👻 Gₕₒₛₜ ₁👻

—Welcome to Bimasakti: Primus Inter Pares—

"Yₐₙg dᵢₚₑᵣₗᵤₖₐₙ ᵤₙₜᵤₖ ₘₑₙgᵤbₐₕ ₛₑₛₑₒᵣₐₙg ₐdₐₗₐₕ ₘₑₙgᵤbₐₕ ₖₑₛₐdₐᵣₐₙₙyₐ ₜₑₙₜₐₙg dᵢᵣᵢₙyₐ ₛₑₙdᵢᵣᵢ."

—Abraham H. Maslow 1908-1970—

🎃🎃🎃

[Seminggu sebelum tragedi]

Ricky tidak tahu apa yang membuat Arin begitu gelisah setelah pengumuman pembukaan Perang Konstelasi. Awalnya dia mengira Bimasakti membuat sistem poin untuk mengangkat semangat para murid, tapi Arin menganggap hal ini bukan sesuatu yang mudah.

Kelas mereka, Halley IPS 1, tidak mengalami kemajuan khusus seperti rapat darurat yang dilakukan kelas lain, para anggota kelas hanya bisa menunggu keputusan Arin sang ketua kelas.

"Jika kita kehilangan poin, apakah kita akan dikeluarkan dari Bimasakti?" tanya Olivia. Wajah cantiknya terlihat sedih ketika melihat Arin yang semakin larut dalam lamunannya.

Pertanyaan Olivia membuat Ricky kehabisan napas karena dia tahu betapa untungnya mendapat gelar sebagai lulusan Bimasakti yang dikenal sebagai sekolah unggulan. Pemuda itu sadar karena Bimasakti semakin meningkatkan para murid dengan cara memikat yang seperti jebakan. Mereka harus melewati rintangan yang sulit jika ingin bertahan.

"Mungkin saja." Jawaban itu bukan keluar dari mulut Arin tetapi Dika yang berdiri di samping pintu keluar kelas, mengamati segala hal yang berada di luar kelas meski kelas mereka berada di lantai 3. "Bimasakti sekarang bersaing dengan Andromeda dan Magellan."

"Kalau begitu kita bisa mencari poin sebanyak-banyaknya untuk bertahan hidup," kata Laura dengan hati-hati seraya menatap Arin, Dika, dan Olivia bergantian. "Kemungkinan besar ada kelas lain yang mengincar kelas kita."

Ricky bisa tahu kelas siapa yang dimaksud oleh Laura, Arin sepertinya sadar hal itu karena dia langsung menaruh perhatian pada kata 'mengincar'. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana cara mereka bisa bertahan dari gempuran lawan.

Tidak seperti Hoba yang masih canggung atau Hygiea yang dikenal dengan kekompakan, Halley bisa dibilang saling menyerang satu sama lain. Jurusan IPS sendiri mempunyai kelas Halley IPS 1 sebagai kelas unggulan yang berpotensi besar untuk gugur terlebih dahulu karena incaran kelas lain, sementara kelas unggulan lain seperti Halley MIPA 1 bisa bertahan karena sebagian anggota kelas mempunyai poin individu yang tinggi.

"Halley bahasa pasti membentuk aliansi untuk menekan Hoba bahasa," kata Ricky tiba-tiba.

"Kau benar," ucap Arin seraya melingkari kata 'bahasa' dengan spidol warna merah. "Bimasakti hanya mempunyai dua kelas bahasa, jadi salah satu di antara mereka pasti tertinggal."

Arin tidak menggunakan kata gugur untuk kelas yang lebih lemah, hal itu membuat semua anggota kelas bisa bernapas lega karena mempunyai pemimpin yang tegas dan penuh pertimbangan.

"Arin, kita dapat masalah!" ucap Dika dengan nada gugup. Matanya menatap lurus kepada satu titik yang membuatnya fokus, kemudian dia melambaikan tangan kepada Ricky sebagai isyarat untuk mendekat.

