👻 ρяσℓσgυє 👻

Warning!

—Welcome to Bimasakti: Primus Inter Pares—

Halley Ver. 4
Nightmare Mirror

●︿●

"ˢᵉᵇᵉʳᵃᵖᵃ ᵐᵉʷᵃʰ ˢᵉᵇᵘᵃʰ ᵇᵃⁿᵍᵘⁿᵃⁿ, ᵖᵃˢᵗⁱ ᵃᵏᵃⁿ ᵃᵈᵃ ᵐᵃᵏʰˡᵘᵏ ᵗᵃᵏ ᵏᵃˢᵃᵗ ᵐᵃᵗᵃ ʸᵃⁿᵍ ᵗⁱⁿᵍᵍᵃˡ. ˢᵉᵐᵃᵏⁱⁿ ᵇᵉˢᵃʳ ᵏᵃᵘ ᵐᵉⁿᵒˡᵃᵏ ᶠᵃᵏᵗᵃ ⁱᵗᵘ, ᵃᵏᵃⁿ ˢᵉᵐᵃᵏⁱⁿ ᵐᵘᵈᵃʰ ᵐᵉʳᵉᵏᵃ ᵘⁿᵗᵘᵏ ᵐᵉⁿᵍᵃʷᵃˢⁱᵐᵘ."
●︿●

Tidak ada yang lebih menyebalkan daripada menyeret koper besar berwarna abu-abu dari lantai dasar menuju lantai empat melewati curamnya tangga yang terletak di sudut ruangan. Tidak ada lift atau sukarelawan yang dengan senang hati membantunya untuk membawa koper besar itu.

Ricky berniat mengajukan protes kepada ketua yayasan Bimasakti sekaligus pemilik sekolah mengenai masalah fasilitas sekolah yang menurutnya kurang memuaskan. Protes itu mungkin akan terlaksana, jika dia berhasil menghilangkan rasa takutnya kepada ketua yayasan yang menurut rumor mempunyai kemampuan untuk mengubah siapa saja menjadi batu jika menentang perintahnya.

Pasha Mahawira sang pemilik sekolah, salah satu pewaris dari konglomerat Leiv Mahawira.

Memikirkan pria dewasa yang sangat berkuasa di Bimasakti membuat Ricky merasa nyawanya akan menghilang secepat kedipan mata. Dia bahkan berharap bisa menjelma sebagai kucing dengan sembilan nyawa atau Superman yang mempunyai kekuatan super.

Bukan hanya Pasha Mahawira saja yang harus diwaspadai sedemikian rupa, nyatanya Asrama Bintang yang berhantu menyimpan berbagai bentuk mahluk tak kasat mata yang bersiap untuk bermain-main dengan manusia.

Bunyi decitan memilukan yang tercipta dari gesekan roda koper dan lantai berhenti di lantai dua karena Ricky sedang itu meregangkan otot-ototnya yang kaku, dia sangat menyesal karena belum sempat melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum menaiki tangga. Otot lengan, otot kaki, dan bahkan otot perutnya yang sudah terbentuk sempurna sama sekali tidak membantu memulihkan tenaganya, terlebih lagi dia belum menyantap makanan sejak sore hari.

"Sialan! Aku masih merasa heran, kenapa kepala asrama memberi izin pindah pada di malam hari?" gumamnya pelan seraya melihat arloji yang melingkar indah pada pergelangan tangan kiri.

Matanya yang segelap langit malam itu menatap awas pada lantai dasar yang terlihat terang karena ada beberapa orang yang masih terjaga meskipun malam semakin larut, si pemuda bahkan bisa mendengar sorakan-sorakan heboh. Berbeda dengan lantai dasar yang penuh dengan aroma kehangatan, lantai atas cenderung sunyi.

"Mungkin mereka sudah tidur. Kepala asrama tadi bilang kalau rata-rata penghuni atas adalah anak-anak Hoba yang terlalu bersemangat mengerjakan pekerjaan rumah."

Si pemuda melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda, masih menggerutu dan mengkritik apa saja yang dilihatnya seperti lampu yang bermasalah atau bunyi tetesan air kamar mandi yang terdengar mengerikan. Bangunan Asrama Bintang tidak terlalu tua dibandingkan dengan bangunan utama sekolah, tapi kesan horor yang tercipta sangat menyeramkan.

Hingga akhirnya, si pemuda sudah berdiri tegak di depan sebuah kamar bernomor 13. Sebuah angka yang mempunyai kesan membawa malapetaka atau kesialan. Pemuda itu terheran karena peletakan nomor kamar 13 di lantai empat yang menurutnya tidak wajar.

"Bangunan ini semakin aneh karena letak nomor kamar," gumamnya seraya terkekeh kecil.

Perhatian si pemuda teralihkan kepada cermin buram yang sengaja diletakkan di antara kamar 13 dan kamar 12. Cermin itu mempunyai pola aneh yang misterius dan memikat karena ukiran indah dan rumit, sekilas pola ukiran itu terlihat mirip dengan Orbit. Perbedaan antara ukiran cermin itu dan Orbit adalah ukiran Orbit dicetak timbul disebuah kertas berwarna hitam.

