Senpai: Pedekate
“Jadi, ikut gak?” Chanyeol bertanya saat mereka berlima sama-sama jalan menuju kantin FE. Setelah mengantri lama bayar KKN, Chanyeol langsung mengajak mereka ke kantin, ngobrol-ngobrol bentarlah.
“Muncak, Jis,” lanjutnya menyentil ingatan Jisoo soal ajakan katingnya itu dua hari lalu. “Kita berangkat tanggal enam. Sabtu pagi kumpul di posko, jam tujuh berangkat, sampai sana palingan jam sepuluh pagi. Terus siangnya kita naik-naik ke gunung, seru lho!” Seriusan seru kalau ramai-ramai.
Minggu kemarin Jisoo sudah minta izin ke ibu-bapaknya. Mereka mengizinkan, asal Jisoo selama muncak tidak aneh-aneh. Pesan Mas Jae juga, Jisoo dipinta selama muncak tetap barengan sama teman-temannya, jangan asal sok tau, diusahakan jangan sampai ngomong kasar. Bisa berabe ngomong kasar lalu penghuni sana tidak suka. Emang mau, tidak pulang selamanya?
“Iya, Mas,” jawabnya kemudian.
“Mantul, dah!” Chanyeol tersenyum puas. Tak lupa menyenggol Sehun sambil memainkan kedua alisnya penuh kebanggaan.
Sehun tak acuh. Dia berlagak tidak peduli, tapi sebenarnya senang tahu kalau Jisoo ikut muncak tanggal 6 nanti. Sepertinya muncak tahun ini akan lebih menarik dibandingkan tahun sebelumnya.
“Kalian ikut juga boleh kok.” Chanyeol mencoba menawari dua teman Jisoo. Tidak ada masalah, jika kalian bukan anggota UKM Mapala dan mau ikut muncak. Semua boleh ikut, asal mengikuti prosedur UKM Mapala selama mendaki gunung.
Bona memandang Nayeon sebelum ia menggeleng. Menandakan bahwa dia menolak tawaran Chanyeol. Dia jelas tidak tertarik soal daki-mendaki. Membayangkan dirinya mendaki saja sudah membuangnya ketakutan. Beda lagi sama Nayeon yang memikirkan dengan serius.
“Jisoo ikut, masa kalian gak?”
“Hmm, gimana ya,” seru Nayeon melirik Jisoo seakan meminta jawaban darinya.
Jisoo cuma memandangnya saja tanpa memberi jawaban. Hingga kemudian Nayeon menolak. Dia memilih tidak karena tidak mau ambil resiko. Mendaki butuh berjam-jam berjalan kaki untuk sampai ke atas. Belum lagi mereka harus menggendong tas ransel dengan beban yang lumayan dapat meremukkan punggung.
So, mereka berdua say no.
“Kamu ada tas gunung gak?” tanya Sehun seketika memancing Chanyeol untuk menggodanya. Sehun berusaha mengabaikan godaan Chanyeol dengan ekspresi dingin. “Kalau gak ada, aku punya dua tas gunung di kontrakan. Mau aku pinjami?”
“Giliran Jisoo boleh, gue enggak. Najisin amat lu!”
“Aelah, Yo. Di kamar lu ada lima tas, ngapain gue pinjemin?”
“Halah, bilang aja lu pilih kasih!” dengusnya berlagak marah.
Jisoo kontan tertawa canggung, sedang dua temannya tampak bingung.
“Mas Sehun sama Jisoo pedekate?” tanya Nayeon. “Atau udah—” kata-katanya tergantung seperti lagu Melly Goeslaw saja “gantung”. Pasalnya dua orang yang namanya disebutkan hanya terdiam dan saling melirik satu sama lain dengan canggung.
Mereka pedekate? Belum, kayaknya.
“Ditanyain tuh, jawab dong!”
“Diam kenapa lu!” balas Sehun agak sewot. Pengen banget cowoknya Wendy dia getok kepalanya pakai es batu.
“Udin emang suka gini, Jis. Suka gaje sama cewek. Tukang pemberi harapan palsu.”
