan membiarkan saja. “Dia mau minta tolong gitu,” lanjutnya kemudian.
“Apa?”
“Promoin acara UKM. Kamu anak hits followers banyak, pasti adik tingkat banyak tuh follow.”
“Hmm.” Jisoo sudah menduga hal itu. Bukan apa-apa, dia sudah sering dimintai tolong anak-anak kampus apalagi kakak tingkat untuk promoin acara UKM mereka. “Yaudah, mana?”
“Buka DMnya, Cantik ...!!!” Uzin mengeram gemes. "Laper, nih.”
“Pesen makanlah!”
"Ibu ...!!!” Tanpa basa-basi Uzin dengan suara keras memanggil ibu, si penjual. Di kantin FE (Fakultas Ekonomi) ada banyak stand penjual makanan, saat Uzin berteriak ‘Ibu’ sekiranya dua atau tiga ibu-ibu menoleh. Uzin meringis sebelum berdiri mendekati si ibu penjual mie nyemek langganannya. Mie nyemek di sini paling top markotop.
“Gak usah dibuka DMnya! Orangnya di sini,” seru Uzin begitu cepat menahan Jisoo.
Siapa juga mau buka DM? pikirnya sebelum mendengar Uzin berteriak memanggil seseorang.
Tau nggak, sih? Jisoo sampai menunduk malu karena Uzin setiap teriak suka nggak tahu diri. Pasti kenceng banget dan sengaja heboh biar jadi pusat perhatian. Untung teman coba bukan? Udah dia tinggalin kali.
Mas Cayo alias Mas Chanyeol datang ke meja mereka. Uzin langsung mengenalkan mereka berdua. Jisoo setuju dan berkenalan dengan lelaki itu untuk kedua kalinya. Sebenarnya waktu maba Jisoo pernah berkenalan sama kakak tingkat satu ini. Salah satu anggota UKM terkutuk itu begitu juga dengan Uzin.
Sudah dua tahun berlalu dan Jisoo masih memendam dendam sama si Maung alias ketua sialan UKM MAPALA.
“Jadi, gimana? Mau gak?” Chanyeol bertanya setelah duduk tanpa basa-basi. “Acaranya masih bulan depan sih, sekali post feenya berapa?”
“Sama dia gratis, gak perlu bayar.”
“Masa?”
Ia mengangguk. Selama ini Jisoo nggak pernah minta bayaran tiap kali memposting ‘permintaan tolong’ teman kampus atau kakak tingkat untuk mempromokan acara mereka. Gunanya dia main instagram buat have fun bukan cari duit. Followers banyak juga berkat teman-temannya yang suka sekali tag foto dia ke akun hits kampus.
“Gak enak ah, masa gak bayar?”
“Seriusan, Mas!” Uzin menambahi, “Tanyain Kak Ugi kalau gak percaya. Dulu pakai jasa Jisoo juga buat promoin acara ukmnya.”
“Seulgi?”
“Iya.”
“Sumpah, gak enak kalau gak bayar. Kita, kan, minta tolong ... masa gak bayar?”
Giliran Jisoo mau menyahuti, Uzin sudah menyela lebih cepat dengan nada super ngototnya. Dia hanya diam mendengarkan saja, sementara Chanyeol tetap bersikukuh akan membayar. Dia merasa tak nyaman apabila tidak membayar, sedangkan Uzin bersikukuh bahwa mereka tak perlu membayar dengan embel-embel ‘Jisoo baik bukan mata duitan.’
Ck!
Yakin deh, setelah ini Uzin pasti minta dibayari makanannya.
“Eh, Din, gratis katanya,” ujarnya tiba-tiba menoleh samping ke sosok pemilik tubuh jangkung yang barusan ikut bergabung.
“Baguslah,” responnya demikian.
Jisoo sama sekali tak minat untuk mencari tahu si pemilik suara bariton itu. Dia sudah tahu siapa orangnya. Si kakak tingkat yang dengan tega mengusirnya dari UKM. Well—yeah,sampai sekarang dia masih dendam sama kakak tingkat satu itu. Dua tahun sudah terlewatkan tapi masih dongkol tiap mengingat peristiwa lalu itu.
Dua tahun lalu Jisoo merupakan seorang maba yang iseng-iseng ikut UKM karena ajakan seorang teman. Uzin adalah si teman pengajak. Bukannnya senang ikut UKM, dia malah dengan kurang ajar sialannya diusir dari UKM oleh si kakak tingkat di hari pertama pertemuan.
Sialan!
“Masih ingat gak? Dia itu yang lo usir di UKM.” Sepertinya Chanyeol sengaja menyetil ingatan masa lalu mereka.