"Ada apa?" Ricky bisa mendengar Laura dan Olivia bertanya secara bersamaan, tetapi Dika tidak menjawab pertanyaan mereka berdua.

Wajah Dika sangat pucat dan dia tersenyum gugup kepada Ricky. Tidak ada kalimat yang keluar dari mulut Dika, dia hanya mengisyaratkan melalui mata gemetar gelisah. Ricky sangat penasaran apa yang membuat temannya gugup setengah mati, dugaan awal adalah kedatangan guru galak tetapi mengingat hari ini jam kosong, dugaan itu bisa terpatahkan.

Ada tiga murid yang berjalan mendekat ke arah kelas mereka, dua pemuda jangkung dan seorang gadis berambut hitam panjang. Hal yang sudah Ricky pastikan adalah mereka bertiga adalah orang yang mustahil dilihat di koridor IPS.

"Sepertinya kau harus menyambut ketua Halley MIPA 1, Arin," kata Ricky dengan senyum tipis.

Tidak seperti Dika yang ketakutan, Arin terlihat lebih tenang ketika menyambut ketiga orang yang saat ini sudah berdiri di depan pintu kelas mereka.

"Kita bertemu lagi, Arin."

🎃🎃🎃

Ada satu kesan unik dari pertemuan tidak diinginkan itu, Halley IPS 1 dan Halley MIPA 1 sama-sama mempunyai ketua kelas perempuan yang sangat cerdik, tegas, dan berhati dingin. Tidak banyak orang yang bisa untuk meluluhkan kedua gadis itu kecuali mereka sendiri.

Ricky bertanya-tanya apakah dia bisa keluar dengan selamat dari situasi ini.

"Aku tidak menyangka kalian bertiga datang bersamaan ke kelas kumuh ini. Bukannya kalian bermusuhan?" tanya Arin dengan seringai halus yang tampak aneh karena dia selalu membuat wajah tegas.

"Sepertinya kau salah sangka. Kami tidak bermusuhan," jawab Ivy dengan tenang, mengabaikan kata kumuh dari kalimat Arin. "Apa aku benar, Veano?"

Veano berdecak pelan ketika melihat wajah teguh Ivy sebelum menganggukkan kepalanya. "Kau harus tahu istilah rival, Arin."

"Oh begitu ...."

Tidak ada percakapan berarti selain basa-basi yang membuat semua orang menjadi tertekan. Baik Arin maupun Ivy masih saling memuji sesekali menyindir secara halus, tapi Ricky masih belum bisa menebak alasan mereka datang ke kelas IPS 1.

Ivy Ajeng Mahawira sang ketua kelas Halley MIPA 1 tidak datang sendiri ketika masuk ke kandang musuh. Gadis itu ditemani oleh Veano Putra yang saat ini menjabat sebagai Ketua OSIS Aldebaran sekaligus atasan Arin dan Dika. Selain Veano, Ivy juga ditemani oleh saudara sepupunya Liam Kaisar Mahawira sang ketua Sirius sekaligus perwakilan ketua yayasan yang mengumumkan kembalinya Perang Konstelasi.

Orang-orang besar seperti mereka bertiga pasti menginginkan sesuatu.

"Apakah kalian bertiga akan mengumumkan deklarasi perang?" tanya Ricky yang langsung mendapat tatapan tajam dari Arin karena dia langsung mengirim umpan jelas.

"Deklarasi perang?" tanya Ivy dengan cengiran kecil yang membuat semua orang bertanya-tanya apakah pertanyaan Ricky telah menyinggungnya. "Kami tidak ingin mencari musuh."

Kepala Ricky menjadi panas, satu hal yang membuatnya lengah adalah senyuman Ivy yang hampir tak terlihat. Gadis itu memang jarang tersenyum dan selalu menampilkan ekspresi tegas seperti seorang prajurit yang berada di medan perang, tapi kali ini ekspresi Ivy sangat normal seperti anak perempuan kebanyakan.

Apakah Ivy mencoba untuk menyerang Ricky melalui kecantikannya?

