Senpai: Jasuke
“Gak dianterin juga gak papa, Mas.”
“Oh, yaudah, aku balik lagi.” Sehun berniat balik menaiki tangga namun tak jadi. Andai dia balik, Chanyeol pasti akan marah-marah kepadanya, mulutnya akan berbuih. “Nggak usah sungkan. Udah terlanjur juga,” katanya.
Ia melewati Jisoo, mengitari parkiran motor mencari-cari motornya yang telah dipindahkan oleh si tukang parkir.
Jisoo sedikit sebal dengan ucapannya barusan. Akan tetapi, dia tetap mengikuti cowok itu sampai mereka sama-sama berdiri di depan motor matic. Sehun mengambil wto helm bogo retro warna krem milik Wendy, menyerahkan pada Jisoo. Ia menerima kemudian memakainya sambil menunggui Sehun mengeluarkan motor dengan dibantu si mas tukang parkir.
“Ayo.” Ia membonceng di belakang, kemudian gerak cepat menyela tangan si kating membayarkan biaya parkir 2000 rupiah. Sehun sempat ingin protes dan menyimpan uang recehannya lagi. “Lewat mana?”
“Tahu Panties Pizza?”
“Tahu.”
“Rumahku daerah situ, Mas.”
“Lah, kirain deket.” Panties Pizza letaknya daerah bawah, sedangkan posisi mereka di daerah atas. Jisoo sendiri awalnya kurang yakin menjawab pertanyaan Chanyeol tentang letak rumahnya dekat atau tidak dari cafe. Menurutnya jarak cafe ke rumahnya lumayan dekat, tapi menurut teman-temannya jauh.
“Mending aku naik ojol aja.”
“Udah terlanjur juga,” ujarnya sama seperti sebelum. Jisoo mendengus pendek sementara Sehun mulai menyalakan motor dan pelan-pelan meninggalkan tempat parkir menuju jalan raya.
Di jalan mereka berdua sama-sama terdiam, tak ada obrolan apa pun. Sehun terlalu fokus menyetir motor sedang Jisoo menikmati pemandangan malam jalanan sekitar. Toh, memang dasarnya mereka menolak basa-basi. Belum ada topik obrolan yang menarik terlintas di pikiran mereka. Basa-basi juga bukan kebiasaan Sehun ataupun Jisoo.
Jisoo baru berbicara ketika mereka melewati Han’s coffeee. “Nanti berhenti sebentar ya, Mas, bisa gak?”
“Hah, gimana?” balasnya setengah berteriak, karena angin malam dan memakai helm, Sehun sedikit budek.
“Berhenti, berhenti,” serunya dadakan sambil memukul punggung Sehun tak sengaja. Sehun mengira dia sudah melewati rumah Jisoo, eh, tak tahunya cewek ini memintanya turun karena dia hendak membeli jasuke.
Jagung serut pinggir jalan.
“Jagung serut pakai keju, susu, sama coklat dua ya, Pak. Mas, mau gak?”
Sehun menggeleng menolak. Paling juga dia nggak doyan, pikirnya. Lagipula selama menetap di sini belum pernah Sehun makan aneh-aneh seperti jasuke. Apa tuh jasuke? Oh, jagung serut. Dia sangat menghindari jenis makanan yang menurutnya aneh.
“Makasih, Pak,” ucapnya setelah membayar dan menerima pesanannya. Jisoo tersenyum tipis dan merasa sungkan telah meminta Sehun berhenti secara tiba-tiba. Seenggaknya dia sudah menawari walaupun ditolak olehnya.
Jisoo setiap keluar rumah dan pulang pasti membawakan makanan untuk sang ibu. Terutama jagung serut, makanan kesukaan ibu.
“Rumahmu mana?”
“Setelah lewat Panties Pizza lurus aja terus ambil kanan, mentok di ujung paling pojok gerbang ijo rumahku.”
“Oh,” gumamnya pendek sempat menoleh belakang memastikan Jisoo sudah membonceng. “Udah?”
“Udah,” jawabnya duduk dengan nyaman di belakang.
Motor melaju lagi kali ini pelan dan Sehun mengikuti arahan Jisoo. Motor berhenti tepat di depan rumah dengan gerbang hijau. Jisoo segera turun, sembari melepas helm kemudian mengembalikannya pada Sehun.
“Makasih, Mas.”
“Iya,” jawabnya. “Aku balik dulu ”
“Iya, Mas. Makasih, ya!”
Sehun mengangguk singkat. Dia pun langsung tancap pergi setelah mengantarkan si adik tingkat sampai rumahnya. Seperginya dia, pintu gerbang terbuka melihatkan sosok wanita berdaster. Jisoo buru-buru tersenyum lalu menyalimi tangan sang ibu.
“Anak wedok mulih wengi-wengi!” (anak perempuan pulang malam-malam)
Jisoo meringis. “Aku beliin jagung serut, Bu.”
“Lah, kok dua aja?”
“Di rumah, kan, cuma aku sama Ibu,” ujarnya.
“Bapak kamu nanti malam pulang sama masmu.”
“Ih, kok Ibu gak bilang?! Tau gitu gak usah beli biar Mas sama Bapak yang beli,” cemberutnya.
Ibu berdecak begitu melihat sifat merajuk anak gadis satu-satunya ini. “Gerbangnya ditutup. Ibu mau masuk.”
“Njieh, Bu, njieeeeeh”
Ibu PNS, bapak polisi yang sebentar lagi pensiun, sementara mas sendiri kerja di Bank, dan Jisoo anak terbentot yang masih berkuliah.
