Senpai: Obrolan Pagi

Pukul 07.25 pagi. Sehun sampai di rumah Jisoo guna menjemputnya. Terlalu pagi, kepagian malah. Kadang Jisoo berangkat sekitar jam segini tiap kuliah pagi. Akan tetapi, Rabu ini dia berangkat jam satu siang.

Nah, sekarang Sehun dengan pakaian rapi khas anak kuliah telah datang menjemputnya, sedangkan dia masih memakai pakaian tidur dengan muka bantal juga rambut asal dicepol.

Jisoo semalam belum kepikiran untuk kirim DM ke Sehun. Dia terlalu capek. Semalam sampai rumah langsung mandi dan tidur. Ponsel dia charger  tidak tersentuh sama sekali.

“Maaf ya, Mas. Habisan gak punya kontaknya juga,” akunya ngerasa tak enak. “Mas berangkat kampus duluan aja, aku siang jam satu.”

“Aku malah gak ada kuliah,” balas Sehun.

“Lah?”

Jisoo mengerjap bingung. “Terus, Mas ngapain nawarin jemputan? Mending dikontrakan aja.”

Sehun terkekeh, masih terduduk di atas motor. “Aku yang mau jemput kamu. Kenapa kamu marah?”

“Tapi, samain juga jadwalnya, Mas,” protes gadis ini, “sekarang Mas jemput siapa? Lah wong, aku kuliahnya nanti siang.”

“Ya udah, nanti siang aku anter.”

“Terus?”

“Kamu belum mandi?” tanya Sehun.

Dengan malu-malu Jisoo mengangguk, tapi langsung menjelaskan, “Mandinya sekalian nanti siang pas mau kuliah.”

“Habis bangun rebahan, ya?”

“Iya,”  cepat-cepat menambahi, “habis bersih-bersih juga bantuin ibu. Udah cuci muka sama gosok gigi. Ibu berangkat kerja, aku rebahan lagi.” Begitulah aktivitas pagi harinya. Membantu ibu merupakan pekerjaan wajib yang tak bisa diabaikan.

“Mas mau pulang kontrakan atau mampir rumah?”

“Diizinin mampir?”

“Gak,” sahutnya lalu tertawa. “Iya Mas.” Dibukanya pintu gerbang, menyilahkan Sehun masuk bersama motor CBR-nya.

Untuk pertama kali, Sehun mampir di rumah Jisoo. Langsung dipersilahkan duduk di kursi teras yang ditanggapinya dengan ramah.

“Mas udah sarapan belum?”

“Belum.”

“Mau bubur ayam?”

Sehun menolak. Tujuannya kemari bukan buat sarapan walaupun belum sempat juga.

“Mas, mau teh atau kopi?”

“Air putih.”

“Gak ada air putih, Mas. Aku nawari teh sama kopi lho,” ucapnya sempat membuat cowok jangkung itu melongos.

“Teh anget aja.”

“Nah gitu,” balas Jisoo, “kalau air putih tinggal tuang disajikan, kesannya aku gak ada usaha. Kalau teh sama topi sedikit ada usaha.”

Senyum yang terpatri ronamnya langsung membuat sang adam tertegun. Terpesona olehnya biarpun gadis ini belum mandi, dia tetap cantik.

“Tunggu ya, Mas, aku buatin teh—”

“Jis!” panggilnya mendadak.

Langkahnya terhenti, ia menoleh. “Mas, mau teh manis atau tawar?” Jisoo malah bertanya lagi.

“Satu setengah sendok aja.”

“Oke,” ucapnya siap masuk rumah membuatkan teh, tapi panggilan Sehun memaksanya berhenti lagi.

“Sekalian kamu mandi, tehnya bisa nanti,” katanya.

“Bau ya, Mas?”

Sehun menggeleng. “Enggak.”

“Jelek?”

“Enggak.”

“Terus?”

“Kita keluar cari sarapan.”

“Tadi ada bubur ayam, tapi nggak mau.”

“Kita cari soto ayam.”

Jisoo berpikir sesaat, sebelum membalas, “Oke. Ini tehnya jadi ‘kan?”

“Jadi.”

“Hehe, kirain gak jadi.” Kekehnya lega. “Aku buatin teh dulu habis itu aku mandi. Mandiku gak lama kok.”

“Lama juga gak papa.”

“Emang Mas mau nungguin?”

Baru kali ini Jisoo banyak tanya. Bikin Sehun gemas meladeni sikap manis penuh tanya sang dara.

“Aku udah duduk kursi teras kamu lho, masih ditanyain juga?”

“Hehehe, aku nyebelin ya, Mas, banyak tanya?”

“Gak, kamu gemesin.”

"Eiy, masih pagi gak boleh gombal!” cibirnya. “Aku buatin teh dulu. Tungguin ya, Mas!” teriaknya menghilang di dalam rumah.

Sehun cuma tersenyum, lalu menggeleng. Ternyata ada untungnya pagi ini ke rumah Jisoo. Selain mereka bisa mengobrol sepagi ini, dia juga bisa melihat sisi menggemaskan Jisoo yang belum pernah dilihat sebelumnya.

Yah, meski harus menunggu cukup lama. Sehun menyikapi hal itu dengan wajar, mengingat Jisoo perempuan perlu melakukan beberapa hal rutinitas harian seorang perempuan.

Dengan ditemani teh hangat dan kue bolu, Sehun duduk tenang menunggunya. Jisoo baru keluar ketika jarum pendek berhenti di angka 8 dan jarum panjang di angka 6. Cewek itu terlihat cantik berseri-seri, membuat Sehun terpesona, terlebih senyumnya tak bisa berhenti diperlihatkan.

“Kok rapi? Kita cuma keluar sarapan, lho.”

Jisoo tersenyum lebar. “Sekalian ke kampus, Mas. Barusan dapat info di group jadwal pemilihan lokasi KKN udah keluar."

“Ya udah, yuk!” kemudian berdiri dan tak lupa mengangkat gelas juga piring, diberikan kepada Jisoo yang langsung dibawa masuk rumah.

“Jis.”

“Hm?”

“Pinjam hape kamu.”

“Bentar,” ucapnya sibuk mengunci rumah setelahnya memberikan ponsel ke Sehun.

“Kamu suka Ciggaretes After Sex?” tanyanya begitu melihat lockscreen ponsel Jisoo.

“Hm?”

Jisoo menengok ponsel, lalu mengangguk. “Bagus sih, lagu-lagunya.” Dan samar-samar, ia mendengarkan Sehun menyanyikan satu lagu terbaru Ciggaretes After Sex.

I'm giving you all my, giving you all my love,” lanjut Jisoo disusul tawa bahagianya. Entahlah  pagi ini bawaannya bahagia, begitupun juga dengan Sehun.

“Nih.” Ponselnya dikembalikan, pas Jisoo cek ternyata Sehun menyimpan nomernya sendiri.

Akhirnya, mereka saling bertukar nomer setelah sekian lama berkenalan.

Part ini sambil dengerin lagu ciggarettes after sex heavenly cucok sekali 😊

INFO: Senpai versi Wattpad nggak akan aku lanjut, ya. Karena senpai ada versi PDF-nya yang jelas bahasanya beda jauh dari Wattpad.

Masih dalam pengerjakan. Kalau udah jadi, akan aku infokan di lapak ini. Terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top