Senpai: Malam Sabtu
Uzin
Naik gocar yaak?
Males motoran :(((
Udah mesen hehehe
Otw :*
_______________________
Jisoo langsung ambil cardigan, slipbag, dan terakhir ponsel. Surai panjangnya tergerai cantik memanjang, agak bergelombang bagian bawahnya. Kakinya dibalut celana jeans, atasan kaus putih biasa dipadu cardigan krem.
“Jadi pergi?”
“Jadi, Bu,” jawabnya.
“Ya udah, hati-hati,” kata Ibu mengulurkan tangan dan disambut oleh ciuman tangan sang anak.
Terdengar suara mobil berhenti di depan rumah, Jisoo segera pamit dan cepat-cepat menemui Uzin bersama bapak gocar.
“Mau ke mana, Dek?” Mas Jae melongok dari pintu kamar, melihat sang adik asal lari tanpa menyahuti tanyaannya. “Bu, adik mau ke mana?”
“Keluar sama temannya.”
“Ke mana?”
“Semawis.”
“KOK MAS GAK DIAJAK, SIH?” gerutu Mas Jae. Mumpung dia di rumah nih, besok libur. Maulah jalan-jalan meluangkan kesuntukan.
Jae kalau libur paling sering mendekam di rumah. Jarang dia main, kecuali diajakin langsung deh gas. Kalau enggak ada ya sudah, leha-leha di rumah. Paling rebahan di kasur atau nganterin ibu ke mana saja semaunya ibu.
“Jin!”
“Hm?” sahut Uzin tanpa menoleh ke Jisoo yang kini menatapnya. “Dalem, Sayang, ada apa?” tanyanya langsung karena Jisoo tak kunjung bertanya.
(Dalem; iya, apa)
“Mas Sehun emang gitu baik, ya?”
Uzin tanpa ragu langsung mengiyakan dengan cepat.
“Baik banget gitu?”
“Iya,” jawabnya. “Paling baik. Baik ... baik, malahan.”
“Sama semuanya?”
Uzin menganggukan lagi. “Sama siapa pun dia baik, idaman pokoknya,” ucapnya diakhiri tawa merdu. Lalu dia terpikirkan sesuatu, “Tumbenan nanyain Mas Udin. Ada apa, nih?”
Namun, Jisoo tak langsung menanggapi curigaan Uzin, malah dia bertanya lagi, “Orangnya modusan gak, sih?”
“Mbuh,” balasnya mengangkat bahu tak mengerti. “Soal itu gak ngerti aku, Jis, nggak pernah merhatiin Mas Udin juga, sih. Gimana ya, habisan muka dia muka-muka gak pernah nunjukin kalau dia cowok modus gitu, gak kayak Mas Cayo.”
Jisoo mendengarkan penuh khidmat.
“Tapi kayaknya modus, deh,” sambung Uzin tiba-tiba, “selama kenal Mas Udin, dia paling sering gonta-ganti gebetan. Nggak kayak Mas Cayo, itu-itu doang, alias Mbak Wen terus.”
Jisoo menganggum paham. Chanyeol sudah menceritakan hal itu sewaktu mereka di bioskop dan Sehun mengakuinya sendiri.
“Play boy?”
“Play boy sih enggak, hmm, gimana ya jelasinnya...,” gumamnya lama berpikir. “Secara Mas Udin ganteng, pasti banyaklah gebetan nggak mungkin enggak ada. Belum lagi dia itu baik banget pasti banyak dong, cewek-cewek naksir dia. Dan iya, selama kenal Mas Udin dia emang paling banyak gebetan, tapi pacaran kayaknya jarang, deh.”
“Jarang gimana?”
“Kayak lu, gebetan banyak pacaran jarang!” ujarnya lalu tertawa menggoda Jisoo. “Ada apa, nih. Tumbenan nanyain Mas Udin. Naksir, ya?”
“Nanya doang.”