♨♨♨
Mungkin, ini kedua kali Jisoo menjabani gedung UKM. Semenjak terusir dari UKM Mapala, dia paling anti ke gedung pojok sebrangan sama hutan kampus ini. Berkat tebengan temannya yang super baik dari fakultas ke gedung UKM, Jisoo tidak perlu repot-repot berjalan ratusan meter kemari. Letak fakultas dan gedung UKM berjauhan.
Kini dia berdiri sambil mendongak dan menghitung jumlah lantai gedung kegiatan mahasiswa tersebut. Sudah sore hampir maghrib pula, Jisoo kemari atas suruhan Uzin. Katanya sih, “Kalau mau nebeng samperin posko, ya!” Alasan mengapa dia sampai nekat menjabani gedung UKM.
Uzin merupakan mahasiswi super aktif menjabani gedung UKM. Tipikal mahasiswi betah tinggal lama-lama di sana hanya sekadar berleha-leha dan menghindari jam kuliah. Tidak ada kegiatan pun dia betah tinggal di posko sampai malam Uzin siap menjabaninya.
“Oi, sini masuk!” teriak Uzin begitu Jisoo berdiri melongok di depan pintu UKM Mapala.
Jisoo masuk secara canggung, padahal di sana hanya ada Uzin dan dua teman UKM-nya.
“Bentar ya, aku mau ngebahas berita acara,” ujarnya meminta Jisoo duduk menunggu.
Iya, Jisoo menunggu Uzin lama sekali. Dari pamit sholat maghrib sampai adzan sholat isyaa berkumandang pun Uzin masih keseruan mengobrol bersama dua temannya itu. Entahlah, Jisoo tak paham obrolan mereka.
“Yang, mau nungguin gak?” Kalau panggilan ‘yang’ sudah keluar dari mulut Uzin, itu artinya Jisoo terpaksa harus menunggu Uzin lebih lama lagi. “Aku mau keluar bentar temu klien, bahas berita acara besok”
“Sekarang?”
“Iya.”
“Kamu tunggu sambil tiduran juga gak papa kok, ntar aku balik. Sumpah, bentaran doang.”
“Aku pesan ojol deh, Jin.”
“Eh, anak cewek gak boleh ojol malam-malam. Aku bentar doang kok, oke? Tunggu di sini!” perintahnya memaksa. “Oi, Badrul! Temanin temanku, yak? Nggak usah dimodusin, awas lu!”
“Siap, Bos!” sahut si Badrul alias Dowoon.
Akhirnya Jisoo menunggu di sana sama Dowoon. Sebentar menurut Uzin sama Jisoo itu beda versi dan bentarnya Uzin itu bisa sampai berjam-jam. Jisoo saking mengantuk menunggu Uzin, dia sampai tertidur. Dia baru berani memejamkan mata setelah ada tiga cewek masuk dan salah satu cewek itu adalah kenalan Jisoo. Mereka sempat ngobrol dikit setelahnya Jisoo tertidur dengan sendirinya karena lelah.
“Eh, udah bangun,” sapa Chanyeol mengagetkan Jisoo yang bangun-bangun langsung dipertemukan banyak orang. “Nungguin Jinong, ya?”
“Jinong?”
“Uzin, Uzin.”
“Oh....” Jisoo berdehem mendadak malu, kedapatan tertidur, karena kelelahan setelah seharian di kampus berkutat dengan pikiran menyelesaikan rumus-rumus statistka, belum lagi Pak Heechul super riwil minta ampun.
Begitu melihat jam tangan ternyata sudah setengah sembilan. Jisoo mendesah pelan. Sebenarnya Uzin itu pergi atau kabur, sih? Lantas dia mengirimi chat beruntun ke tersangka yang meninggalkannya sendirian.
“Lah? Nasi goreng pesanan gua mana, Dinnnnn?!” rengek Chanyeol kepada Sehun yang baru datang tanpa membawa apa pun.
“Emang nitip?”
“Bajingan, pura-pura lupa,” omel Chanyeol merenggut sebal.
“Beli sendirilah, ada kaki juga lengkap dua.”
“CERAI, DIN, CERAI!” paparnya pura-pura cemberut dan berbalik menghadap Jisoo. “Ngomong-ngomong, aku tuh mau nanya,” ujarnya tiba-tiba berubah lembut pada Jisoo.
“Hm?”
“Foto cowok yang kamu update di instagram, pacar kamu?”
“Updatean mana, Mas?”
“Itu lhooo,” Chanyeol lantas mengeluarkan ponsel, menelusuri instagram Jisoo kemudian melihatkan salah satu story miliknya, “Nih!”
“Ohhh, itu teman sekelasku,” yang barusan juga mengantarkan dia dari fakultas ke gedung UKM.
“Teman apa teman? Cieeeee, gak jomblooo nih,” lah, apanih? Kenapa Chanyeol mendadak kepo begoni.
“Kepo lu, Yo!” sambung Sehun.
“Apa, sih, kan kita cerai, Din! Gak usah sok-sokan kenal yaaaa, kita kemusuhan sekarang,” balasnya memunggungi Sehun yang sekarang berdecak sambil sibuk dengan laptop.
Tak tahu mengapa Jisoo tertawa mendengar sahutan Chanyeol. Lucu saja gitu.
“Udah kuy, jadi selingkuhanku mumpung Wendy gak ada di sini.”
“Hallo, Wendy!” ujar Sehun pura-pura bertelephone sama Wendy., “lananganmu iki lho, Edan!”
(cowokmu itu lho gila)
“Heh, Masnya, lambenya minta disentil!”
Tawa Jisoo seketika meledak melihat sikap centil ala Chanyeol memarahi Sehun.
Kenapa sih, kakak tingkatnya begitu amat jadi cowok.
btw itu jun member a.c.e
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top