“Oh, itu.” Ekspresnya jelas terlihat flat, sama sekali tidak melihatkan ekspresi tertarik, dan dengan santai menduduki bangku kosong depan Jisoo. “Lupa, Yo, emang pernah?”
“Bajingan, sok-sokan lupa!” ujat Chanyeol menggeleng. “Jis, ingat gak kamu?”
Sebelumnya Uzin membisiki Jisoo kalau si Mas Chanyeol itu bicaranya seperti Blungon. Dia asli warga Jakarta merantau ke Jawa, sebab itu cara bicaranya sering campur aduk.
Jisoo hanya tersenyum tipis dan mengiyakan. Mana mungkin dia melupakan bahkan sampai sekarang pun masih dendam padanya.
“Habis diusir Mas Udin dia misuh-misuh, tau! Sampai nyumpahin Mas Udin kualat masuk neraka jahanam.” Uzin membeberkan sumpah serapah Jisoo kala itu. “Eh, iya, dia juga ngatain Mas Udin si maung galak hahahaha, kocak, kocak.”
Jisoo melotot sebal karena Uzin telah membeberkannya. Lagian Mas Udin siapa?!!
“Udin panggilan Sehun. Udin nama UKM—nama jelek kita gitu. Fyi, nih, dia dulu cupu banget makanya dikasih nama Udin sama kating.” Mas Chanyeol melihatkan ekspresi senang sekaligus meledek.
“Enggak papa panggilan Udin, Mas Udin tetap paling ganteng seukm kok. Iya, kan, Mas?” goda Uzin menoel lengan Sehun di balik kemeja flanel ijo tuanya.
Tanpa menanggapi candaan dua orang samping kanan kiri, Sehun berdehem kemudian bertanya,“Jadinya gimana soal promo?”
“Nah, iya, gimana Jis, mau gak?” tanya Uzin balik ke topik semula.
“Iya.”
“Seriusan gratis tanpa fee?” Lagi, Chanyeol bertanya ke hal ini.
“Iya, Mas,” jawab Jisoo.
Membuatnya tersenyum senang. “Baik banget sih, kuy jadian?” Bercandanya, tak lama bertanya lagi, “Ikut UKM apa sekarang?”
“Halah, dia gak ikut UKM apa-apa. Sejak diusir Mas Udin dia ogah ikut UKM,” beber Uzin, lagi.
“Waaaaaah, Udin, gara-gara lo bacot si adik cantik ogah iku UKM. Lo sih, ah!” omel Chanyeol sebal sendiri. “Yaudah kuy, ikut UKM Mas aja. Tenang si Udin udah bukan ketua, ketuanya sekarang adik tingkat. Si tua bangkotan satu ini bentar lagi pensiun jadi mahasiswa.”
“Cangkemu, Yo!” (mulutmu)
“Kasar ik, cangkemmu, adek gak like ya, mana dong krama alusnya?” omel Uzin.
“Berisik, Nong!” balas Sehun kini melirik sebal Uzin, si adik tingkat yang tingkat kebacotannya 11:12 sama Chanyeol.
“Ck! Mentang-mentang semester tua, merasa udah pinter bahasa jawa, nih?”
“Sak karepmu wes!” (terserah kamu ajalah) katanya sambil beranjak dari kursi.
“Mutungan, ik.” (baperan ih, baper)
“Urusin aja tuh promo acara. Aku mau ketemu rektor minta izin acara,” katanya sebelum pamit dan kompak dijawabi oleh dua orang, “Roger, Pak Boss!”
Sehun telah pergi kini tinggal mereka bertiga. Mereka pun kembali membahas acara—hanya Uzin sama Chanyeol karena urusan sama Jisoo sudah beres. Daripada jadi keong ‘hah, hoh, hah, hoh’ lantas dia pamit undur, toh bentar lagi ada kelas.
“Hati-hati, Sayang,” teriak Uzin disusul teriakan Chanyeol, “Follback, Jis, ojo lali yo ...!!!” Dan Jisoo mengangkat jempolnya tinggi-tinggi sebagai pertanda ‘oke.’
teruntuk kalian yang gak tahu si mbak aing alias mbak Lee Ujin alias uzin
dia bestfriend mbak jisoo in real life. Fyi, ini mengikuti cerita lainnya;
1. Scenario (Chrisoo)
2. Ugly, Kim + Hello, Lee (Taesoo)
3. Senorita (Jaesoo)
4. Senpai (Hunsoo)
Dari part 1 itu kesebut semua circlenya mbak jis, part 2 hanya mbak ari, part 3 mba suju, part 4 mbak ujin, part 5 gak tahu nanti siapa wkwkwk
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top