Senpai: Konspirasi
Turun dari gunung rasanya lega sekali. Meski badan capek, mereka tetap tersenyum bahagia setibanya di tempat pertama sebelum melakukan pendakian.
Sesuai perkiraan Chanyeol, mereka tiba di bawah jam empat sore. Mereka dipersilahkan istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan pulang. Banyak yang merebahkan tubuh di tanah, meregangkan badan supaya otot lentur tidak kaku, juga melemaskan persendian.
Jisoo tak kalah lelahnya. Dia ikut rebahan di samping Uzin. Matanya terpejamkan sesaat sebelum dia dan lainnya disuruh bangun untuo melanjutkan perjalanan pulang.
Mereka baru pulang setelah jam menunjukan pukul lima sore. Selama perjalanan pulang seluruh penghuni mobil tertidur, kecuali dua orang di depan. Dowoon sama Jongup saling berjaga menemani satu sama lain. Jika Jongup kelelahan, maka tugas Dowoon menggantikan Jongup.
Perjalanan pulang, mobil jarang berhenti. Tak seperti keberangkatan yang mana mobil lebih sering berhenti di SPBU. Jalanan juga lancar-lancar saja, tidak ada kemacetan berbanding terbalik dengan kondisi keberangkatan.
Mereka lega sampai di kampus jam sembilan malam. Tim mendaki Gunung Andong langsung dibubarkan malam itu juga. Dowoon sebagai ketua memimpin doa sekaligus berucap syukur karena mereka ber-15 berangkat dan pulang dengan selamat. Juga tak lupa Dowoon sedikit menyinggung rencana pendakian yang akan dilakukan sekitar dua bulan lagi dengan destinasi berbeda. Lalu setelahnya tim dibubarkan.
Satu per satu anggota mulai meninggalkan gedung UKM. Beberapa orang masih tinggal untuk menunggu jemputan, begitupula dengan Jisoo. Dia sedang menunggu jemputan Jun. Mas Jae sudah balik ke mess sehingga tidak bisa menjemput adiknya. Uzin sendiri dijemput ayahnya padahal Jisoo mau nebeng kalau ayah Uzin bawa mobil, tahunya bawa motor.
“Jun masih lama gak?” Uzin bertanya. Dia belum dijemput jadi masih bisa menemani Jisoo.
“Bilangnya sih, otw.”
“Otw dari mana?”
Jisoo mengangkat bahu tidak tahu menahu karena Jun belum membalas pesannya.
“Ya udah, ditungguin,” kata Uzin duduk menemani dengan tenang. Dia lelah, energinya cukup terkuras, jadi untuk sementara dia kelihatan kalem. Duduk menemani sembari menyandarkan kepala di pundak Jisoo.
“Nunggu dijemput?”
“Mas Udin mau nganterin emang?” tanya Uzin dengan mata terpejam tanpa melihat sosok jangkung yang berdiri di depan mereka.
“Kalau mau nunggu nanti aku anterin.”
“Gak usah, Mas, udah minta dijemput Jun kok.”
“Makanya gasik, Mas!” ledek Uzin menjulurkan lidah dengan jahil. Sehun cuma tersenyum, lalu pamit ketika panggilan Chanyeol mengajaknya supaya segera mengantarkan mobil ke Pak Slamet.
(cepat; gerak cepat)
“Nong, nebeng gak?” Tak lama suara Dowoon berteriak memanggil Uzin. Uzin yang sempat tertidur membalas teriak, “Nggak! Udah dijemput ayah.”
“Oh, yaudah,” balas Dowoon. “Bapakmu kui Nong, wes nang ngarepan!” Cowok itu kembali lagi memberitahukan Uzin kalau ayahnya sudah menunggu depan gerbang.
(bapakmu nong, udah di depan!)
“Demi?????” Uzin kontan saja bangun, cepat-cepat menengok gerbang UKM, memastikan bahwa itu orang yang menunggu itu ayahnya. “Jis, udah dijemput. Jun beneran belum bales?”
“Belu—eh udah.” Senyumnya mengembang lebar, lega akhirnya Jun membalas pesannya.
“Ya udah, aku pamit pulang. Kamu hati-hati nungguin Jun. Kalau dia masih lama nebang Mas Udin aja, okey?” Jisoo mengiyakan sambil membaca pesan balasan Jun, bersamaan Uzin pergi menebang Dowoon sampai gerbang.
__________
Jun
Aku otw dari Tembalang
Masih di jalan
Gpp nungguin agak lama?
___________
Jisoo tersenyum miris. Tembalang bagian atas itu jaraknya jauh dari sini. Kalau nungguin Jun, lama-lama Jisoo sendirian di Gedung UKM. Ini saja bejo banget masih ada Jongup sama dua orang yang sempat Jisoo kenal selama mendaki.
“Mau nebeng gak, Mbak?” Jungwoo tahu-tahu nongol di sebelah Jisoo menawarkan tebengan. “Daripada sampean dek kene dewean, opo orak wedi dikancani wowo?”