“Halah, naksir juga gak papa,” godanya menoel-noel pundak Jisoo gemas. “Mas Udin kayaknya juga naksir sama kamu, ecieeeeeeeee.”
Jisoo memutar bola mata ke atas, berusaha mengabaikan godaan Uzin. Kalau diladeni nanti mulut Uzin semakin berbusa dan itu sangat bahaya.
♨♨♨
Akhirnya sampai juga mereka di kawasan Semawis. Pusat jajanan malam, buka tiap kamis sampai malam minggu. Sebenarnya tujuan Jisoo ke Semawis nemenin Uzin. Temannya ini ada janji temu sama teman UKM. Dikarenakan dia males pergi sendiri, diajaklah Jisoo untuk menemaninya.
Keluar dari mobil, mereka harus berjalan menyebrangi lautan manusia memenuhi jalanan Semawis. Lalu kanan-kiri jalan dipenuhi oleh penjual jajanan dengan beragam rasa dan rupa.
“Di mana, sih?” tanya Jisoo bergandengan sama Uzin, takut mereka hilang di kerumunan.
Sambil melihat ponselnya, Uzin berkata, “Kata Mas Cayo deket jualan sosis baka—nah, itu mereka!” Uzin menarik Jisoo agara mengikuti larian pendeknya menyebrangi lautan manusia.
“Lah, apaan nih, segini doang?” ujar Uzin setibanya menemui rombongannya.
“Yang datangnya telat dilarang berkomentar,” ucap Dowoon mencibir. “Lainnya lagi beli jajan. Makanya datang itu tepat waktu!”
“Hehehe, iyain aja, deh.” Uzin cengegesan dan asal menduduki bangku kosong berisi tas (entah milik siapa) Uzin tak begitu peduli, penting duduk. Kemudian menarik kursi kosong dan mempersilahkan Jisoo duduk.
Sebenarnya mencari tempat duduk di keramaian Semawis sangatlah susah. Mereka harus rebutan (istilahnya: siapa cepat dia yang dapat) belum lagi mereka juga harus bayar kursi. Tempat duduk tidaklah gratis. Dulu sih, gratis sekarang mah enggak.
Selain sulit mendapatkan tempat duduk, sulit juga menentukan jajanan apa yang ingin dibeli. Dari ujung ke ujung banyak jajanan lezat-lezat dan menggoda. Membingungkan pembeli mana yang harus mereka beli duluan.
“Eh, ada Jinong sama dedek cantik,” seru Chanyeol datang bergerombol. Ketara banget mereka habis keliling beli jajan, melihat masing-masing orang membawa makanan.
“Lho, Jisoo?” Jackson tahu-tahu ada di rombongan Chanyeol. “Ketemu juga nih,” ucapnya langsung menghampiri kursi Jisoo dengan senyum menawan.
“Eh, eh, apa nih maksudnya, sok-sokan kenal,” seru Chanyeol meneriaki Jackson yang cepat banget deketin. “Kamu emang kenal Jackson, Jis?”
“Kenal kok, Mas.”
“Tuh, kaaan,” koor Jackson kesenangan, lalu asyik menanyai kabar gadis tersebut.
Chanyeol diam berdiri sambil melihat mereka yang asyik mengobrol, lantas berdecak dan melihat belakang seakan-akan mencari seseorang.
“Din!” teriaknya, memanggil si cowok jangkung yang baru akan menyusul. Sehun jalan tak sendirian. Dia bersama Joy dan Mbak Wendy juga cewek baru yang sepertinya temannya Wendy.
“Hm?” sahut Sehun.
“Anak UKM segini doang, Mas?” tanya Uzin mengalihkan Chanyeol yang tadinya mau mengadu sama Sehun.
Chanyeol menoleh dan menghitung siapa saja anak UKM yang baru datang. “Kayaknya tadi banyak, deh. Kok sekarang tinggal enam doang?” Enam itu termasuk Chanyeol, Sehun, Uzin, dan Dowoon.
“Pada ikut Wicak beli makan,” kata Dowoon.