Dibandingkan Ivy yang sangat cantik seperti dewi, Veano jauh lebih tampan walau dia hanya diam seperti patung. Sang ketua OSIS dikenal dengan sifatnya yang ramah dan murah senyum, tidak mengherankan jika suatu saat nanti Ricky akan terjebak melalui kata-kata manis yang keluar dari mulutnya. Intinya mereka semua adalah orang yang berbahaya.

"Sepertinya kau sangat sibuk memperhatikan kami."

Ricky tersentak kaget ketika mendengar suara malas yang tidak dikenal. Pemuda itu menoleh ke arah Liam yang sedang menatapnya dengan jelas. Ricky tidak bisa melihat emosi Liam karena dia sangat ahli dalam hal menutupi sesuatu.

"Seperti kata Ivy, kami tidak mencari musuh," kata Liam dengan wajah datar.

"Oh ...."

Pada akhirnya Ricky menjadi orang linglung di depan Liam yang tidak melakukan apa-apa selain berdiri diam seraya menatapnya seperti orang bodoh.

"Kami ingin membentuk aliansi dengan Halley IPS 1," kata Ivy tegas.

"Apa?"

"Hah?"

"Tidak mungkin!"

Olivia, Laura, dan Dika bereaksi secara berurutan. Sementara Dava si anak baru hanya bisa membuat wajah kebingungan dan hanya menerka-nerka pertemuan itu.

"Apa kalian yakin?" tanya Arin dengan nada goyah karena kejutan dari Ivy.

Tawaran itu sungguh menggoda mengingat Ivy, Veano, dan Liam mempunyai pondasi yang sangat kuat baik dari individu, kelas, dan ekstrakurikuler. Membentuk aliansi dengan Halley MIPA 1 adalah keuntungan yang membuat mereka bisa mendapatkan poin dengan cepat.

"Kami tidak akan ragu-ragu untuk membentuk aliansi dengan kelas yang kuat," jawab Ivy.

Veano tersenyum tipis melihat wajah heran Arin yang menurutnya lucu. "Perwakilan kami mungkin sudah berhasil membentuk aliansi dengan Halley BAHASA 1. Bukankah tawaran kami bisa membuat kelas ini bertahan?"

"Kenapa kalian tidak membentuk aliansi dengan Halley MIPA 3?" tanya Dika dengan cepat sebelum Arin bisa menjawab pertanyaan Veano.

Ivy dan Liam sama-sama membuat wajah kebingungan ketika mendengar pertanyaan Dika.

"Kalian benar-benar tidak tahu apa-apa," keluh Veano seraya memijat kepalanya yang mendadak pusing. Sang ketua OSIS menatap bawahannya dengan kesal.

"Ace membentuk aliansi dengan Wildan dan Faisal. Claudya membentuk aliansi dengan Huda dan Bunga. Hanya Dhimas dan kelas kalian yang belum membentuk aliansi, itu alasan kami untuk memberikan tawaran aliansi kepada kalian." Liam menjelaskan dengan tenang.

"Apa kalian akan menemui Dhimas?" tanya Arin.

"Rencananya kami akan mengajakmu juga," jawab Ivy.

"Nah, apa jawabanmu?"

Arin kemudian menatap Dika dan Ricky secara bergantian sebelum menghela napas. Gadis itu menerima uluran tangan Ivy dengan senyuman yang tegas.

"Saat ini kita adalah sekutu."

Hai NASA!

Gimana kesan kalian ketika baca bab pertama? Pasti bingung kan, kok gak ada horornya?

Ya, emang setannya belum keluar hahaha

Jangan lupa baca daftar pemain dan glosarium ya NASA, nanti kalian tersesat loh 😂

Sekilas info untuk ketua kelas Halley

Ada tiga kubu/aliansi yang terbentuk diantara kelas Halley yaitu kubu crown, kubu diamond, dan kubu Leon.

Untuk penjelasan Perang Konstelasi bisa kalian lihat di book sebelah (High Class Mahawira) 😁

Love

Fiby Rinanda 🐝
8 Januari 2023
Revisi : 6 Agustus 2023

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top