Telinga si pemuda semakin menajam ketika dia mendengar suara bunyi gaduh yang cukup nyaring dari dalam kamar 12. Mengetahui ada manusia yang menghuni kamar itu, si pemuda mengetuk dengan sedikit kencang.

"Kepala asrama bilang kalau teman ini punya penyakit susah tidur, dia pasti sering membuat masalah dengan tetangga karena kebisingan ini," cibir Ricky.

Diam-diam dia mengucap terimakasih untuk yang kedua kali kepada kepala asrama yang memberikan banyak informasi kepadanya.

Pintu terbuka pelan dan secepat kilat Ricky merasa kepalanya berdenyut-denyut sakit karena pukulan dari penggaris plastik. Area lantai empat yang semula sepi mendadak gaduh karena teriakan kesakitan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau pasti pencuri."

Ricky mundur selangkah untuk menghindari pukulan penggaris plastik yang sudah dia nobatkan sebagai musuh alaminya. Selang beberapa detik, dia akhirnya bisa melihat siapa orang yang dengan seenaknya menganiaya penghuni baru.

"Oh, ternyata kau," ucap Ricky dengan nada datar.

Sudut bibir si teman sekamar terangkat sedikit sebelum melotot galak. "Iya-iya. Cepatlah pergi, aku sibuk!"

"Ini kamarku," ucap Ricky seraya menahan pintu yang hendak ditutup dengan paksa.

"Aku tidak percaya!" desis si teman sekamar. Dia mencoba untuk menutup pintu tetapi pintu itu tidak bergeming.

"Ada catatan dari kepala asrama," kata Ricky seraya memberi secarik kertas lusuh kepada si teman sekamar. "Aku tebak, kau pasti pernah dapat oleh-oleh dari Ezra karena sifat burukmu."

"Sayangnya kau bukan Lukman yang tahu segalanya. Sedikit informasi, aku yang memberi oleh-oleh kepada Ezra," kata si teman sekamar dengan bangga karena dia mempersilakan si pemuda memasuki kamar yang luas dan mewah.

"Berapa lama Ezra tidak masuk sekolah?" tanya Ricky seraya merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur yang kosong.

"Sekitar seminggu."

"Itu ... hebat."

"Seharusnya aku mematahkan tulang Ezra lebih banyak lagi," gumam si teman sekamar pelan tetapi masih dapat didengar oleh Ricky.

"Kau aneh, sikapmu buruk, dan seleramu hanya hitam. Apa kau preman?"

"Lukman lebih aneh dariku," bantah si teman sekamar tidak terima.

"Orang mana yang suka sama hal-hal berbau mistis selain kau di Bimasakti, Mario Ekanova?"

Mario memutar bola matanya malas. "Aku hanya menyukai suasana dark? Kalau begitu, kita berdua punya nasib yang sama."

Kening Ricky kian mengerut, membentuk guratan-guratan aneh yang tidak enak dipandang mata ketika melihat Mario sedang tersenyum lebar dengan penggaris mengayun-ayun tidak teratur.

"Kalau boleh jujur, aku tidak mau bernasib sama denganmu."

Mario berdecak kesal. "Apakah aku terlalu aneh?"

Ricky mengangguk pelan sebelum melihat langit-langit kamar yang berwarna putih.

Mario Ekanova adalah teman sekamarnya di Asrama Bintang. Meski pemuda itu aneh karena selalu memakai pakaian serba hitam yang membuatnya terlihat seperti malaikat pencabut nyawa, Mario sangat baik kepada teman sekelasnya. Dia bahkan sering menghajar Ezra karena merundung Gema, akibatnya Mario sering mendapat poin dan terancam tidak dapat memenangkan Perang Konstelasi.

"Apa kau baru saja kabur dari rumahmu?" tanya Mario dengan tatapan jahil.

Ricky kemudian tertawa canggung karena keahlian aneh Mario lainnya. "Apa aku kelihatan seperti anak yang kabur dari rumah?"

Mata Mario semakin menyipit jahil ketika si pemuda membantah dengan cepat. "Kau sangat mudah ditebak. Pantas saja Tiara semakin terpesona denganmu."

"Jangan membicarakan orang aneh!"

Mario mengibaskan tangannya dengan riang ketika melihat si pemuda bereaksi ingin mencekiknya.

"Aku tidak peduli dengan siapa kau berkencan."

"Kau menyebalkan!"

"Selamat datang di neraka, semoga kau betah, Ricky Bhirawa Yudha."

Aku update prolog dulu, sekalian kalian pemanasan buat story horor pertamaku. Semoga kalian gak merinding disko.

Gimana pendapat kalian, prolognya gak horor banget kan?

Kalau ada kata yang gak kalian ngerti, cek glosarium 😊

Love

Fiby Rinanda 🐝
12 September 2020
Revisi : 1 Agustus 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top