“Lambene!” (mulutmu)
Chanyeol toh tidak peduli. Dia terlalu asyik menjelek-jelekan teman sendiri. “Seingat gue udah lebih dari empat orang dikasih harapan palsu sama dia.”
“Gak usah ngefitnah juga dong, bangsat!”
“Pertama teman sekelas si Ha—”
“Anjing!” Mohon maaf, Sehun memang suka kelepasan kalau misuh-misuh buat Chanyeol, dan Chanyeol tetap ember, “—terus anak HI tuh ada dua orang, teman sekelas juga. Ckck, emang playboy si Udin. Nah, iyaaa, paling legend tuh hubungan dia sama anak BLEM!”
“Sama Mbak Suzy bukan, Mas?”
“Eh, kok tau?”
Nayeon nyengir. “Hehehe, Mbak sepupuku dia, Mas.”
Chanyeol seketika berdecak tak karuan saking dibuat syok oleh fakta Nayeon. “WAAAH, UDIN PARAH, ADA ADIK SEPUPU MANTAN LO!” serunya heboh.
Jisoo melihat Nayeon. Tampak tertarik dengan cerita tentang kakak sepupu Nayeon tersebut.
“Kok lu tau soal Udin sama Suzy? Padahal udah diem-dieman hubungan mereka.”
“Hehehe, dulu suka ngelihat Mas Sehun main ke rumah Mbak Suzy.”
“Parah, si Udin gak inget sama lo!” hardiknya semakin keras menuduh Sehun sebagai cowok jahat karena tega melupakan Nayeon, adik sepupu mantannya.
Bukan jahat juga, sih. Sehun memang belum pernah bertemu Nayeon. Selama main pun dia belum pernah melihat cewek itu. Mungkin hanya cewek itu saja yang melihatnya.
“Terus, apalagi?” Mulai deh, kekepoan Chanyeol.
“Maaf ya, Mas,” ucapnya tiba-tiba minta maaf sama Sehun. Membuat cowok itu menaikan satu alis penasaran. “Aku pernah ngelihat juga Mas Sehun sama Mbak Suzy berantem depan gerbang rumah, hehe. Itu pas aku nginep di rumah tanteku.”
“WAAAAAAAAAAH ....” Chanyeol membeo panjang dan itu teramat menyebalkan sekali. “Heh, lu ngapain berantem sama cewek? Depan rumahnya lagi!”
Sehun cuma memberinya ekspresi dingin. Menolak untuk mengindahkan beoan Chanyeol. Kalaupun ditanggapi nanti mulut cowok itu makin mengada-ada.
“Jisoo sabar ya,” ucap Chanyeol tiba-tiba. Membuat Jisoo yang tadinya biasa saja kini kebingungan. Lalu tanpa sengaja matanya bertemu dengan tatapan Sehun. Mereka hanya saling melihat tanpa memberi senyum.
“Halah, gak papa. Itu sudah masa lalu, penting sekarang masa kalian. Hiya, hiya, hiya.” Lagi-lagi, Chanyeol heboh dengan kejahilannya menggoda mereka. “Makanya, Din, Udin, lu buruan tembak adik cantik!”
“Mati dong,” balas Sehun asal. Tetap dengan mata melihat ke arah Jisoo. “Dia gak mau ditembak,” akunya kemudian masih dengan mata memandang cewek di depannya.
“Nah, lho.” Chanyeol membeo sempat melihat Jisoo sebelum bertanya lagi “Ya iyalah, gak mau. Lu aja gitu-gitu doang deketinnya. Kebiasaan pedekate lama tapi gak jadi-jadian!”
Nayeon tertawa setuju; Bona sekadar diam tak mau ambil pusinh. Dia malas ikut campur urusan orang lain. Toh, tidak ada hubungannya. Lagian dia tidak mau sok tahu.
“Pedekate juga butuh proses, Mas,” timpal Jisoo membalas omongan Chanyeol.
Sehun lalu tersenyum penuh bangga. “Proses itu bertahap. Kalau instan namanya nafsu,” sambungnya mendiamkan mulut Chanyeol sesaat, sebelum kemudian cowok itu heboh dan kembali men-ciee-kan mereka.
“Udahlah, kalian langsung nikah saja!” katanya dengan semangat.
nanti aku double update jam 10.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top