“Siapa aja?” tanya Uzin.
“Wicak, Lastri, Jono, sama Jupri.”
Uzin berdecak, “Halah, mereka nanti ujung-ujungnya pulang!” Mengingat kebiasaan jelek Jongup, suka menghasut anak UKM untuk pulang.
Jongup tidak bermaksud jelek menghasut, sebenarnya dia itu pelupa. Lupa kalau ada teman yang sedang menunggu. Kalau tidak diingetkan, mana pernah dia ingat.
“Woles, Jin, ntar mereka balik kok. Kan ada Jupri.” Diam-diam Chanyeol melirik tertarik dengan obrolan dua orang yang tampak seru. “Nostalgianya gak usah di sini, banyak orang nih,” sarkasnya menghentikan mulut berbicara Jackson.
“Lho, ada Jisoo juga?” seru Wendy tampak kaget melihat Jisoo di sini. “Yah, tau gitu gak usah ngajakin Seulgi aku.”
“Kok gitu?” tanya si cewek bernama Seulgi, temannya mbak Wendy.
“Dia anunya si Ud—”
“Gak usah ngaco, Wen!” tegur Sehun sengaja memotong tuduhan Wendy.
“BIASA AJA DONG, DIN. NGGAK USAH NGEGAS GITU! HAHAHA.” Chanyeol tertawa seperti biasa senang meledek teman. “Jackson bentar lagi juga pulang. Heh, Kuda Nil! Lu gak ingat jemput cewek lu, kan?”
“Lah, iya, hampir lupa, ya ampunnn ...!” Dia paniklah, mendadak ingat ada cewek yang perlu dijemput. Untung Chanyeol ingetin, coba enggak? bisa dibacotin ceweknya nanti. “Coy, pamit, ya!” pamitnya, giliran sama Jisoo, Jackson senyum sok ganteng. “Pamit ya, Jis. Kapan-kapan lagi dah ketemu.”
“Gak usah modus lu. Jatah teman lo, nih!” dengus Chanyeol ngegas.
Jackson mencibir, dari jauh berteriak, “HALAH, SI UDIN MAINNYA SUKA LAMA. CEWEK BUTUH KEPASTIAN, BRO!”
“Tuh, dengerin, Din!” seru Chanyeol.
Sehun cuma membuang muka, tak tertarik menanggapi omongan temannya. Namun, saat matanya bertemu pandang dengan Jisoo, gadis itu malah membuang muka, seolah enggan bertukar pandang dengannya.
“Eh, Mas Udin tau nggak? Tadi di jalan Jisoo nanyain Mas Udin, lho.”
“Ujinnnn ...!” pekik Jisoo berusaha menutup mulut ember Uzin yang sulitnya minta ampun. Karena cewek ini mati-matian menghindari dan mulutnya terus membeberkan obrolan singkat mereka di mobil tadi.
Membuat Chanyeol tersenyum senang dan meledeknya. Begitupun lainnya, sementara Sehun menatap lama cewek yang duduk dengan kepala tertunduk malu itu. Namun, diam-diam ia ikut tersenyum.
“LU JUGA GAK USAH SENYAM-SENYUM, ANJIR!”
Fak!
Wendy sialan, Sehun jadi diledekin juga, kan.
Yang masih bingung siapa itu Uzin.
Aku manggilnya kadang mbak aing, kadang mbak ujin, kadang mbak jinong (soalnya nonong tuh jidat) wkwk, Namanya Lee Ujin. Mantan trainee juga dan sekarang model+artis sampingan gitu. Btw mbak jinong dancenya 👌
Dia teman mbak jis (real life), dan emg sengaja aku pakai (kalau kalian baca dari series pertama scenario, ugly kim, senorita) tapi kalau dipikir-pikir paling mantul mbak ari karakternya di ugly kim 😂✌ lalu kedua mbak jinong 😌
udah gitu aja, gak tahu nanti series kelima mau pakai siapa masih mikir juga.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top