Senpai: Bioskop
Janji Uzin hari minggu nonton. Giliran sampai mall, mereka bukannya melesat ke bioskop malah berakhir di toko kosmetik dan pakaian. Sudah lebih dari empat toko mereka masuki, satu pun belum ada barang yang dibeli.
Jisoo tak mau beli. Niat dari awal nonton bukan belanja. Akan tetapi, ini Uzin, lain cerita. Niat nonton, tapi jiwa belanja pasti on fire, apalagi mall banyak toko berjejeran menggoda imam Uzin.
Update story
Belum ada semenit sudah lebih dari enam orang me-reply. Termasuk si pemilik uname Junaaaa alias si Jun.
______________
Junaaaa
Hahaha sabar
😤😤😤😵
__________________
Lalu tak lama si pemilik uname mashandsome alias akun Instagram Mas Chanyeol ikut mereply story instagram Jisoo.
_______________
Mashandsome
Hahaha kocak jinong
Bukan kocak lagi Mas, tp ngeselin
Emg jinong ngeselin
Hehe btw mall mana?
DP Mall
Waduuuuh, pas nih
Apanya yg pas?
Hehehe aku juga di situ lho
Sini ketemuan
_________________
“MAS CAYOOO ...!”
Belum juga balas, Uzin sudah teriak paling banter (keras) memanggil si kating yang ada di lantai tiga. Jisoo ikut mendongak sekadar ingin melihat dan ikut menyapa.
“Sini kalian berdua,” balas teriak Chanyeol tak mau kalah keras. Pada tak punya malu mereka, teriak-teriak di mall jadi bisikan pengunjung lain, apalagi DP Mall termasuk mall yang isinya kebanyakan anak-anak SMA.
Iya, langganan anak abege.
“Ayo, Jis!” ajak Uzin asal mengandeng tangannya melewati eskalator tergesa-gesa. Sampainya mereka bertiga bertemu, Chanyeol langsung mengajak mereka bergabung bersama kelompoknya. Tiga orang lainnya yang sedang duduk di sofa menunggu jam tayang bioskop.
“Lho, ada Jinong sama Jisoo?” seru Wendy menatap dua cewek yang baru gabung secara bergantian.
“Hallo, Mbak Wen,” sapa Uzin. “Pada mau nunggu apa, nih?”
“Menurut ngana kita antri sembako?” balas Chanyeol. “Eh, kenalan dulu dong, sama teman kencannya Udin.” Merujuk pada Jisoo, sambil menunjuk si cewek cantik yang duduk di antara Wendy dan Sehun.
“Udah kenal juga, Mas.”
“Bukan lu, Nong, tapi Jisoo,” balasnya. “Kalian berdua kenalan dulu.”
Jisoo mengulurkan tangan, begitupun si cewek cantik yang langsung menerima jabatan berkenalan Jisoo.
“Jisoo.”
“Joy.”
“Dia adiknya Mbak Wen, angkatan bawah kita, tapi beda kampus.”
“Oh,” balas Jisoo mengangguk paham.
“Tumbenan Joy mau ikut?” tanya Uzin sudah kenal dari kapanan gitu—lupa—pokoknya setelah Uzin kenal mbak Wendy, dia juga ikutan kenal adiknya, Joy.
Joy melirik Chanyeol lalu menjawab, “Dipaksa Mas Cayo.”
Chanyeol malah tertawa. “Kasihan Udin boncengannya kosong. Yaudah, ngajak Joy biar dia ada boncengan. Sekalian biar dia gak jadi obat nyamuk.” Kontan dibalas delikan mata Sehun tanpa minat menyahut.
“Kalian jadi nonton? Sonoh beli tiket dulu,” ujar Chanyeol mengingatkan mereka.
“Biar aku aja yang beli ” kata Jisoo berjalan menuju tempat pembelian tiket mengantri bersama lainnya.
Antrian tiket tidak begitu panjang, tak butuh lama dia balik bergabung dan sempat mengobrol sebentar, setelahnya berenam barengan masuk ke studio empat. Baru masuk, Uzin sudah jalan cepat menerobos barisan menghampiri mbak-mbak penjual popcorn dan minuman, diikuti juga Chanyeol, Mbak Wendy, sama Sehun, tinggal Jisoo dan Joy barengan cari tempat duduk.
Sebelum Jisoo beli tiket, Chanyeol menyuruhnya mencari bangku sebaris, dan beruntung masih ada dua bangku kosong satu baris sama bangku Chanyeol dkk.
“AKU POJOK, JIS!” teriak Uzin mengagetkan Jisoo yang hampir mendaratkan pantat di bangku pojok.
Uzin si penggila bangku pojok bioskop. Katanya, biar enak buat tidur kalau filmnya membosankan.
Jisoo duduk di bangku tengah sebelah kanan Uzin sebelah kanannya kosong belum dihuni, sementara sebelah lagi ada Joy sibuk main ponsel. Mereka sempat saling lempar senyum saat mata tak sengaja bertemu. Biasalah senyum-senyum canggung apalagi baru kenalan.
“Asyik, asyik,” nyanyi Uzin sambil berjalan menyamping masuk kursi barisan.
“Nong, medit men to koe?” kata Chanyeol tiba-tiba berdiri sambil geleng kepala. “Beli jajan satu, minum satu. Lah koncomu kui rak mbok tokoke??!”