(Daripada kamu disini sendirian, gak takut ditemani setan?)
Jisoo kontan melirik kanan kiri penuh khawatir. Meski masih ada beberapa orang d ibelakangnya, tetap saja suasana malam membuat hawa sekitar menakutkan.
“Aku meh balik kost iki mbak, sampean arep nebeng rak?”
(Aku mau balik kost mbak, kamu mau nebeng gak?)
“Rumahku jauh, lho.”
“Wes rapopo mba, aku rak tegel ninggalke sampean dek kene dewekan,” kata Jungwoo dengan baik hati menawarkan tebengan.
(Udah gapapa mba, aku gak tega ninggalin kamu disini sendirian)
“Ayo, Mba.” Jisoo mengiyakan, lalu mengikuti Jungwoo menuju parkiran motornya yang letalnya agak jauh dari Gedung UKM.
Di tengah perjalanan mereka tiba-tiba diberhentikan oleh pengguna motor, yang tak lain adalah Sehun dan Chanyeol. Mereka boncengan dengan Chanyeol di depan dan Sehun di belakang.
“Mau pulang, Jon?” tanya Chanyeol.
Jungwoo mengangguk sekali. “Ho-oh, Mas, sekalian nebengi Mbak Jisoo,” katanya sambil melirik cewek di belakang.
“Gak jadi dijemput Jun?” tanya Sehun.
“Jun di Tembalang.”
“Waduh, adoh men to!” ujar Chanyeol segera turun dari motor seolah paham mesti bertindak apa. “Jon, lu anter gua balik aja biar Jisoo dianter Udin.”
(Waduh jauh banget!)
“Yowes, ayo Mas, aku wes kebelet ngiseng iki,” akunya dengan senyum menahan malu.
(Yaudah, ayo Mas, aku udah kebelet eek nih)
“Bajilak! Lah ngopo rak ngiseng nek WC UKM wae, heh?!” (Sialan! Kenapa gak eek di WC ukm aja heh?!)
“Moh, angker! Rak wani aku nyahmene nek WC UKM. Mengko dak ono mba kunti.” (Gak mau, angker! Aku gak berani jam segini di WC ukm. Nanti ada mbak kunti)
“Hahaha.” Tawa Chanyeol langsung saja meledak hebat. Memang benar, dan ini sudah sering terjadi, dialami anak-anak UKM sehingga mereka tidak berani menggunakan WC UKM saat malam di atas jam delapan. Di sana memang terkenal angker. Apalagi sudah banyak orang mendengarkan cewek menyanyi, padahal itu di toilet cowok.
“Ya udah, tapi bentar mau ambil tas dulu,” kata Chanyeol seraya mengajak Jungwoo menemani mengambil tas. Sengaja membiarkan dua orang itu berduaan tanpa ada gangguan mereka.
“Ngerepotin gak, Mas?”
“Enggak,” jawabnya sambil melepas helm kemudian memindahkan di kepala Jisoo. “Sebelum nganter pulang mampir makan dulu mau?”
“Hm?”
“Kita makan nasi goreng langgananku sama Cayo dekat kampus,” katanya.
Jisoo mengangguk saja. “Mas gak capek emang? Rumahku kan jauh.”
“Lebih capekan mana sama mereka yang berjuang beda keyakinan?”
“Bedalah, Mas!” sahutnya sedikit jengkel.
“Kamu tuh, pakai helm yang bener gitu,” omel Sehun sambil membenarkan helaian rambut Jisoo yang keluar.
Jisoo pun balik mengomeli, “Yang pakaiin helm Mas Sehun bukan aku.”
“Sakit, ih!” gerutu Jisoo ketika Sehun dengan sengaja mencubit pipinya saking dibikin gemas olehnya. “Mas, nanti mampir Indomart dulu, ya?”
“Iya,” balasnya.
Sementara Jisoo mulai membonceng. “Udah?”
“Udah ”
“Yaudah gih, cewok.”
“Mas Sehun ih, jorok!” geramnya menabok punggung Sehun yang kini tertawa-tawa. “Kelamaan di sini otak Mas jadi gak waras.”
“Kebanyakan gaul sama Cayo jadinya diajarin begitu.” Tawanya geli sendiri.
Chanyeol sendiri kebanyakan gaul sama teman sekelasnya, jadi terkena syndrome joke orang jawa.
“Yaudah gih, cewok”
itu joke orang jawa. Itu kayak kita sehabis buang air kecil/besar biasanya kan langsung dibersihkan anunya nah itu disebut ‘cewok’ biasanya anak kecil di jawa ditanyain orangtua gini,
“Udah belum?”
“Udah”
“yaudah sini cewok”
Begitulah. Hahaha, bingung sendiri ngejalasinnya 😅 udahlah hanya orang jawa yang mengerti joke ini 😅
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top