(Nong, pelit banget kamu? Beli jajan satu, minum satu, temanmu itu gak kamu belikan?)
Belum juga disahutin Uzin, si jangkung pemilik wajah albino yang ternyata penghuni bangku kanan Jisoo tiba-tiba menawarkan popcorn dan minumannya ke Jisoo.
“Cieee, Mas Udin perhatian banget,” goda Uzin menaik turunkan alis disengaja.
“Heh, Udin! Teman kencan lo Joy bukan Jisoo!” tegur Chanyeol menabok lengan Sehun melewati bangku Wendy dan Joy.
Membuat Joy jengkel, karena gara-gara tangan panjang Chanyeol minumannya hampir tumpah.
“Mbak Wendy ah, Mas Cayo ini, lho!”
“Cayoooo ...!”
Chanyeol meringis tak jadi marah, karena pawangnya lebih galak.
“Tapi, percuma Mas Udin nawari makan sama minum ke Jisoo,” kata Uzin mencoba menjelaskan kenapa dia tidak membelikan Jisoo. “Dia ini anti makan minum di bioskop. Isi kepalanya cuma satu, film. Jadi, percuma dibeliin ntar juga gak di makan.”
“Oh,” sahut Sehun menarik lagi tawarannya. Jisoo tersenyum geli melihat sikap katingnya tersebut.
Apa yang dikatakan Uzin memang benar. Jisoo tipikal penonton bioskop yang fokus ketika film ditayangkan. Menolak untuk makan dan minum, karena hal itu bisa membuatnya buyar. Di saat deretan kanan kirinya nonton sambil makan, Jisoo dengan tingkat kefokusan tinggi, menonton apa yang sedang ditayangkan di layar.
Ada adegan tegang, dia ikutan tegang;
adegan humor, dia ikutan tertawa;
adegan sedih, dia ikutan sedih;
sampai adegan ngeselin, dia pun ikut terbawa suasana. Pokoknya apa yang dilihat selama dua jam terekam sangat epic di kepalanya. Jadi, jangan heran sekeluarnya mereka berenam Jisoo teramat asyik menceritakan berapa banyak scene yang disukai, dan Uzin sebagai teman hanya mengiyakan meski sebenarnya tidak begitu paham.
“Bawain tasku bentar, Yang. Aku mau ke toilet,” kata Wendy menitipkan tas pada Chanyeol.
“Ikut mbak, Wen!” teriak Joy menyusul.
“AKU JUGAAAA ...!” Uzin menyela cerita Jisoo soal film, hingga membuat gadis itu merenggut cemberut. Kini dia pergi meninggalkan Jisoo bersama dua lelaki.
“Gak ikut juga?” tanya Sehun menatapnya.
“Gak, Mas. Kenapa?”
Sehun kontan membuang pandangan saat Jisoo menoleh ke arahnya. “Cewek suka gitu, sehabis dari bioskop yang diincer pasti toilet. Entah di sana mereka foto depan kaca, dandan, li—”
“Mas tahu banget. Ada pengalaman, ya?”
“Mantan gebetan dia banyak jelas banyak pengalaman, ” sahut Chanyeol menimpali. “Dari teman sekelas, adik tingkat, se-UKM—eh, gak deng, tapi se-Orma,” kepalanya mengangguk-angguk, “terus beda fakultas ada tiga. Eh, bener gak, Din?”
“Ngaco lo!”
“Tapi, emang bener kan mantan gebetan lo banyak?”
Sehun hanya menggertak tanpa mengiyakan pertanyaan Chanyeol.
“Banyak banget ya, Mas?”
“Emang banyak,” timpal Chanyeol lagi. “Playboy kelas teri. Banyak gebetan tapi gak jadi-jadi.”
“Bacot bener lu, Yo!”
“Iya, iya, sekarang udah taubat nasuha. Udah mau wisuda, sombong!” ujarnya membuang muka berlagak marah.
“Mas Udin—maksudnya Mas Sehun, udah selesai skripsinya?”
“Udin aja, Udin,” lalu Sehun menendang tulang kakinya saking dibikin jengkel olehnya. Chanyeol mengaduh, sedikit menjauh dari Sehun.
“Belum,” jawab Sehun.
Jisoo mengangguk paham. “Mas Cayo sama Mas Sehun asli orang mana, sih?”
“Cieeee kepo,” ledek Chanyeol sekenanya. Semua aja dicieeein sama dia.
“Gua orang Jakarta. Dia Bogor,” jawabnya dengan bahasa gua-gua, elo-elo, tapi seriusan, Chanyeol begitu candaan saja.
“Ohh, beda. Kirain sama,” balas Jisoo mulai mengerti.
“Ya, gitu deh.”
Jisoo mengangguk lagi. Saat dia mau bertanya ponselnya tiba-tiba berdering. Ternyata ibunya yang memanggil, mau tak mau dia menerima panggilan sang ibu dengan dua cowok itu menunggu dan mendengarkan tak sengaja obrolan mereka.
alasan kenapa sehun ngomong aku-kamu......... ya, karena plot di sini itu Jawa, pakainya aku-kamu.
kebanyakan gitu, anak rantau dari Jakarta dkk kalau udah setahun/duatahun di jawa pasti berubah panggilannya. Kecuali sama teman plek (dekat) campur aduk mau lo-gue, aku-kamu, ndes-coeg-su blah blah terserah.
begitulah.
lokal ya lokal ((-) nama), terima kasih.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top